Bagian 24

1.7K 263 76
                                    

꧁༺༒༻꧂

Irene merasakan keringat dingin menuruni pelipisnya. Apa-apaan semua ini? Dirinya sama sekali tidak menyangka jika kejutan yang Suho maksud adalah hal seperti ini.

Wanita itu mencoba untuk tidak terlihat tegang. Disana ia dapat melihat mata-mata penuh keterkejutan menatapnya, bahkan ia tak menyangka ada ibu Taehyung juga disana. Suho lalu merasakan Irene yang gelisah, diam-diam pria itu menggenggam tangan wanitanya.

Mata Irene lalu mengerling dan tak sengaja bertemu padang dengan Jennie dan Taehyung disana. Oh, kapan terakhir kali dirinya bertemu Jennie? Perempuan itu tak banyak berubah seperti yang terakhir kali ia ingat. Entahlah, otaknya terlanjur beku karena situasi ini.

Melihat situasi yang masih sedikit canggung ini, Suho berdeham. Sepertinya kedatangan mereka berdua membawa guncangan yang cukup berarti untuk orang-orang ini.

"Maaf, kami datang sedikit terlambat. Jennie juga mengundangku kemari tempo hari, mungkin dia lupa memberitahu kalian. Omong-omong, selamat ulang tahun untukmu Taehyung. Tuhan memberkatimu."

Pria itu tak menjawab ucapan dari Suho. Tak ada yang bisa menjelaskan bagaimana rupa Taehyung saat ini. Wajahnya terlampau datar untuk mengetahui isi hati pria itu.

Lalu tatapan mata nan tajam Taehyung bergulir pada Irene. Wanita itu tersentak, lantas membuang pandang ke arah lain. Sepertinya ini akan menjadi malam yang panjang untuk mereka semua.

•••

Ruang makan luas yang hanya diisi delapan kepala itu terasa sunyi. Cuma ada dentingan alat makan yang terdengar, membuat suasanya makan malam yang mereka pikir awalnya akan menyenangkan, berubah jadi suram.

Taehyung menatapi satu persatu orang di meja makan dari balik poninya. Bahkan ketiga temannya itu mengunci mulut, tahu bahwa sekarang bukan saat yang tepat untuk bercanda. Juga pada Irene, wanita itu menyendok makanan ke mulut dengan gugup.

Taehyung tak mengerti. Dari sekian banyak pria di Korea ini, kenapa harus Suho? Ayolah, dunia tidak sesempit itu sampai mereka berdua berakhir menjadi kekasih seperti ini. Apa yang sudah dirinya lewatkan?

Akhirnya suasana canggung itu berlanjut sampai makan malam usai. Ibu Taehyung menatap semuanya bingung. Ini jelas bukan situasi yang mudah. Entah bagaimana dia bisa merasakan tekanan yang besar di ruangan ini. Wanita paruh baya itu hanya menghela napas pendek. Jika tidak ada seorangpun yang membuka mulut, ia jamin sampai tengah malam pun situasi ini takkan berubah.

Maka dari itu dia berdeham, menarik atensi seluruh kepala di ruangan itu. "Makanlah ini. Semua kudapan manis ini buatanku dan Jennie. Aku juga membuatkan kalian minuman jahe, jangan biarkan tubuh kalian sakit disaat musim dingin seperti ini."

Setelah membantu meletakkan alat bekas makan di wastafel, Jennie ikut membantu membawakan toples-toples berisi kue ke atas meja. Tak memandang sama sekali eksistensi Irene disana.

"Terima kasih banyak, Bibi." Baekhyun berucap, ikut mencoba mencairkan suasana.

Irene menatap semua dengan lamat. Matanya lalu bertemu pandang dengan ibunya Taehyung, wanita itu tersenyum, menawarkan segelas minuman jahe padanya. "Kau mau Irene?"

"Tentu, terima kasih, Bi." jawab wanita itu sambil menerima sodoran gelas untuknya.

"Irene, bolehkah aku meminjam Suho-mu ke belakang sebentar?" tiba-tiba Jennie menyela.

Membuat orang-orang yang ada disana menatapnya. Suho mengernyit, menatap perempuan di seberang mejanya bertanya.

"Apakah itu sesuatu yang penting?"

cʟᴀɴᴅᴇsтιɴᴇTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang