꧁༺༒༻꧂
Pria itu mengelap keringat yang mengucur dari pelipis yang perlahan mengalir turun menuju dagu. Padahal matahari sudah condong 45 derajat ke horizon barat, tapi sinar ultravioletnya masih ganas membakar kulit.
Suara makian juga hujatan seorang wanita yang sedari tadi mengiringi pekerjaannya tak ia gubris. Membuat orang itu merengek sebal.
"Tae! Kau dengar perkataanku atau tidak, sih? Jennie ada disini! Dia di Daegu! Aku yakin wanita itu pasti merencanakan sesuatu."
Pria bernama Taehyung itu lebih memilih berteduh sambil duduk berselonjor kaki. Tak mengindahkan Irene yang kini ikut duduk di sebelahnya.
"Aku lelah, Irene. Bisakah kau diam?"
Wanita itu menatap Taehyung yang sedang mengelap keringat dengan handuk kecil lamat, lalu kemudian menunduk dan menghela napas. "Maafkan aku."
Mereka lalu terdiam lama. Membiarkan angin menggoyangkan helai rambut mereka lembut.
"Kaubilang Jennie ada disini?"
"Hm? Ya, dia disini. Aku bertemu dengannya saat tadi akan makan siang bersama Bibi Park."
"Kutebak kalian bertengkar lagi."
"Ya, aku benci melihatnya dan tak sengaja menumpahkan makan siangnya, lagi. Akhirnya dia pergi dan aku berakhir dimarahi Bibi Park habis-habisan." wanita itu tertawa di akhir kalimat.
Setelah itu hening lagi karena Taehyung lebih memilih diam. Ia tak mungkin bilang pada Irene jika kemarin mereka sempat bertemu. Irene bisa marah karena berpikir Taehyung menyembunyikan sesuatu darinya.
"Ayo pulang, Irene. Aku lapar. Kau bilang kau juga belum makan, kan?" Irene mengangguk. Lantas mereka bangkit dan membereskan peralatan berkebun sebelum memutuskan untuk kembali.
Sisa perjalanan pulang mereka habiskan dengan keheningan. Biasanya Irene yang paling cerewet dan kadang menjahilinya. Mungkin efek dari kedatangan Jennie membuat wanita itu menjadi lebih pendiam seperti sekarang.
Kening Taehyung mengernyit saat matanya melihat dua orang asing keluar dari rumahnya dan masuk ke dalam sebuah sedan hitam. Mata Taehyung membola saat mengetahui siapa orang-orang yang baru keluar dari rumahnya tersebut.
"Hei, berhenti!!" pria itu sontak berlari, berniat mengejar sedan yang kini sudah berada jauh dari jangkauannya.
"Taehyung!" dengan panik Irene segera menyusulnya. Ia melihat pria itu buru-buru masuk ke dalam rumah mereka.
"Ibu!"
"Hiks... Tae...." Taehyung mendapati ibunya menangis sambil bersimpuh di beranda rumah. Dengan cepat Taehyung lagsung memeluk ibunya erat.
"Ibu, kau baik-baik saja? Apa yang mereka lakukan padamu?"
"Tuan Lee... mereka... mereka datang lagi."
"Apa yang mereka katakan?"
"Mereka benar-benar akan mengusir kita dari sini...." kembali, tangis sang ibu pecah. Irene yang bersandar di pilar bahkan tak sadar meneteskan air matanya.
"Tidak. Kita tidak akan kemana-mana. Aku akan menemuinya. Irene, tolong jaga ibuku."
"Tidak! Tae, jangan!" sang ibu meronta, dengan sigap Irene memeluk wanita yang kini sudah ia anggap seperti ibunya sendiri itu.
Taehyung dengan cepat menaiki motor butut miliknya. Amarah sudah menguasainya hingga teriakan sang ibu tak ia dipedulikan. Pria itu segera menjalankan motornya, meninggalkan ibunya bersama kekasihnya begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
cʟᴀɴᴅᴇsтιɴᴇ
Fanfiction[M] Orang-orang pasti akan melakukan apa saja agar tujuannya tercapai. Sama seperti Jennie, perempuan superior yang rela melakukan apa saja agar dendamnya terbalaskan. Bahkan jika itu membuatnya harus memaksa anak petani sekalipun untuk menikah deng...