Sepekan telah berlalu dan begitu sampai di rumah, Dave dengan wajah kusutnya langsung masuk ke kamar. Beralasan tidak bisa tidur selama di pesawat, dia kemudian berpesan pada semua orang yang sedang menginap di rumahnya untuk tidak membangunkannya sampai adzan Zuhur berkumandang.
Setelah membiarkan putra semata wayangnya beristirahat, Neona lantas mengajak Rara untuk mengantar dan juga menemaninya menemui Karen. Dengan dalih ingin mengantarkan cokelat, maka di sinilah dua nyonya Trisdiantoro itu berada. Di sebuah kamar yang tampak sama kacaunya dengan sang pemilik.
Seraya menyunggingkan senyum manisnya, "Keadaan kamu bagaimana, Sayang?" Rara menyapa Karen terlebih dahulu karena tampaknya Neona masih asyik bercakap-cakap dengan Nadine.
"Alhamdulillah sudah membaik, Aunty," jawab Karen dengan raut wajah yang justru membuat Rara yakin kalau kondisi jiwa gadis itu tidaklah sama dengan raganya.
Saat Rara sedang menanyakan aktivitas apa saja yang Karen lakukan selama sepekan belakangan ini atau lebih tepatnya selama Dave pergi ke Surabaya, Nadine pun berucap menjelangnya, "Nadine izin ke bawah dulu ya, Mbak Neona, Rara."
"Loh, Mama kok nggak ikut ngobrol di sini?" tanya Karen yang mendadak gugup karena harus berhadapan dengan Neona dan juga Rara sendirian.
"Sebenarnya Mama mau ngobrol, tapi karena Papamu sedang berolahraga dan pastinya berkeringat, tentu saja Mama nggak mau melewatkannya." Dengan kompaknya Neona dan Rara tertawa cukup keras. Tidak bisa dipungkiri, keduanya juga akan seperti Nadine saat tahu suami mereka sedang berolahraga. Pertanyaannya, siapa sih yang mau mengabaikan pemandangan surgawi yang halal seperti itu?
"Sudah ya, Kar, Mama ke bawah dahulu. Ayo, Mbak Neona, Rara," pamit Nadine seraya melambaikan tangan dan melangkahkan kakinya.
Begitu pintu kamarnya ditutup oleh sang mama, Neona tampak mengambil posisi duduk yang berseberangan dengan Rara. Setelah mereka membantu Karen untuk duduk dan bersandar pada tumpukan bantal, Rara lantas menatap sang kakak ipar. Melihat Neona mengangukkan kepala, dia pun mengalihkan pandangannya pada Karen.
"Karen, Aunty Rara boleh tanya sesuatu nggak sama kamu?" Karen mengangguk lalu sedetik kemudian dia menelan ludahnya dengan cepat.
Melihat wajah Karen pucat kesi, Neona berinisiatif untuk meraih telapak tangan gadis tersebut lalu menggenggamnya dengan erat hingga hangatnya menjalar ke hati.
"Kami berdua tahu kok siapa yang sudah membuat matamu sampai bengkak seperti ini," ucap Neona seraya mengusap pipi Karen dengan penuh kasih sayang.
"Dan karena itulah, kami jadi mau tanya sesuatu sama kamu, Sayang," jelas Rara yang langsung diangguk oleh Neona.
"Tanya soal apa itu, Aunty?" Karen menatap keduanya secara bergantian.
"Kalau soal itu..." Rara sengaja tidak melanjutkan ucapannya. Dia menatap Neona, mengisyaratkan bahwa dirinya menyilakan mantan gurunya itu untuk menanyakan hal yang memang menjadi pembicaraan para The Nyonyah akhir-akhir ini.
"Tante Neona mau tanya apa sama Karen?"
"Setelah selama ini kamu selalu bercerita tentang betapa besarnya rasa sayang dan cinta kamu sama Dave, boleh Tante tahu alasan utama mengapa kamu tidak mau menikah dengannya?" Meski bertanya tanpa basa-basi, suara Neona tetap terdengar sangat lembut.
"Karen..." Putri bungsu Nadine itu pun menggigit pipi dalamnya berkali-kali sebelum pada akhirnya dia kembali menatap Neona dan berkata, "Ka-Karen merasa tidak pantas untuk Kak Dave, Tante."
"Fixed! Karen tuh cocok banget jadi anggota The Nyonyah! Iya, kan, Mbak?"
Mendengar komentar Rara yang diangguk oleh Neona, "Maksudnya, Aunty?" Karen bertanya dengan dahi yang terlihat berkerut-kerut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Davendra✔ (Completed)
Ficción GeneralSeri ketiga dari The Trisdiantoro's Love Story "Kalau matahari saja bukan satu-satunya bintang di alam, seharusnya kamu juga bukan satu-satunya perempuan yang membuatku jatuh hati." Davendra Nadithya Trisdiantoro terus saja mengingkari perasaannya...