Usai mendengar kabar bahwa dokter telah berhasil menyelamatkan Dave, Karen bergegas mendatangi kantor polisi guna memproses kasus ini. Dengan ditemani kedua orangtua, ketiga kakaknya dan juga kedua orangtua Dave, dia kemudian menceritakan semua hal yang dilihatnya pada pihak yang berwajib. Termasuk pelat nomor kendaraan milik salah satu pelaku yang berhasil diingatnya.
Selama Karen memberikan kesaksiannya, tampaklah Levin, Kevin dan Alvin yang sedang berdiskusi. "Pokoknya, air mata Karenina yang tumpah harus dibayar dengan darah!" putus Levin yang sejak dulu memang sudah menetapkan bahwa tidak akan ada ketenangan bagi setiap orang yang telah mengusik kehidupan seluruh anggota keluarganya, apalagi sang adik bungsu.
"Alvin setuju, Mas," tanggap Alvin yang disusul dengan anggukkan kepala oleh Kevin.
Selesai menghubungi para centeng yang biasa dia sewa untuk merapikan 'kekacauan' serupa ini, Levin yang kemudian disusul oleh kedua saudaranya, lantas berpamitan pada semua yang ada di kantor polisi.
Memahami bahwa ketiga pria tersebut sudah memiliki keluarga dan tentunya besok mereka harus kembali bekerja, dua pasang orangtua itu langsung menyilakan. "Hati-hati ya, Lev, Kev, Al," ucap Nadine.
"Siap, Mama!" balas ketiganya dengan kompak.
Sementara itu, di ruang inap Dave, tampaklah Rara, Varsha, Abrha yang sedang duduk berjajar dengan Reno yang sedang berbicara dengan seseorang melalui ponselnya.
Usai memberikan instruksinya, "Jika ada orang yang berlari setelah dia berani menyakiti salah satu anggota keluarga Trisdiantoro, maka orang itu pasti sudah siap dikejar sampai ujung dunia." Reno lantas melontarkan kalimat yang membuat Rara langsung mengusap lengannya.
"Kalau pelakunya sudah tertangkap, Varsha izin matahin hidung dan empat giginya, ya, Pa," sahut sang putri sulung dengan penuh semangat.
Menyaksikan hal tersebut, Abrha pun menggeleng sambil mengusap dadanya. Meskipun dia juga mengusai beberapa teknik bela diri, nyatanya pria termuda di keluarga Trisdiantoro ini lebih memilih untuk menyelesaikan setiap masalahnya dengan kepala dingin dan juga akalnya.
Di saat Varsha dan Reno tengah asyik-asyiknya membicarakan hal-hal yang akan mereka lakukan saat sang pelaku tertangkap, tiba-tiba saja ponsel Dave yang dititipkan Karen pada Abrha berbunyi.
"Telepon dari siapa, Ab?" tanya Varsha tepat setelah dia menghentikan ocehannya dan menoleh pada sang adik.
"Mas Nicho," jawab Abrha seraya menunjukkan layar yang sedang menampilkan nama itu.
Nichodong is calling...
Melihat hal itu, Reno yang sejak tadi memang menunggu kehadiran Nicholas, lantas merebut ponsel Dave lalu segera menjawab panggilan tersebut.
Baru saja Reno akan menghujani sang penelepon dengan sejuta kalimat tanya, suara yang dikenali bukan milik sahabat Dave itu sudah terdengar mendahuluinya.
Dalam hitungan detik, mata Reno sudah terlihat melotot sempurna. "Sekarang Nicholas ada di mana?" tanyanya dengan nada gusar hingga membuat Varsha, Abrha dan Rara saling melempar pandang.
"Baik, saya akan segera ke sana," ucap Reno yang kemudian memutuskan sambungan tersebut.
"Ada apa, Pa?" tanya Varsha yang hampir bersamaan dengan sang mama.
"Tadi temennya Nicholas yang namanya Riri telepon. Katanya Nicholas baru saja ditusuk orang di lobi kantornya," jawab Reno yang kemudian memejamkan kedua matanya.
"Terus, Pa?" Kali ini Abrha yang bertanya.
"Kata Riri, Nicholas sudah dibawa ke rumah sakit dan pelakunya berhasil ditangkap."
"Ayo, Pa! Kita temui si pelaku!" seru Varsha yang melupakan keberadaannya saat ini.
"Bagaimana, Ma, Ab?" tanya Reno seusai menegur putrinya.
"Papa pergi dengan Abrha saja. Biar Mama dan Varsha yang jaga Dave di sini."
"Yah. Mama... Kok, begitu sih?"
"Kalau kamu yang ikut sama Papa, Mama khawatir kalau nantinya kamu juga ikut masuk kantor polisi, Varsha," jawab Rara yang kemudian mengingatkan sejumlah aksi Varsha yang berniat membela kebajikan tapi selalu berujung pada wajib lapor.
Tidak ingin membantah ucapan sang mama, Varsha kembali mendudukkan diri di sofa. Dia kemudian meraih ponsel lalu menghubungi Radith.
Tepat di saat Reno dan Abrha akan membuka pintu, "Segera kabarkan siapa pelakunya ya, Pa, Ab!" Varsha yang selesai menelepon kembali berseru dengan penuh semangat.
Keduanya mengacungkan ibu jari lalu bergegas pergi. Sungguh, akan menjadi malam yang panjang bagi mereka semua.
*****
Entah sudah berapa jam berlalu, Varsha dan Rara yang sudah sama-sama memejamkan mata, akhirnya terbangun saat mendapati salah satu ponsel yang ada di meja bergetar. Meski kedua matanya terlihat segaris, Varsha dengan sigap membuka pesan singkat yang dikirimkan oleh adiknya itu.
"Sudah kuduga!" ucap Varsha yang kemudian menyerahkan ponselnya pada Rara.
Kata pelaku yang sudah tertangkap, dia disuruh Bimasakti Gustoro.
"Loh, dia, kan?"
Varsha menganggukkan kepalanya. "Adiknya Alexio."
Salam kenal untuk para pembaca pembaru! untuk yang selalu setia, terima kasih dan superluv untukmu! 😉💞💕
.
.
.
Kak Rurs with💎
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Davendra✔ (Completed)
General FictionSeri ketiga dari The Trisdiantoro's Love Story "Kalau matahari saja bukan satu-satunya bintang di alam, seharusnya kamu juga bukan satu-satunya perempuan yang membuatku jatuh hati." Davendra Nadithya Trisdiantoro terus saja mengingkari perasaannya...