Menjelang Sah

1.8K 165 22
                                    

Hari demi hari terasa berlalu dengan sangat cepat hingga hanya dalam hitungan dua belas jam ke depan, Dave akan resmi mempersunting Karen. Selain karena selama ini keduanya disibukkan dengan berbagai macam persiapan pernikahan, mereka juga harus bolak-balik menghadiri persidangan atas kasus penganiayaan, penculikan serta pembunuhan berencana yang telah dilakukan oleh Alexio. Meski hakim belum mengetuk palu, tapi setidaknya sang terdakwa sudah ditangani oleh para ahli kejiwaan yang ditunjuk oleh pengadilan.

Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 22.10 tapi para pria dari keluarga Setiawan terlihat masih betah berkumpul di ruang menonton televisi. Lucunya, meskipun besok adalah hari bahagia yang dinanti-nantikan sejak lama, saat ini wajah mereka semua justru terlihat begitu muram dan juga kesal.

"Pa, kita nikahin Dave sama Karen malam ini saja deh, yuk!" ujar Levin yang kemudian berkata bahwa dia tidak bisa tidur sebab Rinka sedang diculik oleh Karen.

"Kamu pikir, Papa bisa tidur kalau Mamamu tidak ada di samping Papa?" tanya Bagas dengan ekspresi mirip seorang anak kecil yang baru saja kehilangan mainannya.

"Eh, kalian berdua tuh diam saja karena sudah pasrah atau bagaimana, Kev, Al?" Kali ini Levin bertanya pada kedua adiknya.

"Memangnya apalagi yang bisa kita lakukan selain berpasrah diri?" tanya Alvin balik.

"Haaaaah... Karen menyebalkan sekali, sih! Duh, Rinka! Masmu ini tidak bisa hidup dan tidur tanpamu, Sayang. Kamu jago banget sih nyiksa aku!"

Mendengar ratapan Levin, Kevin pun tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Sebenarnya dia juga merasakan hal yang sama dengan sang kembaran, tapi suami dari Icy itu tidaklah mau mengumbarnya.

Berselang sekian menit, Rizal pun menampakkan diri dan ikut bergabung dengan mereka. "Eh, ada Om Rizal! Wah, kelihatannya kusut banget nih, Om," goda Alvin lalu menanyakan keberadaan Leeandra.

"Tantemu dirampok Aren!" jawab Rizal ketus.

"Wahahahaa, yes! Om Rizal kena getahnya juga!" seru Levin yang membuat semuanya tertawa.

"Ngomong-ngomong soal getah, kabar Alexio bagaimana?" tanya Rizal yang sontak saja mengubah suasana menjadi lebih serius.

"Tiga hari yang lalu, Karen sempat diminta untuk jenguk dia di rumah sakit khusus tahanan gitu, Om," Levin kemudian menjelaskan bahwa kesehatan Alexio sedang menurun drastis. "Menurut cerita kedua orangtuanya, selain sudah tidak mau makan, Alexio juga sering ketangkap sedang mencekik lehernya sendiri," imbuhnya.

"Sebenarnya Om kasihan sama dia," tanggap Rizal yang mendapat anggukkan dari Bagas. Menurut adik dari Nadine ini, Alexio adalah korban dari rasa cinta yang terlalu besar. "Ya begitulah kalau rasa cinta tidak dia pasrahkan pada sang pecipta. Bukannya mengindahkan hidup, malah mampu menutup mata hati dan juga menenggelamkan akal sehatnya."

"Tapi gara-gara keadaan Alexio yang begitu, Dave sempat merasa bersalah loh, Om," ungkap Levin.

"Bersalah karena apa?"

"Karena menurut Dave, dialah yang menyebabkan semua ini," jawab Kevin yang diangguk oleh semua orang.

"Secara teknis, biang keroknya memang si Dove. Namun, di sisi kemaslahatan, inilah yang terbaik. Coba kalian bayangkan. Apa yang akan terjadi pada Karen jika dia memiliki suami seperti Alexio? Bisa-bisa kita semua dibunuh olehnya dengan alasan cemburu."

Sementara para pria jadi asyik membahas perihal Alexio, Karen yang malam ini memang minta untuk tidur bersama dengan sang mama, ketiga kakak iparnya, sang tante dan sepupunya yang bernama Kristal itu tampak tengah tertawa terbahak-bahak.

"Dikarenakan jam sudah mau menunjukkan pukul sepuluh, maka calon pengantin harus tidur sekarang," ujar Nadine di sela-sela tawa Karen lantaran mendengar cerita Leeandra tentang suaminya.

