War 2

807 78 10
                                        

Wooyoung terjebak dalam situasi yang membuatnya kebingungan. Setelah selesai urusan dengan dua orang tadi, ia mencari rekan-rekannya yang berpencar.

Jujur saja, dalam hatinya perasaan tidak enak terus menganggu. Seolah tak mau kalah dengan apa yang ia rasakan, Wooyoung lebih memilih untuk memikirkan rencananya seorang diri daripada harus terus memikirkan hal yang buruk(?)

Saat ia berniat menaiki tangga, paha kaki nya mendadak kaku dan punggung tangannya mengeluarkan darah. Jika di ingat kembali, sepertinya tadi ia mendapat beberapa luka robek sebelum menghabisi dua orang itu.

Baru sekarang luka robeknya terasa perih. Ia meringis dan menjilat punggung tangannya lalu meludahkannya.

Wooyoung memaksakan diri untuk tidak merasakan lukanya. Ia berusaha untuk terus naik dan usahanya pun tidak sia-sia.

Ia terkesiap dengan pistolnya, sambil mengendap-endap menuju ruangan demi ruangan.

Wooyoung mendengar suara pisau yang sedang diasah di sudut ruangan. Dahinya mengernyit heran, ia menelan Saliva nya dan membuat jakunnya naik turun menahan rasa panik.

Astaga!

Wooyoung tak salah lihat kan? Salah satu rekannya duduk tak berdaya dan babak belur siap untuk menghadapi maut.

Jangan! Wooyoung tak mau itu terjadi, reflek ia langsung menembak sosok yang membelakanginya itu.

Sial, dia mengetahuinya. Orang itu langsung menghindari butir peluru dengan kilat.

Ia menatap tajam kearah Wooyoung sambil terengah-engah. "Berani beraninya kau mengganggu ku membantu malaikat maut".

"Siapa bilang tak berani?" Wooyoung menantang dan membuang senjata api ke sembarang tempat. Ia memposisikan diri siap untuk menghajar orang itu dengan tangan kosong.

Seolah mengerti maksud Wooyoung, orang itu menyimpan pisau tajamnya di dekat korbannya lalu ikut memposisikan diri menghadap Wooyoung.

Pertarungan antara mereka berlangsung selama beberapa menit saja. Keduanya terlihat lemas dan terengah-engah.

Orang itu melemparkan kursi kayu yang memang sudah ada disana pada Wooyoung. Wooyoung terlambat, ia memilih untuk menutupi wajahnya dengan lengannya.

Tak ia ketahui orang itu sudah ada di depannya lalu menendang wajah Wooyoung hingga Wooyoung jatuh tersungkur.

Sekali lagi, kaki orang itu hampir menginjak wajah Wooyoung. Untung saja Wooyoung menyadarinya dan berguling menghindar.

Pelipis Wooyoung mengelupaskan kulit, hidungnya mimisan dan dagu nya memar. Ia mengelapkan darah hidungnya dengan tangan dan tersenyum miring.

"Giliran ku" gumamnya.

Ia berkelahi kembali, Seolah di beri kekuatan energi. Wooyoung menggunakan trik tangan yang kilat dan berhasil menjotos wajah orang itu.

Ia menendang dadanya hingga orang itu menubruk tembok dan melilit kakinya hingga terjatuh. Terakhir, Wooyoung menendang kepala orang itu hingga terbentur tembok dengan sangat keras sampai-sampai tak sadarkan diri.

"Jika kau koma, kuharap kau dihidupkan kembali menjadi orang yang punya otak dan tidak bertarung demi kesia-siaan" bisik Wooyoung pada orang itu.

Setelahnya Wooyoung duduk menyandar pada tembok di sebelah rekannya yang terpejam dan babak belur. Sama seperti dirinya.

Ia menatap pisau yang ada disana lalu mengambilnya "milikmu ya?" Wooyoung berbicara sendiri sambil melihat orang yang sudah tak berdaya karena ulahnya.

ATEEZ [Am i a criminal?]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang