Bagian 22

1.7K 239 42
                                    

꧁༺༒༻꧂

Flashback.

"Irene, ayo kita ke klub!"

Tiba-tiba Seulgi datang merangkulnya. Mereka baru selesai latihan vokal dan sedang menuju kafetaria.

"Tidak mau. Aku harus menjauhi alkohol agar suaraku tetap terjaga."

Seulgi mendecak karena lagi-lagi Irene menolak ajakannya. Setelah mereka duduk dan memesan, Seulgi kembali merayu Irene untuk menemaninya ke klub malam ini.

"Alasan lama. Ayolah, kita sudah lama tidak kesana bersama-sama. Lagipula besok hari minggu." bujuk Seulgi lagi bersikeras.

Irene memutar mata sambil mendesah lelah. Omong-omong, kafetaria di agensi hanya ada satu. Dan biasanya para trainee atau artis yang sudah debut sekalipun akan makan disini. Sambil berusaha mencueki temannya itu, Irene memilih menyantap makan siangnya.

"Dengar, Seulgi. Saat ini aku tidak punya uang, makanya aku menolak ikut. Kau bisa mengajak temanmu yang lain." beritahu Irene disela-sela makannya.

"Aku akan mentraktirmu malam ini. Kau tenang saja." kali ini atensi Irene penuh menatap Seulgi. Tawaran wanita itu terdengar menggiurkan.

"Kau tahu, gara-gara kau mengajakku mabuk waktu itu aku jadi kehabisan uang. Dan sekarang uang sewa rumahku sudah menunggak."

"Oh, benarkah? Maafkan aku, Irene. Aku tidak tahu akan jadi seperti itu." ucap Seulgi menyesal. "Ah, kalau begitu kebetulan sekali aku mengajakmu keluar malam ini. Kau ingat 'Si Tambang Uang' yang waktu itu? Seminggu yang lalu aku bertemu dengannya dan dia menanyakanmu! Kita bisa memanfaatkan dia lagi!" seru Seulgi antusias.

Mata Irene membola. Pasalnya sudah lama ia tidak mendengar kabar tentang orang itu. "Oh, ya?"

"Tentu saja. Jadi bagaimana? Kau ikut denganku malam ini?"

Sambil memainkan sedotan dalam gelas, Irene berpikir. Lalu sejurus kemudian wanita itu tersenyum. Seulgi yang mengerti arti senyuman itu ikut menyeringai senang.

•••

Dentuman keras musik didalam sebuah klub yang dipandu dua orang Disc Jockey itu menyemarakkan suasana malam ini. Lantai dansa penuh sesak dengan manusia kesetanan berpakaian minim dengan tarian erotis andalan mereka.

"Kalian siap untuk bersenang-senang!?"

Seruan keras DJ itu seolah memantik gairah orang-orang didalam sarang dosa itu untuk kian menghentak-hentak ditengah malam yang semakin larut.

"Let's get started!"

Irene menutup sebelah telinganya begitu mendengar histeria dibawah sana, berpadu dengan sorakan kemenangan para penjudi dan pemenang di meja billiard.

Ia dan seulgi lalu berjalan lurus ke arah meja bar. Sesekali para lelaki hidung belang bersiul ketika mereka lewat. Bahkan bau parfum dan alkohol mereka saja sangat menyengat, tidak enak untuk dicium.

"Tolong dua gelas wiski, Sam." ucap Seulgi pada sang bartender.

"Hai, Seulgi. Kau tampak cantik malam ini, seperti biasa." ucap bartender bernama Sam menggoda. Matanya lalu mengerling pada sosok wanita lainnya di belakang Seulgi, sedetik kemudian dia berseru, "Irene? Astaga, sudah lama sekali kau tidak kemari. Bahkan aku hampir tidak mengenalimu tadi."

"Kau berlebihan, Sam." Irene terkekeh. Mereka masih berbincang ria sambil Sam menyiapkan minuman mereka.

Mata Irene menjelajah ke seluruh ruangan, ia rindu tempat ini tentu saja.

cʟᴀɴᴅᴇsтιɴᴇTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang