Setelah kemarin pingsan, pagi ini, Dave justru mengatakan pada kedua orangtuanya bahwa dia akan melakukan perjalanan bisnis. "Wajah kamu masih agak pucat loh, Dave," tanggap sang Mommy dengan wajah yang terlihat sangat khawatir.
"Tapi Dave sudah merasa bugar kok, Mom." Dave juga menjelaskan kalau dirinya akan pergi ke Bandung dan Subang dengan diantar oleh supir DE.
"Reno tidak ikut denganmu?" tanya Radith yang sebenarnya juga merasa takut kalau peristiwa itu terjadi lagi pada putra semata wayangnya.
"Kalau Uncle ikut juga, lalu siapa yang akan bertemu dengan orang-orangnya Grandpa Tian, Dad?"
"Daddy bisa." Dave menggelengkan kepala lalu menyatakan tidak setujuannya. Bagaimana pun juga, dia tahu kalau kondisi bengkel Radith tidaklah jauh berbeda dengan kondisi DE saat ini. Sangat membutuhkan perhatian serta penjagaan yang ketat.
"Meskipun Daddy bisa, sejujurnya di momen ini, Dave ingin menunjukkan pada Opa, Uncle dan juga semua orang bahwa seorang Davendra Nadithya Trisdiantoro itu pantas menjadi pemimpin masa depannya DE, Dad."
"Tanpa kamu membuktikannya, ka--"
"Dad, please ..." Dave memotong ucapan Radith. Meskipun tahu kalau tindakan ini sangatlah tidak sopan, dia terpaksa melakukannya demi masa depan DE yang menurutnya sedang di ujung tanduk itu.
Selain kasus terbakarnya dua warehouse serta penyerangan terhadap beberapa kurirnya, DE juga mengalami kerugian yang cukup besar akibat program free ongkir se-Jawa Bali yang sudah diterapkan selama satu bulan terakhir ini.
Neona yang paham dengan kondisi yang sedang dihadapi oleh anaknya terlihat memegang tangan Radith lalu menganggukkan kepalanya. Dari gerakan itu, dia meminta agar sang suami mau memberikan izin atas apa yang akan dilakukan oleh anak mereka itu.
Radith yang dasarnya memang lemah dengan ekspresi memohon milik sang istri, akhirnya ikut menganggukkan kepalanya. "Baiklah, Daddy izinkan kamu ke sana," putusnya yang membuat Dave tersenyum lebar.
Dengan bibir yang mengukir senyum lebar, Dave mengucapkan terima kasih lalu mengajak kedua orangtuanya untuk sarapan.
Seraya Radith mengaduk-aduk bubur ayam buatan Neona, "Kapan kamu kembali ke Jakarta?" Dia bertanya lantaran teringat dengan sebuah undangan makan malam yang teralamatkan untuk keluarga kecilnya.
"Rencananya sebelun salat Jumat, Dave sudah ada di DE lagi, Dad," jawab Dave yang kemudian bertanya alasan sang Daddy bertanya demikian padanya.
Melihat suaminya tengah sibuk menikmati sarapan, Neona pun mewakilkannya. "Keluarga kita diundang makan malam bersama keluarganya Mas Bagas di akhir pekan ini."
"Mengundang dalam rangka apa ya, Mom?" tanya Dave sambil berusaha mati-matian untuk mengendalikan ekspresi wajah dan juga nada suaranya.
"Ya, dalam rangka syukuran atas sembuhnya Mas Bagas dong, Dave." Neona kemudian menjelaskan alasan mengapa mereka bisa diundang.
"Memangnya obat dari dokter pribadinya keluarga Hendratama-Setiawan kurang mujarab?" tanya Dave setelah mendengar kalau Bagaskoro Setiawan sembuh dari demam berdarah setelah meminum obat tradisional ala keluarga Trisdiantoro.
"Sama seperti Daddy, Mas Bagas itu lebih senang minum obat yang bersifat alami," terang Radith yang kembali bersuara setelah selesai menghabiskan buburnya.
Berbicara soal obat, Dave jadi terngiat dengan kejadian saat Karen mengembalikan jaketnya. Meskipun hanya di dalam hati, Dave mengakui bahwa kedatangan Karen adalah pain killer yang tidak bisa didapatkannya di apotek mana pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Davendra✔ (Completed)
Ficção GeralSeri ketiga dari The Trisdiantoro's Love Story "Kalau matahari saja bukan satu-satunya bintang di alam, seharusnya kamu juga bukan satu-satunya perempuan yang membuatku jatuh hati." Davendra Nadithya Trisdiantoro terus saja mengingkari perasaannya...