Setelah kepulangan tuan Park, kehidupan rumah tangga Park Jimin dan Choi Yura kembali seperti semula. Kejadian malam itu tak menjadi alasan untuk Jimin akan berbaik hati dengan istrinya. Seakan lupa dengan kejadian, yang merenggut sesuatu yang sangat berharga dari seorang gadis yang amat begitu mencintainya.
Setiap hari Jimin pulang larut malam dengan selalu membawa kekasihnya, Kang Seulgi. Memang benar, jika dibandingkan dengan Seulgi, Yura akan kalah. Seulgi si gadis modis nan glamor, sedangkan Yura hanya gadis sederhana. Walaupun sederhana dari segi penampilan, tapi Yura lah yang menang jika ditanya tentang sopan santun.
Seperti malam ini kembali seperti malam malam sebelumnya, Jimin pulang dengan keadaan mabuk, serta tak tinggal gadis sexy yang tengah kesusahan memapah tubuh lemah Jimin, siapa lagi kalau bukan Kang Seulgi. Dengan susah payah, Seulgi memapah Jimin hingga sampai di kamar.
Mendengar sedikit grasak grusuk yang mengganggu waktu tidurnya, Yura bangun perlahan melihat apa yang sedang terjadi dirumahnya. Melihat pemandangan sama untuk yang kesekian kalinya membuat Yura hanya bisa menghembuskan nafas kasarnya. Sesak, sudah pasti. Siapa yang tidak sakit hati melihat suami sendiri sedang berada di pelukan wanita lain.
Yura lebih memilih tak ikut campur karna ia tak ingin mengeluarkan air matanya malam ini. Seharusnya Yura sudah kebal dengan ini, tapi entah mengapa perasaan sesak itu selalu datang, apalagi setiap Yura dengan tidak sengaja mendengar suara suara laknat yang keluar dari mulut sepasang kekasih itu.
Mereka tak segan berbuat hal yang tak senonoh itu dimanapun, tak perduli itu di sofa atau bahkan di meja makan. Sedangkan yang dilakukan Yura hanya bisa mengurung diri dikamar, dengan jerit tangis yang menemaninya.
***
"Yuraaaa" teriak Jimin pagi pagi buta dari balik kamarnya.
"Ada apa Jim?" tanya Yura dan langsung masuk ke dalam kamar Jimin.
"Kau" bentak Jimin.
"Aku" Yura menunjuk dirinya sendiri, bingung.
"Siapa yang menyuruhmu masuk ke kamarku, berani sekali kau" bersamaan dengan bentakan Jimin dan,
Plaakkk
Ya, Jimin melayangkan sebuah tamparannya tepat di pipi mulus Yura, membuat tubuh Yura sedikit terhuyung kebelakang dan membuat sedikit robekan di sudut bibir mungil itu.
"Aku hanya memanggilmu, bukan menyuruhmu masuk ke kamarku. Apa kau tuli, bukankah sudah ku peringatkan untuk tidak masuk ke dalam kamarku tanpa seizinku. Kau tuli, haah" hardik Jimin.
"Ma-maafkan aku Jim, aku hanya khawatir padamu. Karna yang aku tahu kau semalam pulang dengan keadaan mabuk berat" bela Yura sambil memegangi sudut bibirnya yang terluka.
"Sudahlah. Sekarang buatkan aku sup pereda mabuk, kepalaku sedikit pusing. Jangan lupa juga buatkan aku sarapan untuk Kekasihku, dan kau enyah dari sini. Wajahmu membuatku tambah pusing saja" titah Jimin yang dengan santainya mengatai Yura.
Braakkk
Suara Jimin yang menutup pintu kamarnya dengan keras, membuat Yura sedikit terlonjak kaget, dan dengan cepat berlalu kedapur membuat kan apa yang sudah diperintahkan Jimin padanya, tanpa memperdulikan rasa perih di hati dan juga di sudut bibirnya.
***
Matahari pagi menembus jendela kamar Yura membuat sang empu kamar menggeliat, perlahan mengerjapkan matanya dan bangun dengan perasaan mual.
Hueekk hueekk hueekk
Dengan cepat Yura beranjak dari tempat tidur dan masuk ke kamar mandi, memuntahkan cairan bening yang membuat dirinya mual. Memang sedari kemarin Yura belum mengisi perutnya dengan makanan, dikarenakan harus mengerjakan tugas kampus dan berakhir dengan ketiduran.
Setelah selesai dengan acara mual mualnya, Yura bergegas mandi dan turun untuk membuat sarapan, berharap rasa mualnya akan hilang dengan memakan sesuatu yang mengenyangkan.
Baru saja Yura akan ke dapur, disana sudah dilihatnya Jimin sedang membuat sereal untuk sarapan, dengan wajah marahnya Jimin lagi lagi membentak Yura.
"Apa yang kau lakukan, kenapa kau baru turun. Tidak kah kau tau aku ini sedang kelaparan, apa kau sudah lelah membuatkan aku sarapan" omel Jimin tanpa jeda.
"Enggh, maafkan aku Jim, aku kesiangan bangun karna lelah mengerjakan tugas. Maafkan aku juga belum membuatkanmu sarapan" sesal Yura sambil memegangi perutnya yang terasa mual kembali.
"Kenapa dengan perutmu hah, kau lapar" tanya Jimin yang membuat Yura langsung mendongakan kepalanya tak percaya akan yang di ucapkan Jimin.
"Hmm, sedikit. Karna kelelahan mengerjakan tugas semalam aku ketiduran dan lupa makan malam" jelas Yura.
"Makanlah..
Yura menatap wajah Jimin tak percaya.
"Aku tak ingin repot lagi membawamu ke rumah sakit. Aku tak ingin waktuku terbuang sia sia" tutur Jimin yang membuat Yura menunduk lagi.
Baru saja rasanya Yura senang mendengar perhatian Jimin padanya, tapi semua itu hanya sebatas Jimin tak ingin di repotkan jika sampai Dia sakit. Entah mengapa perasaan Yura menjadi sedikit lebih sensitif, ada perasaan sedih yang menyeruak di dadanya. Padahal kata semacam itu sudah setiap hari di ucapkan Jimin. Namun berbeda dengan hari ini, Yura merasa agak sesak dengan semua perkataan Jimin.
Air matanya keluar begitu saja, bersamaan dengan berlalunya Jimin membawa semangkuk sereal di tangannya menuju ke ruang tamu mereka.
Bersambung..
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You My Husband
RomanceKisah Choi Yura yang dinikahkan dengan Park Jimin karna suatu insiden yang menimpa Ayah Yura serta Ayah Jimin. Pernikahan keduanya tidak pernah di inginkan Jimin dan juga Ibu Jimin, lain hal dengan Ayah Jimin. Justru Ayah Jiminlah yang sangat berse...