Menjelang jam makan siang, di arena parkir DE, tampaklah Nicholas yang baru saja keluar dari mobil yang dikendarai oleh supirnya. Tujuan kedatangan pria yang juga merupakan korban penusukan oleh orang suruhan Bimasakti itu tak lain untuk membahas kelanjutan dari kerja samanya dengan sang sahabat.
Setelah dipersilakan masuk dan duduk berhadapan dengan Dave, Nicholas pun langsung menanyakan kabar dari rencana mereka itu. Bagaimana pun juga, ide itu tercetus dengan tujuan untuk mendekatkan Karen dan Dave, bukan?
"Ya, meski belum sah di mata agama dan negara, lo sama Karen kan sudah bersatu. Jadi, lo mau lanjut atau bagaimana, Dave?"
"Justru karena gue sudah punya ini, rencana kita ini harus banget dilanjutin," tanggap Dave seraya menunjukkan sebuah cincin yang kini melingkar gagah di jari manis tangan kirinya.
"Masih tunangan mah jangan belagu Dave," tanggap Nicholas yang sebenarnya sudah mendengar bagaimana peristiwa sakral tapi super dadakan itu bisa terjadi di akhir pekan lalu.
Melemparkan bantal sofa yang ada di ruangannya, "Eh, nama aplikasi lo masih Jari Manis, kan, Dong?" Dave kemudian menjelaskan bahwa apa yang sudah terpasang di jari manisnya dan juga Karen ini sangatlah menunjang rencana Nicholas yang telah mendaulat keduanya sebagai duta besar dari aplikasi kencan daring tersebut.
"Sebenarnya gue juga sudah feeling soal ini, makanya sejak awal gue sudah memilih kalian berdua," sahut Nicholas yang kemudian mulai menjelaskan konsep foto dan juga video promosi yang sudah dirancang oleh tim creative and promotion Jari Manis pada Dave.
"Harus banget bergaya opah-opah, ya, Nich?"
"Oppa itu bukan opah-opah, ya, Davendol!" Nicholas pun menggeram kesal dengan sahabat kunonya itu.
"Iya, apa kata lo aja deh, Nich," tanggap Dave yang lantas meminta sahabatnya itu untuk melanjutkan penjelasannya.
"Sejujurnya, meskipun tampang lo lebih pantes jadi Gatot Kaca, gue dan tim sudah bertekad bulat untuk menjadikan kalian berdua sebagai ikon yang harus lebih fenomenal dari song-song couple itu."
"Song-song couple itu sudah bercerai, kan, ya?"
"Lah, tahu juga lo gossip dari negeri gingseng," cibir Nicholas setelahnya berdecak kesal.
"Bukan gue yang cari tahu, cuma gue sempat dengar saja obrolannya Varsha sama Silver," balas Dave apa adanya.
Alih-alih melanjutkan pembahasan, "Eh, Silver sudah punya pacar belum sih, Dave?" Nicholas justru menampakkan wajah penuh minat pada sosok sahabat kental Varsha Rissano Trisdiantoro tersebut.
"Sebelum tahu soal itu, sebaiknya lo naikin dulu tuh kapasitas otak dan nyali buat ngadepin Papi Maminya," jawab Dave mengikuti jawaban yang selalu dilontarkan Varsha saat ada laki-laki yang mencoba untuk mendekati putri bungsu dari pasangan Lambda dan Prof. Zetta itu.
Baru saja Nicholas akan mengeluarkan suaranya untuk menanggapi, ponsel Dave yang diletakkan di atas meja itu berdering dan menampilkan nama My Princess sebagai identitas penelepon. Kalau sudah seperti itu, maka yang bisa dilakukan Nicholas hanyalah menyilakan Dave lalu buru-buru mencari kesibukkan agar rasa sirik di dalam hatinya tidak bangkit dan mengusai dirinya yang memang sudah lama berstatus single itu.
Usai mendengar Karen menjawab salamnya, "Kamu sudah makan siang belum?" Dave bertanya seraya melirik ke arah jam yang tengah menunjukkan pukul 12.06.
"Baru mau makan siang nih, Kak."
"Kamu berencana makan siang apa dan sama siapa, Sayang?" Mendengar Dave sudah mulai memanggil Karen dengan sebutan itu, Nicholas mengelus dadanya. Tidak, dia tidak iri. Hanya saja dia jadi merindukan saat-saat di mana bibirnya mengucapkan kata itu dengan perasaan bahagia dan juga keadaan jantung yang berdebar hebat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Davendra✔ (Completed)
Ficción GeneralSeri ketiga dari The Trisdiantoro's Love Story "Kalau matahari saja bukan satu-satunya bintang di alam, seharusnya kamu juga bukan satu-satunya perempuan yang membuatku jatuh hati." Davendra Nadithya Trisdiantoro terus saja mengingkari perasaannya...