Pagi ini, Levin dan Kevin sengaja datang lebih cepat. Alasannya tak lain karena keduanya ingin segera mempertanyakan alasan Dave yang sudah mengantar pulang Karen sebanyak dua kali itu.
Levin yang sudah duduk di kursi Dave pun mengutarakan pemikirannya pada sang adik. "Mungkin ngga Dave lagi pdkt sama Karen?"
"Mungkin saja sih, Mas."
"Tapi mereka berdua tuh hobinya berantem loh, Kev."
Melihat wajah Levin yang tampak begitu menyangsikan, "Memangnya berantem itu harus selalu didasari oleh rasa ngga suka, ya?" Kevin kemudian menjelaskan bahwa apa yang dilihatnya selama ini adalah yang sebaliknya.
"Sebenarnya kalau Mas mau memerhatikan lebih seksama, Dave itu perhatian dan sayang loh sama Karen."
"Masa sih, Kev?"
Kevin mengangguk mantap. "Coba sekali-kali Mas perhatikan cara Dave menatap Karen."
Belum sempat Levin menanggapinya, sosok yang ditunggunya sejak tadi itu pun masuk di ambang pintu.
Sembari menutupi kekagetannya, "Tumben lo berdua sudah datang," Dave berucap seraya melepas tas dan juga jaketnya.
Saat Levin sudah bangkit dari kursinya, Dave buru-buru duduk lalu melihat ke arah keduanya secara bergantian. "Kalian kenapa sih?" tanya Dave yang sebenarnya sudah menduga kalau usahanya kemarin, akan menuai banyak pertanyaan terutama dari dua orang yang ada di hadapannya ini.
Dengan senyum penuh makna, Levin melontarkan pertanyaannya, "Lo suka Karen ya, Dave?" Kevin sontak menepuk dahinya sambil meringis.
Meski sebenarnya kaget bukan main, "Lo salah makan atau lupa minum obat, Lev?" Dave dengan wajah yang dibuat sekesal mungkin, berhasil melontarkan pertanyaan balik pada Levin.
"Dave, lebih baik sekarang lo ngaku aja deh. Lo suka sama Karen, kan?" Levin semakin mendesak Dave untuk mengakuinya.
"Kalau lo ngga su--"
"Mas, jangan maksa begitu dong nanyanya," potong Kevin yang kemudian menghela napas panjang. Sungguh, bukan eksekusi yang seperti inilah yang diinginkan Kevin. Apalagi objek yang mereka hadapi adalah seorang laki-laki dengan segunung gengsi di punggungnya.
Guna menghindari pertanyaan-pertanyaan yang pastinya semakin membuat jantungnya ingin meletus, "Gue ke toilet dulu," Dave pun bangkit dari kursi.
"Eh, Dave! Jawab dulu pertanyaan gue."
Dave menggelengkan kepalanya, "Pertanyaan lo sangat bersifat asumsi dan gue rasa, hari masih terlalu pagi untuk bergosip," tanggapnya yang kemudian berlari ke luar dari kelasnya.
Setelah yakin kalau dirinya tidak diikuti oleh kedua murid yang sama-sama bernama belakang Setiawan itu, Dave bergegas membelokkan langkahnya menuju ke gedung A, tempat di mana murid-murid kelas satu melakukan kegiatan belajarnya.
Beberapa langkah lagi sampai di tempat tujuan, Dave malah melihat kehadiran sosok Rimba yang tampak sedang bercakap-cakap dengan sang pacar. Tidak bisa lagi menghindar, Dave memutuskan untuk melanjutkan langkahnya.
Melihat kehadiran Dave di tempat yang dianggap Rimba tidak lazim untuk seorang Davendra, "Lo mau ke mana, Dave?" Rimba bertanya dengan wajah yang terlihat begiti bingung sekaligus penasaran.
Dengan ekspresi wajah yang dibuat sedatar mungkin, Dave menjawab apa adanya dengan pandangan yang sudah dia edarkan ke dalam kelas.
Navee yang sejak tadi berdiri di samping Rimba sambil mengamati tingkah dari pria bertubuh tinggi dengan kulit putih dan hidung mancung itu pun mengeluarkan suaranya. "Kak Dave mau cari Karen, ya?" tanyanya hati-hati.
Mengalihkan perhatiannya pada Navee, "Memangnya penghuni kelas ini hanya Karen, ya?" Dave kembali memasang mode judesnya.
Menelan ludahnya dengan kasar, "Jadi, Kak Dave mau cari siapa?" Navee pun menggeser tubuhnya menjadi di belakang Rimba.
Baru saja Dave akan menjawabnya, suara Karen sudah terdengar dari ujung lorong. Berteriak memanggil nama Navee sambil berlari-lari.
Begitu gadis cantik itu berada tepat di depan ketiganya, Dave berdecak sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Dasar bebek berisik!" ejeknya yang tentu saja berhasil mencuri perhatian dan membangkitkan jiwa Karen.
"Eh, Kak Dave kok bisa ada di sini? Kak Dave lagi ngapain? Kak Dave mau malak anak kelas satu, ya? Atau Kak Dave maumm--" Ucapan Karen terhenti tepat setelah telapak tangan Dave berhasil mendarat dan membungkam mulutnya.
Masih dalam keadaan menutup dengan tangan kanannya, "Suara kamu itu polusi bagi kuping saya, tahu?" Dave berucap dengan penuh penekanan di setiap katanya.
Tidak bisa berbicara dengan leluasa, Karen terlihat menajamkan tatapannya. Andai tidak gengsi, Dave akan mengatakan bahwa ini adalah pemandangan yang sangat menggemaskan sekaligus menyenangkan baginya.
"Wah, ada Levin!" Mendengar teriakan Rimba, Dave sontak melepaskan bekapannya.
Bersamaan dengan itu, Karen yang sudah terbebas, segera menarik tangan Navee.
"Eh, Kar? Eh, aku masuk ke dalam dulu ya, Kak Rimba," pamit Navee yang kemudian melemparkan senyum manisnya pada sang kekasih.
Usai membalas senyuman itu, Rimba beralih pada Dave yang tengah menatapnya dengan garang. Terkekeh sambil mengangkat kedua jarinya membentuk tanda peace, "Sudah ayo balik," ajaknya kemudian.
Meski mendengkus kesal, Dave akhirnya mau mengikuti ajakan Rimba.
Begitu keduanya sudah keluar dari gedung A, Rimba yang sudah mengetahui kebenaran atas cokelat yang salah alamat itu pun mencoba untuk memberitahu sahabatnya.
Tepat saat melewati papan mading, "Ngomong-ngomong, lo sudah tahu siapa pengirim dua kotak cokelat itu belum, Dave?" tanya Rimba yang langsung mendapat gelengan kepala.
"Masa, sih?"
"Lah, memangnya kenapa kalau gue belum tahu?" tanya Dave yang memang punya kebiasaan untuk bertanya balik itu.
"Lo ngga penasaran? Ngga jadi cari tahu siapa orangnya gitu?" Dave kembali menggelengkan kepalanya.
"Kok aneh, yaa..."
"Kenapa aneh?"
"Yaa... gue merasa sangsi saja kalau lo ngga penasaran dengan hal-hal yang berbau misteri begitu."
Dave tertawa, "Kata Daddy, ngga semua tabir misteri itu harus disibak kok," tanggapnya yang tentu saja membuat Rimba bingung. Saat kemarin Navee menceritakan padanya soal Dave yang tiba-tiba mengajak Karen pulang bareng, tentu saja dia mengira kalau hal itu ditenggarai oleh cokelat salah kirim tersebut.
Apa jangan-jangan, dugaan Kevin benar, ya? Kalau Dave itu memang sudah suka dengan Karen sejak lama... batin Rimba yang kini mendapati Dave yang tengah memperhatikan telapak tangannya sambil tersenyum-senyum.
Yuklah diramaikan dengan komentar2 kalian😘💞💕
Happy reading!
.
.
.
Kak Rurs with 💎
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Davendra✔ (Completed)
قصص عامةSeri ketiga dari The Trisdiantoro's Love Story "Kalau matahari saja bukan satu-satunya bintang di alam, seharusnya kamu juga bukan satu-satunya perempuan yang membuatku jatuh hati." Davendra Nadithya Trisdiantoro terus saja mengingkari perasaannya...