Di waktu yang bersamaan, Levin, Kevin dan Alvin juga mengadakan rapat di kediaman orangtua mereka. Awalnya mereka membicarakan perihal kabar pertunangan Karen lalu berujung pada pembahasan tentang kedatangan Dave di Roseril sore tadi.
"Sebelum Dave masuk ke ruangan Papa, Kevin sempat bilang gini sama dia. 'Entah apa yang lo mau omongin sama Papa, gue harap itu sesuatu yang berhubungan dengan doa gue selama ini ya, Dave.'"
"Terus Dave jawab apa, Kev?" tanya Levin dengan menggebu.
"Dave hanya mengangguk, Mas."
Dengan alis yang terangkat sebelah, "Setelah selesai, kamu ngga tanya alasannya ketemu Papa?" Melihat saudara kembarnya menggeleng, "Kenapa ngga ditanya, sih, Kev?" Levin langsung memasang wajah penuh kekesalan.
Sedikit terkekeh, "Bagaimana kalau kita tanya sama Papa saja, Mas?" Alvin mengajukan usulnya.
"Mas sudah tanya sama Papa," tanggap Kevin yang kemudian mengatakan bahwa Bagas menjawab kalau keduanya hanya makan siang bersama.
"Kalau menurut Mas, ngga mungkin banget mereka cuma makan bareng." Kevin mengiakan ucapan sang kakak.
Seraya membenarkan letak kacamatnya, "Mungkin ngga kalau alasan Mas Dave ketemu sama Papa itu ada kaitannya dengan merebaknya berita pertunangannya Karen?" Alvin hanya mencoba mengungkapkan buah pemikirannya.
Sama-sama terdiam, kedua pria yang kini sudah berusia 31 tahun itu pun melayangkan pemikiran mereka ke masa-masa terakhir kalinya melihat kebersamaan Dave dan Karen.
"Kalau mengingat Dave yang pernah diam-diam mendekati Karen, pemikiran kamu itu bisa bernilai positif, Al," Levin menganggukkan kepala, "tapi kalau melihat bagaimana sikap Dave terhadap Karen, khususnya setelah kejadian itu, sejujurnya Mas merasa ragu."
"Ini jadi sangat sulit untuk dianalisis karena Karen juga ngga pernah mau cerita sedikit pun soal kedekatan mereka pada waktu itu," ungkap Alvin.
"Entah sumpah apa yang sudah mereka ikrarkan, yang jelas keduanya kompak menyembunyikannya dari kita semua," tanggap Levin yang kemudian mengingatkan Alvin soal hasil pengintaiannya bersama Kevin dahulu.
Sore itu, Levin dan Kevin yang memiliki kelas pendalaman materi matematika, memutuskan untuk membolos. Alasannya tak lain karena mereka ingin membuntuti Dave yang sudah hampir dua pekan ini selalu dikabarkan mengantar Karen pulang.
Setelah mengikuti dalam jarak aman, keduanya pun tahu ke mana dan apa yang dilakukan dua anak manusia yang selalu beradu mulut jika sedang di depan mereka itu.
Melihat bagaimana Dave bisa membuat adiknya mengeluarkan sejuta ekspresi, "Kalau seandainya Dave naksir Karen, kenapa dia ngga langsung bilang sama kita aja sih, Kev?" Levin mengajukan pertanyaan yang muncul di benaknya sejak mendengar cerita sang mama dan juga penyangkalan Dave.
"Bisa jadi Dave takut sama kita sih, Mas."
"Takut sama kita?"
Kevin menganggukkan kepalanya. "Iya, bisa saja Dave takut kita tolak atau godain habis-habisan."
"Mas yakin, Dave pasti takut kita godain sih. Selain anak yang satu itu paling susah untuk diajak hahahihi, Mas juga yakin kalau dia ngga mau ketahuan suka sama musuhnya sendiri."
"Dasar gengsian!" Levin dan Kevin pun tertawa bersama.
"Setelah tahu begini, kita harus bagaimana nih, Mas?" tanya Kevin yang membuat Levin berpikir sejenak.
"Kalau menurut Mas, sebaiknya kita pura-pura tak tahu saja deh, Kev." Levin kemudian mengatakan bahwa dia tidak ingin mengganggu kebahagiaan Dave dan juga Karen.
"Ngomong-ngomong, Mas Levin setuju kalau Karen dengan Dave?"
"Mengapa tidak? Toh, kita kenal Dave dan keluarganya sejak kecil, bukan?"
Usai mendengar cerita yang sebenarnya sudah pernah didengarnya dahulu itu, Alvin memberi tanggapannya. "Dibandingkan dengan kisah percintaan kita bertiga, kisah Mas Dave sama Karen ini paling penuh misteri ya, Mas."
"Jika saja kecelakaan yang membuat Dave koma selama dua bulan itu tidak pernah terjadi, bisa dipastikan, misteri kisah mereka tidak akan pernah ada sih, Al," ucap Levin sambil mengusap wajahnya dengan kasar.
Waktu itu, setelah Levin dan Kevin mengetahui pendekatan yang sedang dilakukan Dave pada adik bungsu mereka, keduanya lantas menyusun rencana untuk membuat anak semata wayang Radith itu untuk mengakui semuanya di depan mereka.
Sayangnya, Allah tidak menghendaki rencana tersebut. Ketika Dave sudah sadar koma yang cukup panjangnya, dia langsung mengubah sikapnya secara drastis terutama pada Levin, Kevin, Bara, Aufar dan Rimba. Dave yang biasanya ikut berkumpul, berubah menjadi sosok penyendiri yang tertutup dan hanya mau berinteraksi dengan Nicholas.
Hal itu terus saja berlangsung hingga sampai Dave dan Levin sama-sama mendapat amanat di organisasi kemahasiswaan tingkat fakultas. Kala itu Levin menjabat sebagai ketua BEM sedangkan Dave adalah ketua Senatornya.
Seiring berjalannya waktu, hubungan mereka terlihat membaik. Namun, hal itu tidak semerta-merta membuat Levin maupun Kevin berani membahas hal yang sudah lampau tersebut. Terlebih, Dave dan Karen juga saling menunjukkan sikap antipati di antara mereka.
Walaupun Levin, Kevin dan Alvin masih sering mencoba utuk menggoda keduanya, baik Dave maupun Karen kompak bergeming atas hal yang pernah terjadi di masa putih abu-abu itu.
"Kalau kita coba menguak misteri itu sekarang bagaimana, Mas?" tanya Alvin dengan penuh rasa optimis.
"Sebenarnya bisa saja. Tapi kita harus pastikan dulu alasan Dave bertemu dengan Papa, Kalau memang penyebabnya adalah kabar pertunangan Karen, kita harus bergerak untuk bantu dia nih," tanggap Levin dengan cepat.
"Kalau begitu, mari kita cari tahu dulu alasan Dave bertemu dengan Papa." Alvin kemudian mengatakan bahwa dia akan meminta tolong pada sang mama untuk membongkar isi pembicaraan tersebut.
Sepakat dengan ide tersebut, ketiganya lantas membubarkan diri. Alasannya tak lain karena sudah waktunya mereka berkumpul dengan anggota keluarga mereka yang lain. Meramaikan rumah Bagas dan Nadine dengan gelak tawa, seperti yang memang biasa terjadi hampir setengah dekade terakhir ini.
Happy reading, dear!💞💕
Semoga suka dengan sajian dari Kak Rurs ini
.
.
.
Kak Rurs with💎
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Davendra✔ (Completed)
BeletrieSeri ketiga dari The Trisdiantoro's Love Story "Kalau matahari saja bukan satu-satunya bintang di alam, seharusnya kamu juga bukan satu-satunya perempuan yang membuatku jatuh hati." Davendra Nadithya Trisdiantoro terus saja mengingkari perasaannya...