Bagian 2

2.4K 318 12
                                    

꧁༺༒༻꧂

"Oke, pemotretan hari ini selesai. Terima kasih atas kerja kerasnya semuanya!"

Suara tenor sang fotografer menggema ke seluruh studio. Para staf yang bertugas mulai membereskan peralatan dan bersiap-siap untuk pulang. Akhirnya satu lagi hari yang melelahkan telah usai.

"Kerja bagus hari ini, Jennie." sang fotografer memuji modelnya yang kini sedang mengelap keringat sambil terfokus pada ponselnya.

"Terima kasih." perempuan itu tersenyum manis, lalu sang fotografer pun undur diri dan meninggalkannya sendiri.

"Ini minumanmu, Jen."

"Terimakasih, Manajer."

Jennie menerima minuman pemberian manajernya dengan mata yang masih fokus membaca deretan huruf pada salah satu artikel.

"Kau bilang kau muak membaca berita itu?"

"Tidak. Ku pikir lucu saja," ia membuka botol lalu meminumnya. "Mereka membuat berita tak berdasar seperti ini. Melebih-lebihkan fakta dan menambah-nambahi yang tidak ada. Padahal agensi tidak ada mengonfirmasi apa pun, tapi mereka seenaknya saja berspekulasi. Cih."

Jennie terdengar mendengus. Sang manajer tersenyum kemudian menjawab, "akhirnya kau tahu kalau wartawan itu mengerikan. Aku tahu kalian tidak seperti yang diberitakan. Tenang saja, jika mereka lelah mereka akan berhenti sendiri."

Perempuan itu tak menjawab. Ia segera mematikan ponselnya lalu memasukkannya ke dalam tas. Memberi instruksi tersirat pada sang manajer bahwa ia ingin segera pulang.

"Omong-omong, Jennie...." sang manajer menatap Jennie lewat spion saat mereka sudah berada di dalam van yang melaju di aspal. "Jadwalmu kosong sampai minggu depan, jadi kau bisa beristirahat sejenak di rumah."

Mata Jennie yang tadi sempat tertutup kini kembali terbuka. "Benarkah?" matanya menerawang sambil menatap balik sang manajer yang mengangguk. "Tidak, aku tidak ingin berada di rumah. Terlalu membosankan. Bagaimana dengan Daegu? Di sana ada villa milik ayah dulu, aku bisa menyegarkan pikiranku dengan berlibur ke sana."

"Daegu?" pria itu mengernyit.

"Ya, dan tolong antar aku ke sana. Aku tidak butuh ditemani, aku bisa menjaga diriku dengan baik."

Pria itu tak langsung menjawab Jennie, sangat berisiko meninggalkan perempuan itu sendirian disaat dia masih terlibat skandal kencan begini. Wartawan bisa saja mengikutinya ke sana dan membuat berita buruk untuk menjatuhkan Jennie.

Mata pria itu tampak menerawang sebelum kemudian dia mengembuskan napas dan mengangguk. Jika tidak dituruti, perempuan itu bisa sangat keras kepala. "Baiklah."

Jennie mengangkat kedua sudut bibirnya. Dengan mata berbinar dirinya berucap, "Terima kasih, Namjoon-ssi."

Pria itu membalas senyum Jennie. Dia lantas menaikkan kecepatan mobil agar Jennie cepat sampai ke rumah, membelah jalanan malam Kota Seoul yang tak pernah mati.

•••

Jennie menghirup wangi alam yang sulit didapatnya ketika berada di kota. Dengan menggeret koper dan membawa anjing kecil digendongannya, Jennie memasuki villa yang sudah lima tahun ini tak ia jejaki. Beruntung pengurus villa masih rutin membersihkannya setiap seminggu sekali.

"Jaga dirimu baik-baik, kau bisa menghubungiku jika terjadi sesuatu."

Setelah Jennie mengiyakan perkataannya, pria itu kemudian beranjak pergi dari sana. Praktis, Jennie sendirian sekarang. Oh, tidak juga, ia membawa anjing kecilnya untuk ikut menemaninya di sini.

cʟᴀɴᴅᴇsтιɴᴇTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang