꧁༺༒༻꧂
Jennie terbangun karena sesuatu yang bergejolak hebat dalam perutnya. Dengan memegangi mulut dan perut, ia setengah berlari menuju kamar mandi. Memuntahkan isi perutnya ke dalam wastafel.Ugh. Efek hangover dari mabuknya semalam ternyata cukup buruk. Padahal ia hanya meminum tiga gelas semalam. Ia lalu membasuh wajahnya yang pias dan berkumur, setelah itu menatap pantulan dirinya yang agak pucat di cermin.
Sial, kepalanya sakit sekali. Rasanya seperti mau pecah saja. Ia lalu berjalan kembali kedalam kamarnya dan baru menyadari jika kamar itu kosong. Dimana Taehyung?
Kepalanya menoleh ke kiri dan ke kanan. Nihil, ia tidak menemukan tanda-tanda kehidupan di ruangan itu.
Tanpa mau ambil pusing kemana perginya suaminya itu, ia lantas mengambil ponselnya yang tergeletak di atas nakas, membuka kontak dan menghubungi salah satu nomor disana.
"Chaeng, apa kau yang semalam membawaku kembali ke kamar?"
"Oh, Eonnie, kau sudah bangun? Aku membawamu kembali karena kupikir kau sudah sangat mabuk semalam. Bagaimana keadaanmu?" suara diseberang telepon menyahut. Jennie memijat pangkal hidungnya, kepalanya masih berdenyut-denyut.
"Aku baik-baik saja. Bisakah kau temui aku di kafe tempat kita bertemu kemarin? Aku akan menunggumu disana pukul dua belas siang ini."
Sambungan telepon terputus begitu Chaeyoung menjawab perkataannya. Jennie lalu melempar ponsel itu asal ke atas ranjang.
Dirinya beruntung Taehyung tidak berada di kamar pagi ini. Bisa-bisa kepalanya akan benar-benar pecah jika suaminya itu sudah mengomelinya.
Ia lalu mengambil beberapa helai pakaiannya dari lemari dan berjalan ke kamar mandi. Sepertinya berendam di bathtub bagus juga untuk merileksasikan tubuhnya yang penat.
•••
"Minum?"
Jimin lagi-lagi membuang napas lelah. Kehabisan ide untuk mengajak pria itu bicara. Ia lalu duduk di samping Taehyung yang sedang melamum, ikut memandang Menara Eiffel yang menjulang didepan mereka.
"Kau tahu? Kau bisa cerita apapun tentang masalahmu padaku. Kita tidak sedang berada di kantor sekarang, jadi jangan anggap aku bawahanmu, anggap aku temanmu." kata Jimin untuk yang kesekian kali.
Taehyung masih diam. Membuat Jimin benar-benar berhenti membujuk pria itu. Tadi pagi, ia tak sengaja melihat Taehyung keluar pagi-pagi sekali. Awalnya ia pikir mungkin Taehyung ingin jogging atau apalah itu, tapi melihat pakaiannya yang hanya kaus dan celana bahan panjang serta wajah pria itu yang murung, ia ragu jika temannya itu akan pergi jogging seperti pikirannya tadi.
Dan benar dugaannya, pria itu menuju salah satu bangku panjang di dekat menara dan melamun disana. Ya, dari pukul 6 pagi sampai pukul 1 siang! Dan bodohnya Jimin justru menemani pria itu disana selama kurang lebih tujuh jam lamanya. Wah, benar-benar. Taehyung harus menaikkan gajinya setelah ini.
"Jimin..."
Jimin menoleh dari roti isi di tangannya, itu makan siangnya hari ini.
"Ada apa?"
"Kau pernah berhubungan dengan wanita sebelumnya?"
"Berhubungan?" dahi pria itu berkerut, mencoba memproses arti dari kalimat Taehyung barusan. "Jika yang kau maksud adalah pacaran atau kencan, ya, tentu saja pernah."
"Bukan yang seperti itu." Taehyung langsung menyela. Membuat Jimin mengunyah rotinya pelan-pelan. Berpikir keras tentang maksud dari pertanyaan Taehyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
cʟᴀɴᴅᴇsтιɴᴇ
Fanfiction[M] Orang-orang pasti akan melakukan apa saja agar tujuannya tercapai. Sama seperti Jennie, perempuan superior yang rela melakukan apa saja agar dendamnya terbalaskan. Bahkan jika itu membuatnya harus memaksa anak petani sekalipun untuk menikah deng...