Mengetahui dari Reno bahwa putra semata wayangnya sedang pergi menemui Bagas, Radith yang saat ini sedang duduk di kursi taman, tampak tersenyum dengan lebarnya. Meski adiknya itu tidak mengatakan dengan jelas apa yang akan dilakukan Dave di sana, tetap saja Radith merasa senang luar biasa.
Dikarenakan melihat suaminya senyam-senyum sendiri, Neona yang baru saja kembali dari dapur untuk mengambil singkong goreng pun mempertanyakan penyebab hal tersebut.
"Mas baru saja dapat telepon dari Reno. Selain mengabarkan perkembangan kasus teror terhadap kurirnya DE, dia juga cerita kalau tadi Dave minta izin karena dia mau bertemu dengan Mas Bagas," terang Radith yang membuat Neona membelalakkan matanya, tak percaya.
Sekian detik merasa takjub sekaligus senang, "Kira-kira alasannya Dave ke sana sama dengan harapan kita selama ini ngga, ya, Mas?" Neona bertanya sembari mencoba menekan ekspektasinya.
"Kalau firasatnya Mas sih berkata begitu, Na," jawab Radith yang kemudian melayangkan ingatannya ke masa di mana Dave tengah mencurahkan isi hatinya yang sedang berbunga-bunga itu.
Sore itu, sepulangnya dari bengkel, Radith melihat Dave tengah membersihkan motornya sambil tersenyum-senyum sendiri. Radith yang tidak biasa melihat hal itu pun bergerak mendekat. "Tumben kamu senyum-senyum begitu," komentarnya pelan tapi berhasil mengangetkan Dave.
"Dave tidak senyum-senyum kok, Dad," elak Dave yang lantas menyibukkan diri dengan sabun dan juga roda sepeda motornya.
"Jangan punya hobi menyangkal seperti Mommymu begitu dong, Dave."
"Dave bilangin ke Mommy loh, Dad,'" ancam Dave yang sebenarnya merasa malu karena sudah gagal menutupi perasaannya saat ini.
"Berani bilang ke Mommy, berarti motormu Daddy sita," balas Radith yang kali ini membuat Dave mendengkus lalu mengakui perbuatannya.
"Jadi, siapakah yang berhasil membuat anaknya Daddy senyum-senyum?"
Alih-alih menyebut nama, "Menurut Daddy, kenapa rasa benci bisa jadi cinta?" Dave justru melontarkan sebuah pertanyaan pada Radith.
"Wah, kalau soal itu, seharusnya kamu tanya langsung sama para pelakunya dong," jawab Radith seraya menebak-nebak ke mana arah pembicaraan sang anak.
"Maksud Daddy, Dave harus langsung tanya sama Uncle Reno dan Aunty Rara?"
Radith mengangguk lalu kembali bertanya, "Memangnya kamu sedang merasa jatuh cinta pada musuh kamu?"
"Ngga jatuh cinta juga sih, Dad. Tapi, entah kenapa, Dave tuh ngerasa senang setelah memboncengi anaknya Om Bagas."
"Anaknya Mas Bagas? Maksud kamu Karen?" tanya Radith dengan wajah tidak percaya.
Berdecak kesal, "Masa iya, Dave begitu setelah mengantar Levin, Kevin atau Alvin, Dad?"
"Rasa senangnya bagaimana nih, Dave?" tanya Radith mengabaikan wajah kesal dari remaja tampan yang ada di depannya itu.
"Senang yang bikin senyumm-senyum terus gitu, Dad. Aneh, ya?" ujar Dave apa adanya.
Meski sebenarnya Radith sangat ingin mengulik jawaban itu, dia justru menanyakan tanggapan Karen terhadap putranya. "Soalnya ini tumben banget loh, kamu ngga marah-marah dan ajak Karen berantem."
"Kalau soal tanggapan Karen sama Dave ... Ya, Dave juga ngga tahu sih, Dad."
"Kamu ngga berani buat tanya langsung sama Karen?"
"Dave tanya langsung sama Karen?" Wah, bisa habislah harga diri ini." Mendengar itu, Radith menasihati Dave soal sifat bawaan yang entah bagaimana bisa diturunkan Reno pada anaknya itu.
"Jadi seorang pria itu, yang digedein otot tangannya, bukan malah rasa gengsi begini, Dave."
Usai mengiakan ucapan Radith, Dave menarik napasnya dalam-dalam. "Mungkin Dave akan amati secara diam-diam dulu kali ya, Dad," ucapnya yang tentu saja membuat Radith menggelengkan kepalanya.
"Mas Radith... Mas?" Neona lantas memanggil-manggil Radith sambil menusuk-nusuk pipi dari pria yang tetap tampan di usianya yang sudah hampir memasuki kepala enam itu.
"Mas Radith kok jadi melamun?" tanyanya setelah Radith mengerjap-ngerjapkan kelopak matanya.
Tersenyum lembut, Radith yang kini menatap Neona dengan dalam berkata, "Mas hanya sedang teringat dengan curhatan Dave kala itu."
"Curhatan yang mana Mas?"
"Curhatan pertamanya Dave tentang Karen," jawab Radith yang membuat Neona tersenyum lalu menganggukkan kepalanya.
"Seandainya saja peristiwa itu tidak terjadi, mungkin saja saat ini kita sudah berbesan dengan Mas Bagas dan Nadine ya, Mas."
"Jangan bilang begitu, Sayang." Radith kemudian mengingatkan Neona bahwa semua yang terjadi adalah ketetapan dari-Nya. Tidak untuk disesali, tapi seharusnya disikapi.
"Jadi, seharusnya Neona berkata, seandainya saja Dave tidak membesar-besarkan rasa gengsinya, mungkin saja kita sudah berbesan dengan Mas Bagas dan Nadine ya, Mas?"
Seraya menganggukkan kepala, Radith mengusap pipi dari wanita yang sudah menjadi pasangan hidupnya selama tiga puluh tahun lebih itu.
Menyunggingkan senyum, "Sejujurnya, inilah hal yang membuat Neona selalu jatuh cinta pada Mas Radith." Neona berkata apa adanya.
Ramaikan dengan voment kalian ❤️💕
Bagi yang ingin membaca kisah Radith dan Neona, bisa dipesan novel Bulan Bintang ke nomor 083898452294 yaa 😉
.
.
.
Kak Rurs with💎
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Davendra✔ (Completed)
Ficción GeneralSeri ketiga dari The Trisdiantoro's Love Story "Kalau matahari saja bukan satu-satunya bintang di alam, seharusnya kamu juga bukan satu-satunya perempuan yang membuatku jatuh hati." Davendra Nadithya Trisdiantoro terus saja mengingkari perasaannya...