Kalau Gue Jadi Lo

1.3K 151 13
                                    

Sudah hampir satu menit berlalu, tapi tawa Nicholas tidak juga berhenti. "Hahaha... Duh, Dave... Dave..." Sungguh dia tidak menyangka bahwa semua pengikaran yang selama ini dilakukan Dave akan berujung seperti yang baru saja didengarnya.

"Jangan ketawa aja, lo!" Dave yang mulai kesal kemudian melempar gumpalan tissue ke arah pria yang selalu berpenampilan acak-acakan tapi tetap menawan itu.

"Sumpah! Sumpah! ini tuh lucu banget... Hahahaha..."

Melihat Nicholas yang terus saja tertawa, "Kalau lo masih ketawa, gue ting--"

"Hahaha... oke, oke... Gue diam," potong Nicholas lalu menarik napas dalam dan mengeluarkannya perlahan. Usai berhasil menghentikannya, dia tampak memijat-mijat pipi dan juga rahangnya yang terasa agak kaku akibat terlalu banyak tertawa

Setelah meminum air mineral yang selalu dibawanya, "Menurut gue, kejadian kocak banget ini memangkas banyak PR lo, loh, Dave."

"Maksudnya?"

"Ya, kalau gue jadi lo, gue tinggal bilang cinta sama Karen terus cari restunya Om Bagas deh."

"Wah, enak banget lo ngomong!"

"Lah, memangnya mau apa lagi? Lo mau main petak umpat hati lagi?" Dengan cepat Dave menggelengkan kepalanya.

"Status Karen yang masih jadi tunangan dari pria yang sesuai dengan kriterianya itulah yang bikin gue jadi mumet."

"Ngapain lo pusingin? Kata KBBI, arti status itu hanyalah keadaan atau kedudukan dalam hubungan dengan masyarakat di sekelilingnya. Sudah begitu, status mereka juga belum sah di mata agama dan negara, kan?"

Melihat sahabat mengangguk ragu, "Sekarang gue mau nanya sama lo." Nicholas pun melontarkan pertanyaannya. "Lo mau melihat Karen bahagia, kan?"

"Sudah pasti iya," jawab Dave mantap.

"Berarti lo harus cari tahu siapa pemilik hatinya Karen yang sesungguhnya dan menjadi bahagianya selama ini, Dave."

"Kalau ternyata pemilik hatinya bukan gue, bagaimana?"

Bukannya menjawab, Nicholas malah mengambil ponsel Dave yang memang diletakkan oleh sang pemilik di atas meja.

"Eh, lo mau ngapain?" tanya Dave seraya mencoba merebutnya.

"Gue mau jawab pertanyaan lo yang tadi," jawab Nicholas santai sambil mencari-mencari kontak Karen di sana.

"Nich, gue bakal marah besar kalau sampai lo berani nge--"

"Sssstss... sudah lo percaya saja sama gue." Nicholas dengan wajah jenakanya, lantas mengetikkan sebuah pesan yang kemudian dikirimnya ke kontak yang diberi nama 'Bebek Berisik' itu.

"Gawai yang lebih cerdas dari lo ini gue sita sampai Karen balas," ucap Nicholas yang kemudian mengangkat tangannya, memanggil salah seorang pramusaji yang berada tidak jauh dengan mereka.

Mencoba mempercayai sang sahabat, Dave pun ikut memesan makanan untuk mengisi perutnya yang sudah mulai berbunyi.

*****

Di waktu yang bersamaan, di sebuah restoran Jepang, tampaklah seorang perempuan yang sedang sibuk bercerita pada kedua sahabatnya. Meski sudah selesai menyantap makanan yang dipesan, sepertinya mereka masih nyaman berada di sini.

"Setelah Mas Alexio disidang sama para penjaga itu, dia bilang apa sama lo?" tanya perempuan yang bertubuh paling berisi di antara ketiganya.

"Mas Iyo cuma ngingetin janji gue, Mon"

"Janji untuk sama-sama berjuang mencari restu dari orangtua dan keluarga?" Karen mengiakannya dengan anggukkan.

"Ngomong-ngomong soal restu, orangtuanya Mas Alexio sudah oke sama hubungan kalian belum sih, Kar?" Kali ini perempuan yang menggunakan kacamata dan berprofesi sebagai penulis itulah yang bertanya.

Dengan wajah yang terlihat bingung, Karen akhirnya menggeleng sambil mengangkat bahunya.

"Eh, maksud lo, keluarganya juga nggak setuju gitu, Kar?" Mona kembali bertanya.

"Sejujurnya, gue hanya baru dikenalkan sama adiknya Mas Iyo sih, Mon, Nav." Mendengar jawaban itu, kedua sahabatnya kompak menggeleng-gelengkan kepala.

"Kalau memang gitu, kenapa lo terima lamarannya, Karenina? Ih, kalau gue jadi lo, gue sih ogah bilang 'yes, i do' plus buat janji untuk berjuang bareng sama orang yang belum ngenalin gue ke ortunya."

"Gue sepakat dengan Mona," tanggap Navee yang membuat Karen mengembuskan napasnya kasar.

"Terus, gue harus bagaimana?" tanya Karen dengan wajah yang terlihat frustasi.

"Sebelumnya, gue tanya dulu deh sama lo." Navee kembali bersuara. "Lo benar-benar sayang dan cinta dengan Mas Iyo nggak, Kar?"

Karen sontak memejamkan mata. Sebenarnya pertanyaan itu tidak sulit untuk dijawab. Apalagi dia tahu kalau Dave sudah mengakui perasaannya di depan keluarga besar Trisdiantoro lalu memiliki rencana untuk kembali mengejar dirinya. Terlebih ketika Karen menghubungi Dave atas ide sang mata-mata, dia mampu merasakan bahagia yang selama ini dicari dan tidak pernah dia dapatkan dari Alexio.

Saat Karen akan menjawab pertanyaan Navee, sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya. Usai melirik, mulutnya pun menganga tak percaya.

Kakak Galak
Besok sore kamu free nggak, Kar?

Melihat ekspresi wajah Karen yang berubah drastis, Mona menanyakan alasannya. "Kak Dave ngechat gue!" pekik Karen yang kemudian menunjukkan buktinya.

Selesai melihatnya, "Sini, biar gue yang balas," ucap Mona yang kemudian langsung mengetikkan pesan balasan.

"Eh, besok sore lo kosong, kan, Kar?" tanya Mona tepat sebelum ibu jari kanannya menyentuh kotak bertulis 'send'.

"Kosong, sih..."

"Oke!" Sebuah pesan pun berhasil dikirimkan.

"Kira-kira Kak Dave mau ngapain, ya?"

"Mu--"

Sebuah pesan balasan menghentikan ucapan Mona.

Kakak Galak
Nicholas ngajak kita meeting buat ngomongin konsep foto JM.
Di mana saya harus jemput kamu?

Karen yang ikut membacanya, tampak semakin mengerutkan dahi. "Ini benaran Kak Dave?"

"Daripada lo mikir yang aneh-aneh, mending cepet lo jawab itu," suruh Mona yang sebenarnya sudah gatal ingin mengetikkan jawabannya.

"Kalau gue bilang di HG, kira-kira Kak Dave berani jemput gue nggak, ya?"

"Let's see," tanggap Navee yang kali ini merebut ponsel tersebut, lalu mengetikkannya dengan cepat.

Kakak Galak
Oke, saya jemput kamu
See you

Karen semakin membelalakan matanya. Sungguh, dia sulit percaya dengan apa yang sedang dilihatnya. Apakah perubahan ini disebabkan oleh ucapannya pada Dave semalam? Ataukah ini akibat dari penawarannya tadi pagi?

"Kar, lo belum jawab pertanyaan gue," ingat Navee yang sekaligus membuyarkan lamunan Karen.

"Ah, iya, soal itu. Sejujurnya gue bingung, Nav. Gue memang suka sama Mas Iyo, tapi pemilik hati gue ya cuma Kak Dave seorang." Tanpa diduga, Karen menitikkan air matanya.

"Kareeen..." Mona dan Navee lantas bangkit lalu memeluk tubuh Karen yang mulai bergetar.

"Seperti yang kalian tahu, sejak dulu, sayang dan cintanya gue tuh cuma buat Kak Dave..." Kedua sahabat sekaligus para saksi hidup atas perasaan Karen terhadap Dave, hanya bisa mengiakannya sambil mencoba menenangkan Karen. Untung saja mereka makan di VIP room, karena kalau tidak, sudah pasti ada adegan ini diabadikan lalu disebar luaskan di dunia maya.

Happy reading!💞💞
Ditunggu komentarnyaa 💜💜
.
.
.
Kak Rurs with💎

Semesta Davendra✔ (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang