Begitu sampai di Bandung, Dave langsung disambut oleh Fikri yang merupakan kepala cabang DE yang ada di kota kembang ini. Tanpa membuang waktu, pria berusia kepala lima itu langsung menunjukkan bagaimana kondisi TKP saat ini.
"Kamu tahu siapa yang menyuruh Arya melakukan ini?" tanya Dave yang memang sudah tahu kalau pelaku dari pembakaran ini tak lain adalah salah satu kurir di perusahaannya.
"Menurut pengakuan Arya, dia melakukan ini semua atas dasar keinginannya sendiri, Pak." Fikri kemudian menjelaskan bahwa pembakaran terjadi tidak lama setelah sang kurir mendapati istrinya yang merupakan petugas administrasi di sini berselingkuh dengan kepala cabang DE Subang.
Tidak habis pikir dengan apa yang baru saja didengarnya itu, Dave pun mengusap-ngusap dada sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. "Saya mau bertemu dengan Arya," ucapnya kemudian.
Mengiakan keinginan sang pimpinan, Fikri lantas menemani Dave pergi ke tempat di mana Arya ditahan selama masa penyidikan ini.
Saat mobil mulai melaju di jalan utama kota kembang ini, ponsel Dave bergetar panjang dan begitu melihat siapa gerangan yang meneleponnya, matanya terbelalak sempurna.
Levin is calling...
Tidak ingin membuat sang sahabat sekaligus kakak pertama dari Karen itu menunggu, Dave langsung menjawab panggilan tersebut.
"Ada apa, Lev?" tanya Dave tanpa mau berbasa-basi.
Suara decakan pun terdengar dari seberang. "Ngga ada kalimat mukadimahnya dulu nih?" tanya Levin dengan nada kesal meski sebenarnya dia sudah hafal bagaimana tabiat Dave.
"Apa kabar, Lev?"
Alih-alih menjawab, Levin justru tertawa-tawa dan berkata, "Davendra... Davendra... Lo memang ngga pernah pantes sok manis begitu."
"Kalau lo cuma mau hahihi, gue tutup nih teleponnya," ancam Dave yang kemudian mengatakan soal keberadaannya saat ini.
"Hahaha... sorry... sorry Dave," tanggap Levin lalu berusaha mati-matian untuk menahan tawanya. Setelah yakin bahwa dirinya sudah kembali dalam mode serius, kembaran Kevin itu kembali bersuara. "Sebenarnya gue cuma mau kasih tahu kalau permintaan yang diajukan Om Reno tadi pagi, sudah gue ACC."
Tidak menyangka jika Levin akan mengatakan hal itu, Dave pun mengucapkan maaf dan juga terima kasih berkali-kali. "Secepatnya akan kami kembalikan, Lev," janjinya dengan dada dipenuhi perasaan haru.
"Sejak kapan ada kata maaf dan terima kasih di antara kita?"
"Sejak jumlah uang yang kami pinjam itu ter--"
"Uang bukanlah hal yang langka buat keluarga gue," potong Levin tanpa maksud menyombongkan diri.
Tanpa sadar, Dave menganggukkan kepalanya. "Meskipun lo larang, gue tetap mau mengucapkan terima ka--"
"Sekali lagi lo berani bilang terima kasih, gue nikahin lo sama Karen nih!"
"Terima kasih, Levin," ucap Dave dengan mantap.
"Wah! Benar-benar nantang gue nih anak!"
"Gue izin tutup telepon dulu, Lev." Tanpa menunggu balasa, Dave langsung memutuskan sambungan telepon tersebut. Selain karena mobil yang ditumpanginya sudah berhenti di tempat tujuan, Dave juga menghindari godaan Levin atas perempuan yang selalu saja membuat dirinya merasa kesal sekaligus senang itu.
Setelah duduk berhadapan dengan Arya, Dave tampak menelisik penampilan salah satu kurir terbaiknya itu.
"Maafkan saya, Pak Davendra," ucap Arya lirih sambil menundukkan kepala dalam.
"Mengapa kamu melampiaskannya pada usaha milik keluarga saya?" tanya Dave sambil berupaya untuk mengontrol emosinya.
Meskipun dua gudang beserta dengan isinya itu sudah diasuransikan, tapi program ganti rugi sejumlah 3x lipat dari nilai barang dan harga jasa tetaplah menjadikan keluarga Trisdiantoro sebagai debitur atas sepuluh digit angka dalam satuan rupiah yang mereka pinjam dari keluarga Hendratama.
Alih-alih menjawab, Arya justru kembali mengucapkan permohonan maafnya. "Saya akui kalau saat itu saya termakan emosi sesaat, Pak," ucap Arya yang kemudian menitikan air matanya.
"Saya terlalu mencintai Mayang hingga saat tahu kalau dia telah berselingkuh, yang terlintas di kepalanya saya hanyalah sebuah tindakan besar yang membuatnya tahu kalau saya marah dan juga kecewa."
Baru saja Dave akan mengeluarkan suaranya, "Saya bersedia dihukum mati atas perbuatan ini, Pak," ucap Arya dengan cepat.
Usai menggelengkan kepala, Dave menarik napas lalu mengembuskannya secara perlahan. "Kalau kamu dihukum mati, istri kamu yang sudah berselingkuh itu jadi semakin berbahagia, dong? Dia tidak perlu repot-repot mengurus berkas di pengadilan agama untuk menikah lagi dengan PIL-nya itu," tanggapnya yang tentu saja di luar dugaan Arya.
"Seharusnya saat kamu mengetahui dia berkhianat, yang kamu lakukan bukanlah menunjukkan kemarahanmu padanya, tapi carilah saksi agar dia bisa benar-benar dihukum. Entah dihukum oleh masyarakat atau dihukum dengan pasal-pasal dalam kitab perundang-undangan." Dave memaparkan pemikirannya.
Usai membenarkan ucapan tersebut secara langsung, lagi-lagi Arya mengutarakan kalimat permintaan maafnya pada sang calon pemimpin DE yang juga merupakan sosok panutannya itu.
Setelah memejamkan matanya sejenak, "Dikarenakan tindakan irasional kamu tidak sampai menelan korban jiwa, maka saya, mewakilkan seluruh anggota keluarga besar Trisdiantoro memaafkan kamu, Arya." Dave yang memang terkenal sangat bersahaja dan bijaksana itu pun membuat Arya menangis sambil mengucapkan kalimat terima kasih tanpa henti.
"DE sangat bangga punya pemimpin seperti Pak Davendra," ucap Arya sebelum dirinya dibawa masuk oleh petugas.
Mendengar itu, sebuah senyum tipis dilayangkan Dave sebelum dirinya ikut berlalu dari ruangan itu.
Apakah cinta selalu membuat orang yang merasakannya melalukan tindakan di luar nalar seperti ini? batinDave sebelum dirinya masuk ke dalam mobil guna mengerjakan semua tugasnya di sini
Selamat memasuki Semesta Davendra!
Semoga bisa jatuh cinta dengan semua tokoh di dalamnya💕💞
.
.
.
Kak Rurs with💎
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Davendra✔ (Completed)
General FictionSeri ketiga dari The Trisdiantoro's Love Story "Kalau matahari saja bukan satu-satunya bintang di alam, seharusnya kamu juga bukan satu-satunya perempuan yang membuatku jatuh hati." Davendra Nadithya Trisdiantoro terus saja mengingkari perasaannya...