꧁༺༒༻꧂
"Menikahlah denganku."
Taehyung bisa merasakan tubuhnya tiba-tiba seperti disengat listrik. Kalimat Jennie barusan sukses membekukan saraf-saraf motoriknya untuk sementara.
Apa perempuan di depannya ini gila? Apa-apaan permintaannya itu?
"Apa?"
"Kau pernah mendengar istilah 'give and take'?" Jennie berhenti sebentar untuk kembali meneguk minumannya. "Aku akan memberikanmu bantuan dan sebagai gantinya kau pun harus membantuku."
"Kenapa harus dengan menikah?"
"Permintaan terakhir ayahku. Agar aku berhenti dari pekerjaanku dan fokus mengelola bisnis keluarga."
Taehyung menggeleng, sedikit tak habis pikir. "Dengar, Jennie-ssi, aku punya kekasih dan aku mencintainya. Lagipula aku tak punya pengalaman apapun di bidang itu. Aku hanya seorang petani, salah orang jika kau memilihku untuk jadi suamimu."
"Lalu?" sebelah alis perempuan itu menukik. "Apa cinta bisa membuatmu tak diusir paksa besok? Apa cinta bisa membuatmu keluar dari masalah yang menimpamu sekarang? Jangan naif, Kim Taehyung, cinta tak bisa memberikan semua yang kau mau. Berpikirlah yang benar. Apapun bisa terjadi jika kau mau berusaha."
Taehyung terdiam karena tertampar kata-kata nan pedas perempuan di depannya. Melihat lawannya hanya terdiam, Jennie kembali meneruskan perkataannya.
"Hidup ini penuh untung dan rugi, Kim Taehyung. Kau tidak bisa
mendapatkan sesuatu tanpa mengorbankan sesuatu—""Cukup." Taehyung mengangkat
tangan kanannya ke udara. "Sudah cukup, Kim Jennie."Hilang sudah semua formalitas yang sedari tadi pria itu jaga. Dirinya sudah cukup bersabar mendengar semua kalimat merendahkan perempuan itu, sementara sang empunya justru semakin melonjak.
Jennie memerhatikan bagaimana raut wajah Taehyung perlahan berubah. Mata pria itu memicing tajam dan rahangnya mengeras. Sarat akan amarah yang siap membuncah.
"Aku tidak tahu kenapa kau begitu ingin 'membantuku'. Tapi aku tidak menyangka kau bisa serendah itu. Kau memanfaatkan kesusahan orang lain demi kepentingan dirimu sendiri tanpa mau peduli perasaannya. Pantas saja Irene membencimu, pantas banyak yang tak suka denganmu. Kau picik. Sendok emas sepertimu tahu apa tentang perasaan kaum proletar seperti kami, huh? Terima kasih sudah mendengarkan ceritaku. Kau tidak perlu bersusah-susah membantuku karena aku bisa mengurus masalahku sendiri."
Taehyung mengakhiri perkataannya dengan geram. Ia berdiri dari duduknya dan berniat keluar kafe dengan emosi yang siap meledak. Kim Jennie berhasil menginjak-injak harga dirinya hingga habis tak bersisa. Taehyung bersumpah ini pertemuan terakhirnya dengan seorang Kim Jennie.
"Jadi kau lebih suka kalau ibu dan kekasihmu jadi gelandangan?"
Satu kalimat menohok Jennie berhasil menahan langkah pria itu. Membuatnya berhenti dengan tangan mengepal hingga buku jarinya memutih.
"Jangan egois, Taehyung, pikirkan nasib mereka yang sengsara karena tindakan bodohmu." Jennie kemudian meraih sesuatu di tasnya lalu menyelipkannya diantara jari-jari pria itu. "Kau bisa hubungi aku jika berubah pikiran."
Setelah itu Jennie berjalan meninggalkan pria itu sendirian. Melenggang pergi tanpa beban.
Dengan geram, Taehyung meremas dan mengoyak kartu nama yang diberikan Jennie barusan lalu membuangnya. Untuk pertama kalinya, Kim Taehyung begitu membenci seseorang di hidupnya.
•••
"Taehyung!"
Tubuh pria itu sedikit terdorong ke belakang karena pelukan sang ibu. Ah, ternyata Irene dan ibunya sudah menunggunya di beranda rumah. Padahal sudah malam, tiba-tiba Taehyung merasa menyesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
cʟᴀɴᴅᴇsтιɴᴇ
Fanfiction[M] Orang-orang pasti akan melakukan apa saja agar tujuannya tercapai. Sama seperti Jennie, perempuan superior yang rela melakukan apa saja agar dendamnya terbalaskan. Bahkan jika itu membuatnya harus memaksa anak petani sekalipun untuk menikah deng...