꧁༺༒༻꧂
Awan kelabu mewarnai langit Kota Paris siang itu. Merpati-merpati yang singgah di jalanan kota perlahan-lahan mulai terbang menjauh dan mencari tempat perlindungan diri. Meninggalkan orang-orang yang sedang memberi mereka makan dengan senang hati.Jembatan Pont des Arts masih ramai oleh para pejalan kaki yang berlalu-lalang, sebagian ada yang berhenti di tepi jembatan untuk menuliskan nama mereka dan pasangan pada gembok lalu menguncinya, kemudian kunci itu dibuang kedalam Sungai Seine dibawahnya.
Jennie mendengus, "Naif."
Mereka pikir jika menulis nama mereka disana maka cinta mereka akan abadi? Konyol. Ia tak percaya sesuatu yang irasional seperti itu.
Jennie berhenti tepat di tengah jembatan, bergabung dengan pasangan-pasangan kasmaran yang sedang asik menulis nama mereka di gembok. Sebagian besar dari mereka adalah muda-mudi yang kira-kira sepantaran dengannya, sisanya adalah para pasangan yang telah lama menikah.
Ia melirik gembok warna-warni disamping kirinya kemudian meraih salah satunya, melihat nama yang terpampang disana. Seketika senyum sinisnya terkembang.
"Bodoh." celanya. Meskipun ia bilang tadi hal seperti ini tidak masuk akal, faktanya Jennie pun pernah melakukan hal yang serupa. Dulu sekali, menulis namanya dengan nama seseorang yang disukainya pada jembatan gembok cinta ini.
Ia memasukkan kedua tangannya ke saku mantel hitam tebalnya. Angin musim gugur terasa dingin menyentuh kulit karena gerimis mulai turun. Dari sini, ia bisa melihat bangunan kaca berbentuk limas segi empat yang cukup terkenal di Paris, Museum Louvre, yang letaknya tepat di tepi sungai Seine. Rumah bagi ribuan karya seni terkenal termasuk lukisan legendaris Leonardo Da Vinchi, Monalisa.
Jennie mendongak menatap langit, gerimis mulai deras. Orang-orang disekitarnya juga mulai berhamburan mencari tempat berteduh. Tepat saat ia akan beranjak dari sana, sebuah tepukan di pundak membuatnya kaget.
"Jennie?"
•••
Kim Taehyung berdiri mematung. Setelah tadi bersalaman dengan para petinggi perusahaan, ia langsung pergi meninggalkan ruang pertemuan dan hotel. Menuju sebuah tempat yang selalu dikunjunginya saat mampir ke Paris.
Ia mengamati dengan dalam sebuah lukisan berpigura karya seorang seniman terkenal. Self Portrait, oleh pelukis kenamaan Vincent Van Gogh, salah seorang pelukis impresionis kesukaannya.
Lukisan yang menampilkan potret diri sang pelukis itu menunjukkan begitu banyak emosi sedih yang mendominasi. Membuat pria itu seolah-olah turut merasakan emosi sang pelukis.Lama ia termenung sebelum kemudian kembali berjalan menyusuri lukisan lain yang terpampang di sepanjang dinding, berbaur dengan pengunjung lainnya. Musée d'Orsay cukup ramai di hari sabtu ini, meski di luar mendung, tetapi hal itu tidak memengaruhi decakan dan pekikan kagum mereka terhadap karya yang ada.
Taehyung membidik dengan kameranya, memotret lukisan dan suasana dalam gedung museum itu. Sesekali ia juga memotret dirinya sendiri, jas dan celana kain ala direktur perusahaan sudah ia tanggalkan dan berganti dengan mantel coklat, baret, syal, dan kacamata.
"Kau sudah selesai?" Taehyung bertanya pada seorang pria yang kini menghampirinya.
"Sudah. Kau tahu? Hari ini pengunjungnya ramai sekali, bahkan aku harus mengantre untuk masuk ke toilet." keluh Jimin.
"Siapa suruh kau banyak makan? Aku sudah mengingatkanmu."
Mereka berdua berjalan keluar dari dalam museum bekas stasiun itu dengan Taehyung yang masih mengolok Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
cʟᴀɴᴅᴇsтιɴᴇ
Fanfiction[M] Orang-orang pasti akan melakukan apa saja agar tujuannya tercapai. Sama seperti Jennie, perempuan superior yang rela melakukan apa saja agar dendamnya terbalaskan. Bahkan jika itu membuatnya harus memaksa anak petani sekalipun untuk menikah deng...