"Yah, Mama... Karen kan masih mau dengerin cerita."

"Eh, kalau kamu nggak tidur sekarang, besok kamu pasti lemas loh, Sayang. Apalagi tamu kalian banyak banget dan di malam harinya kamu sudah harus siap berolahraga ranjang bersama Mas suami," jelas Nadine yang tentu saja mengundang kehebohan.

"Mbak yakin kalau kamu pasti merasa kelelahan dan juga kewalahan, Kar!" ucap Icy yang kemudian cekikikan bersama Rinka.

"Ah, kayaknya Kak Dave nggak seperti Mas Kevin apalagi Mas Levin deh, Mbak," tanggap Karen yang sebenarnya mulai merasakan panas dingin di dalam tubuhnya.

"Eh, jangan salah. Papamu yang tampilan luarnya dingin dan kalem saja bikin Mama nggak mau bangun dari tempat tidur, apalagi Dave."

"Jadi, kalau menurut prediksi Mama, Kak Dave akan seperti apa sama Karen?"

Belum sempat Nadine menjawab, "Muka kamu jadi memerah seperti ini karena sedang membayangkan Dave melakukan 'itu' ya, Kar?" Icy bertanya sambil menarik turunkan alisnya, menggoda sang adik ipar.

"Bayangin apanya, Kar? Wahahaha... Eh, dosa loh bayangin yang belum halal," sahut Nirmala.

"Iiiih! Karen nggak ngebayangin apa-apa kook! Sudah, ah. Yuk, kita tiduuur!" Semuanya tertawa apalagi melihat Karen yang segera membenamkan wajahnya di bantal sambil sibuk mengusir pikiran-pikiran kotor yang mulai hinggap di otaknya itu.

Ayo, dong otak. Jangan mesum! Ayo Karen, kamu tidak boleh mesum...

Bak setali tiga uang dengan calon istri, Davendra juga tengah disuruh untuk segera tidur oleh Nicholas melalui sambungan telepon.

"Lo mau ngelewatin malam pertama dengan ngorok bareng doang?"

"Memangnya kenapa kalau gue sama Karen cuma tidur doang?" tanya Dave seraya menggaruk alisnya.

"Heh, Davendol! Coba sekarang lo ambil air segelas deh."

"Buat apa, Nich?"

"Buat basuh otak karatan lo! Sumpah, ye, Dol! Lo tuh jadi super duper lemot kalau lagi bahas soal reproduksi!"

"Oh, kalau soal itu. Sejujurnya, gue sama Karen nggak mau buru-buru punya anak juga."

"Aaaarggggh! Kalau saja besok lo kagak jadi manten, gue santet deh lo!"

Davendra pun tertawa terbahak-bahak. Sebenarnya dia tahu maksud Nicholas, tapi dia sengaja menggoda sang sahabat yang katanya sedang sedih karena belum juga mendapatkan gandengan.

"Eh, Nich. Gue mau nanya satu hal sama lo deh."

"Apa? Apa lagi yang mau lo tanya sama gue?"

"Besok lo kondangan sama siapa?"

"Nah, sebelum gue jawab itu, gue mau tanya sesuatu nih sama lo."

"Apa?" tanya Dave dengan dahi yang mulai mengerut.

"Anggota gengnya Karen yang namanya Mona punya pacar nggak sih, Dave?"

"Lo naksir sama Mona?"

"Eh, kampret! Gue tuh cuma tanya! Kenapa malah kena tuduh begitu? Ah, sudahlah sana lo tidur! Semakin malam lo makin geblek, tahu, nggak?" Mendengar Davendra tertawa terbahak-bahak, sejumlah sumpah serapah pun dilayangkan oleh Nicholas padanya.

"Hahahaha... Sebenarnya gue juga cuma nanya loh, Nich," jelas Dave yang semakin membuat Nicholas mengamuk.

"Daripada gue kirim bom ke rumah lo, mendingan gue tutup nih telepon." Di sela-sela tawanya, Dave mengucapkan terima kasihnya.

"Terima kasih sudah membuat gue sedikit relax."  Usai mengiakannya, sambungan telepon itu pun diputuskan terlebih dahulu oleh Nicholas.

Wahai matahari, cepatlah datang dan jadilah saksi bahwa Davendra telah memiliki semestanya.

Terima kasih sudah menemani Kak Rurs menulis sampai di bab ini💞😘
Sehat selalu untuk kalian di manap pun itu!
.
.
.
Kak Rurs with💎

Semesta Davendra✔ (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang