"Kenapa gue bisa punya sahabat sebijak ini sih?" tanya Nicholas setelah Dave selesai menceritakan kasus yang ditanganinya siang ini.
"Mungkin karena gue anaknya Bapak Bintang Radithya," jawab Dave di sela-sela derai tawanya yang renyah.
"Kalau ternyata Arya ini hanyalah wayang yang dipasang dan dimainkan oleh kompetitor lo bagaimana?"
"Orang-orangnya Uncle Reno sudah memastikannya kok, Nich."
"Centengnya Uncle Reno ada yang berdarah pengkhianat ngga?"
"Semoga saja tidak ada," jawab Dave yang diaminkan dengan cepat oleh Nicholas.
"Oh, iya, Dave. Sebenarnya tujuan gue telepon tuh mau kasih tahu kalau pas gue balik dari nganter lo, gue ketemu Karen."
"Gue sudah ta--"
"Lo dengerin gue dulu Davendol!" Nicholas yang sudah hafal dengan tabiat Dave pun memotong tanggapannya.
Dengan jantung yang mulai berdegup kencang, Dave pun menyilakan Nicholas untuk melanjutkan ucapannya.
"Jadi waktu itu, gue langsung nawarin dia untuk jadi Ambassadornya Jari Manis. Terus lo tahu apa jawaban Karen?" Dave sontak menggelengkan kepalanya.
"Eh, ya... Ngga tahulah," jawab Dave setelah menyadari kalau gerakannya tidaklah dapat dilihat oleh lawan bicaranya.
"Karen bilang kalau dia harus tanya dulu sama calon suaminya."
"Calon apa lo bilang?"
"Daripada lo pura-pura budek, mending sekarang lo baca tuh berita di akunnya Lambemu Jeng!"
"Seorang cum lauder MIT percaya berita yang ditulis di akun gosip kaleng-kaleng? Wah, gue rasa lo su--"
"Kalau narasumber dari berita itu Karenina Semesta sendiri, yang kaleng-kaleng itu akun beritanya atau otak lo, Dave?" Sebelum Dave mendebatnya, buru-burulah Nicholas menyuruh pria itu untuk membaca berita yang baru keluar sekitar tiga jam lalu itu.
"Kalau sudah selesai, lo langsung chat gue ya, Dave. Biar gue yang telepon lo lagi," pesan Nicholas sebelum dia mematikan sambungan telepon.
Didorong dengan rasa penasaran yang teramat, Dave bergegas mengambil gawai dan membuka akun media sosial yang sangat jarang dilihatnya itu.
Hanya dalam hitungan detik, Dave yang malam ini sedang berada di dalam kamar apartemennya yang terletak di daerah Ciumbuleuit, akhirnya menemukan berita yang dimaksud oleh Nicholas tadi.
Setelah sekian menit menonton rekaman yang berisikan pengakuan Karen serta membaca keterangan yang ditulis oleh sang admin, Harus begini lagikah, Kar? Dave bertanya di dalam hati sembari memejamkan mata.
Dengan hati yang terasa seperti habis dicubit oleh tang, Dave pun menghubungi Nicholas. "Gue kalah lagi, Nich," akunya di luar perkiraan sang penerima telepon.
"Are you okay, Dave?" Mendengar helaan napas berat, Nicholas pun mengatakan bahwa kemarin sore, Karen menghubunginya. "Karen bilang dia sudah diizinkan oleh Alex."
"Oh, okay."
"Tanggapan lo begitu doang?"
Mengabaikan pertanyaan itu, Dave pun membanting tubuhnya ke kasur. "Buat apa dia tahu gue ketemuan sama Devina kalau ternyata dia sudah bertunangan? Dengan pria sesempurna Alexio pula."
Meski merasa kesal setengah mati, Nicholas tetap memberikan wejangannya pada Dave. "Kalau situasi sudah begini, menurut gue pilihannya tinggal dua, Dave. Lo mengikhlaskan Karen dengan Alex atau menggagalkan rencana itu."
"Pilihannya ngga ada yang lebih kejam lagi, Nich?"
"Ngga ada nih, Bos."
Sekian menit berlalu, Dave akhirnya bersuara. "Daripada gue mati dalam penyesalan, gue pilih untuk menggagalkan rencana mereka, Nich."
"Hah, lo serius, Dave?"
"Kapan pernah gue bercanda?"
"Jadi, lo mau ngejar Karen secara terang-terangan?"
"Yes," jawab Dave berapi-api.
"Sekali lagi lo maju di saat Karen sedang dekat dengan orang lain lalu mundur begitu saja saat dia kembali sendiri, fixed lo adalah pria brengsek!"
"Sebelum lo nobatkan gue begitu, coba lo nasihatin dulu si Karen. Bagaimana pun juga, dia yang sudah mengajarkan gue untuk berperilaku seperti ini, Nicholas!"
Mendengar suara Dave yang meninggi, "Oke-oke... gue minta maaf sama lo," ucap Nicholas laksana air yang langsung memadamkan kobaran emosi tersebut.
"Maafkan gue juga, Nich," balas Dave yang kemudian mengatakan bahwa dirinya akan langsung menemui Bagas sepulangnya dari sini. "Gue cuma mau tahu apa tanggapan Om Bagas atas pertunangan itu," terang Dave yang tentu saja membuat Nicholas di seberang sana menyunggingkan senyumnya.
"Jangan sungkan buat minta bantuan gue."
Kali ini, Davelah yang tersenyum lebar. "Thanks, Nich," balasnya kemudian.
Setelah selesai menelepon Nicholas, Dave tampak berjalan menuju balkon kamarnya. Dengan tatapan yang mengarah ke langit, Davendra berbisik lirih pada angin malam. "Kalau saat ini aku benar-benar ingin memperjuangkanmu dengan cara menghacurkan hubungan kalian, apakah aku brengsek, Princess?"
Kamu dukung Dave ngga?
Ditunggu komentar-komentarnya yaa!💕💜
.
.
.
Kak Rurs with💎
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Davendra✔ (Completed)
Ficción GeneralSeri ketiga dari The Trisdiantoro's Love Story "Kalau matahari saja bukan satu-satunya bintang di alam, seharusnya kamu juga bukan satu-satunya perempuan yang membuatku jatuh hati." Davendra Nadithya Trisdiantoro terus saja mengingkari perasaannya...