Bagian 25

2K 305 106
                                    

꧁༺༒༻꧂

Mungkin sudah hampir satu menit saat Taehyung mendapati dirinya melamun. Di seberangnya, Jennie menatap dengan senyum remeh separuh. Taehyung tercenung. Barusan perempuan itu bilang apa?

"Kau yakin ingin bercerai?" diluar dugaan pria itu tersenyum. Sambil menyandarkan punggungnya di kursi, senyumnya yang sinis pun terbit. "Bagaimana anggapan media jika kita tiba-tiba bercerai padahal belum genap 4 bulan menikah?"

"Oh, apakah perkataanmu itu karena kau tidak mau berpisah denganku?" Jennie mengangkat alisnya tinggi.

Taehyung tertohok. Apa pertanyaannya tadi terdengar seperti itu?

"Tidak," Taehyung berkilah. "Sejak awal bukannya kita menikah untuk bercerai?"

Lalu yang Taehyung tidak mengerti setelahnya adalah Jennie tiba-tiba tertawa. Walau sekilas terdengar sumbang, tetapi perempuan itu benar-benar tertawa dengan wajah putih pucatnya.

"Aku bercanda." katanya, semakin membuat pria itu tak mengerti alasan Jennie tertawa dan perkataannya barusan. "Aku tidak akan membuatmu menjadi duda secepat itu. Masih banyak yang harus kau lakukan sebelum kau menjadi duda nantinya."

Rasanya ia hendak protes mendengarnya. Predikat "duda" agak tidak enak didengar telinganya. Rasanya seperti mendadak menjadi om-om tua.

Setelah itu ia melihat Jennie berdiri, berjalan ke sisinya dan menatap pria itu dengan sedikit menunduk.

"Kupikir aku sudah mengantuk. Kau masih mau disini? Aku akan ke kamar duluan."

"Tidak, aku—"

Lalu yang Taehyung rasakan setelah itu adalah sesuatu yang hangat dan lembut menyentuh pipi kirinya sekilas. Persis seperti yang dirinya rasakan beberapa jam lalu. Ia kemudian menoleh kaku pada Jennie yang tersenyum miring padanya.

"Selamat malam."

Satu kalimat terakhir dari perempuan itu sebelum dia hilang ditelan dinding. Sedang Taehyung masih membeku dengan tangan memegang pipi bekas ciuman selamat malam dari Jennie.

Ciuman selamat malam?

"Pft!"

Taehyung tertawa dalam hatinya dengan perasaan aneh menyebar di tubuhnya.

•••

Jennie membuka matanya saat dirasanya tenggorokannya kering. Ia lalu duduk dan bersandar pada kepala ranjang sambil berusaha mengumpulkan nyawanya yang masih di awang-awang.

"Kau sudah bangun?"

Jennie melirikkan matanya yang setengah terpejam pada Taehyung yang berdiri di depan lemari mereka. Dahi perempuan itu lantas berkerut.

"Kau mau kemana?" Jennie bertanya parau.

Taehyung berbalik, melihat Jennie di atas ranjang yang menatapnya bingung. Jelas saja, ini masih pukul delapan dan ia sudah rapi dengan setelan sweater turtleneck hitam dan celana denim warna senada.

"Kau mau pergi?" Jennie bertanya lagi saat pria itu kini berjalan menuju meja rias untuk menata rambutnya.

"Bersiap-siaplah. Setelah ini kita akan pergi."

"Kemana?"

"Jeju."

Sontak mata Jennie membola. Yang benar saja. Keluar di cuaca yang bisa membuat tulang membeku seperti ini? Jennie jelas tidak mau.

"Kau gila? Aku tidak mau mati kedinginan disana. Kau bisa pergi sendiri, aku akan tidur lagi." Perempuan itu lalu kembali merebahkan diri dan menarik selimutnya sampai menyisakan kepalanya saja. Memunggungi suaminya. Jujur saja ia masih mengantuk karena baru tidur saat dini hari.

cʟᴀɴᴅᴇsтιɴᴇTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang