Bagian 17

1.6K 253 44
                                    

꧁༺༒༻꧂


"Astaga! Kenapa kalian basah kuyup begini?"

Pekikan suara ibu Taehyung terdengar saat melihat mereka berdua di depan pintu. Membuka pintu itu lebih lebar, lalu menutupnya kembali disaat mereka sudah masuk kedalam.

"Jennie mengajakku bermain di kolam renang, Ibu. Ya, kan, sayang?" kening ibu mertuanya berkerut, tak mengerti maksud ucapan anaknya.

Diam-diam Jennie memutar mata. Menahan amarah supaya tidak langsung menimpuk kepala suaminya itu dengan sepatu hak miliknya. Padahal Jennie sedang menggigil, bisa-bisanya pria itu bercanda disaat seperti ini.

"Dia bercanda, Ibu. Ada sedikit kecelakaan saat peresmian hotel tadi. Bukan masalah besar." ucap Jennie meluruskan.

"Benarkah? Syukurlah jika tidak ada apa-apa. Kalau begitu cepat ganti pakaian kalian, nanti kalian bisa sakit kalau berlama-lama memakai pakaian basah seperti itu. Ibu akan membuatkan teh hangat untuk kalian."

Jennie bermaksud untuk menjawab perkataan ibu mertuanya, namun rupanya suara menyebalkan Taehyung sudah lebih dulu menyahut.

"Omong-omong, sayang, aku akan ke kamar duluan. Jika kau sudah selesai berbincang dengan ibu, cepatlah ke kamar. Aku akan menunggumu untuk berganti pakaian bersama dan mengusap punggungku dengan minyak gosok."

"Ya! Kim Taehyung!" bentak Jennie spontan.

Setelah itu Taehyung langsung melarikan diri ke balik pintu kamar. Benar-benar! Bahkan pada ibunya sendiri dia berani berbohong dengan konyol begitu.

"Ah, Jennie .... " suara ibu mertuanya membuat atensi Jennie kembali pada wanita itu sepenuhnya. Wanita itu mengulum senyum, menatap Jennie dengan malu. Oh, jangan bilang kalau ibu mertuanya termakan omong kosong anaknya barusan. "Lebih baik kau susul suamimu. Kasihan, jangan biarkan dia menunggumu."

Dalam hati Jennie menghela napasnya berat. Keinginan untuk menendang bokong Taehyung setelah ini semakin besar.

•••

Wanita berambut panjang itu mematut dirinya di cermin. Masih ada sisa waktu satu jam lagi sebelum berangkat kerja, maka dia memanfaankan waktu itu untuk bersantai sebentar sambil menonton TV.

Ada beberapa hal yang mengganggunya beberapa hari terakhir ini. Dan ia benci itu. Apalagi kalau hal itu tentang pria menyebalkan yang setiap hari datang ke tempatnya kerja macam orang pengangguran. Membuat ia semakin membenci pikirannya sendiri.

Irene pikir, setelah tidak melihat pria menyebalkan itu lagi, hidupnya bisa kembali tenang seperti dulu. Nyatanya ia salah. Irene sendiri tidak tahu kenapa belakangan ia sering mencari-cari sosok itu.

Bahkan tayangan infotainment di TV pun cuma angin lalu karena sekarang pikirannya melanglang buana entah kemana. Membayangkan kalau-kalau pria itu tiba-tiba datang ke rumahnya, menjemputnya untuk diajak pergi entah kemana.

"Ah! Aku pasti sudah gila!" ia mengacak rambutnya kesal karena pemikiran anehnya barusan. Bisa-bisanya dia mengkhayal yang aneh-aneh begitu.

Ia pun lalu mematikan TV-nya, merapikan rambutnya sedikit, lalu berjalan keluar apartemen. Tapi, begitu sampai diluar apartemen, Irene seperti disambar petir siang bolong. Mungkin jika waktu bisa diulang, maka ia tidak akan memikirkan hal konyol seperti tadi.

Karena sekarang hal konyol itu menjadi kenyataan.

Lexus putih berhenti manis tak jauh dari depan apartemen miliknya. Dan dari sana terlihat pria berstelan kemeja rapi dengan rambut klimis dan sepatu pantofel yang mengilat. Itu Suho. Dan pria itu sedang berjalan ke arahnya sambil membawa ... tunggu, itu, kan ....

cʟᴀɴᴅᴇsтιɴᴇTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang