21

692 31 0
                                    

Waktu pesiar telah dimulai beberapa detik yang lalu. Rama masih berada di dalam barak. Ia tidak berencana untuk keluar.

" Gak keluar? " Rama menggeleng.

" Gak, kenapa minta ditemenin? " Fazli menarik tangan Rama. Rama menatap aneh Fazli. Mereka berjalan menuju lapangan sapta marga.

Warna merah lintasan lari terlihat mengelilingi lapangan. Mereka berhenti di arena walk climb. Tas pesiar Rama tergantung di ujung dinding walk climb.

" Itu tas siapa? " Rama tidak melihat nama yang ada di tas tergantung. Fazli dan kawan-kawannya telah meletakkan barang-barang Rama di atas walk climb.

" Tas kau lah siapa lagi? " Rama menyipitkan mata. Memang itu tasnya. Siapa yang repot-repot meletakkan tas di atas walk climb. Rama akhirnya menaiki walk climb dari belakang. Rangkaian scaffolding yang merangkai dan memperkuat walk climb terasa licin.

Ia bingung bagaimana barang-barangnya bisa di atas walk climb. Sedari tadi ia bahkan belum keluar barak. Saat sampai di atas banyak sekali barang-barangnya selain tas yang tergantung. Tidak mungkin ia bisa membawa semua barang-barangnya sekali turun. Ia menggendong ransel di punggung, mengunci helm ke ransel baru memegang tas pesiar. Akhirnya ia turun dengan semua barang-barang itu.

*

Fazli berkacak pinggang melihat Rama yang sedang mencuci pakaian. Ia terkekeh geli. Tadi setelah acara walk climb mereka mendorong Rama ke kolam lumpur. Hampir saja rencana itu gagal karena reflek Rama bagus. Tetapi ia kalah tenaga karena kawan-kawannya bekerja sama untuk mendorongnya. Tetapi ia berhasil meraih lengan Fazli sehingga lettingnya itu juga ikut tercebur ke kolam bersama dirinya. Jadilah Rama juga harus mencuci pakaian Fazli.

" Yang bersih, pot! " Rama masih jongkok. Busa sabun, sikat dan pakaian kotor tergeletak di depannya. Ia mendongak menatap Fazli yang berdiri. Atasan baru saja disikat penuh busa Rama lempar ke arah Fazli. Fazli tertawa lalu menghindar. Akhirnya Fazli membantu Rama untuk mencuci setelah mengerjai Rama sedari tadi. Fazli membantu untuk membilas sementara Rama masih menyikat baju yang penuh lumpur. Kotornya sudah seperti ketika latihan luar di medan yang berat.

" Barakallah fii umrik Ram. Semoga apa yang lo mau kesampaian. Oh iya Breachia apa kabar tu? Ekhem " Rama belum sempat menjawab, tetapi Fazli sudah pergi untuk menjemur baju yang sudah selesai dibilas.

Saat Rama menjemur baju, Fazli memegang ponselnya. Tadi setelah ia berjuang keras menurunkan semua barang dari walk climb kemudian tercebur. Barang-barangnya dibawa oleh kawannya. Tidak boleh dipegang oleh Rama dengan alasan nanti barangnya kotor karena Rama memang baru saja naik dari kolam lumpur.

" Abang, kangen huhuhu. Barakallah fii umriik abangku sayang. Semoga Allah meridhoi setiap langkahmu menuju apa yang kamu mau. Ipal sayang abang. " Rama mengambil alih ponsel yang ada di tangan Fazli. Ia melihat layar ponselnya dipenuhi wajah Ghiffar yang berkaca-kaca. Andaikan ia berada pada koordinat yang sama dengan Ghiffar, ia pasti akan memeluk adiknya itu. Ia juga merindukan Ghiffar.

" Abang juga kangen Far. Barakallah fii umrik adikku yang paling tengil, ngeselin tapi abang sayang. Semoga apa yang adik abang cita-citakan tercapai seiring doa. " Ghiffar tidak jadi menangis saat mendengar kata tengil terlontar dari bibir sang abang.

" HBD Ram. Ekhem Ghiffar kirim hadiah loh mungkin besok baru sampai sih. Aduh. " Wajah Akuifer muncul di sebelah Ghiffar. Gadis itu sedang mengelus pundak Ghiffar. Terlihat dari kamera ponselnya. Tetapi Akuifer mengaduh karena jitakan Ghiffar di pelipisnya.

Lama berbicara dengan Ghiffar, Akuifer, dan Fazli, Rama lupa jika ia memiliki rencana dengan Breachia. Saat waktu pesiarnya hampir habis ia menuju gerbang sambil menelepon Breachia. Gadis itu segera mengangkat pada deringan pertama.

" Kamu di mana? " Suara Rama terlihat sedikit merasa bersalah. Ia sudah mengabaikan Breachia.

" Aku masih di sini. Waktumu mepet kan gak usah ke sini. " Masih menempelkan ponsel di telinga, Rama berlari. Saat di gerbang ia masih belum menemukan keberadaan Breachia karena kendaraan yang melewati sangat ramai. Breach tertawa, ia tahu jika Rama berlari terdengar napasnya yang ngos-ngosan dari telepon.

" Selamat ulang tahun Rama, barakallah fii umriik, semoga lancar pendidikan sampai praspa. Selalu dalam lindungan Allah di manapun dan kapanpun kamu berada. Kuharap aku bisa melihat kamu pedang pora dengan jodohmu suatu hari nanti. Aku pamit. " Ia tahu Breach belum beranjak. Tetapi ia juga tidak bisa keluar. Rama mendesah kecil sebelum berbalik dan lari lagi. Breach duduk di atas motornya. Ia masih belum beranjak walau hari mulai gelap.

*

" Wih udah pulang aja, gimana lancar? " Breach meletakkan kotak berisi kue ke atas meja. Ia menghempas tubuhnya ke sofa. Melepas jilbab yang sedari tadi melilit kepalanya.

" Gak sama sekali. Ditelepon gak diangkat di menit terakhir diangkat sih tapi boro-boro lihat hidungnya aja engga. " Crane membuka kotak kue yang masih rapi. Breach benar-benar membawanya dengan hati-hati.

" Ada acara mendadak kali? " Crane mencomot kue-kue mini itu dan memakannya. Rezeki anak kos memang tak terduga. Dingin coklat yang membalut kue terasa di mulutnya.

" Iya kali. Dihabisin aja gue mau mandi. " Breach naik ke lantai atas mengambil handuk.

" Eh berarti kadonya belum lo kasih dong? "

" Yaiyalah orang gak ketemu, gimana sih? Entar ajalah ceritanya malas nih. Kadonya bisa kirim lewat paket. " Crane mengibas-ibaskan tangan untuk mengusir Breach agar segera mandi. Tas, jilbab, jaket, masker, sarung tangan, kontak motor tersebar di sepanjang sofa. Jika sedang kalut Breach akan berubah menjadi orang paling berantakan dan ceroboh. Breach kembali duduk di sofa dengan handuk di atas kepala. Ia mengambil remot dan mengganti chanel.

" Mau nonton apa sih? Itu barang lo beresin dulu entar ada yang ketumpuk bingung nyari nyalahin gue dikira ngumpetin. " Breach makan kue. Ia tadi sudah memilih kue yang mungkin akan disukai Rama. Kini kue itu akan habis dimakan olehnya dan Crane.

*

" Sedih ya Pal? " Tak berbeda dengan sang abang. Ghiffar juga tidak pesiar keluar. Akuifer masih setia menemaninya.

" Abi lagi apa ya Pel? Tadi kan abang sibuk dikerjain lettingnya. Aku nunggu abang beberes dulu. "

" Katanya Om Gravin mau pindah dinas bener kan? " Ghiffar mengangguk. Sang abi memang sudah memberitahunya. Walau ia belum sempat menelepon. Gravin memberitahunya melalui chat.

Marhaban yaa Ramadhan. Gimana nih puasanya? Sudah lama gak unggah Beloved Brave juga hehe. Lagi nyusun skripsi huh. Doakan lancar yah semoga lekas sempro, penelitian, pendadaran bisa wisuda Oktober 2020.

Beloved Brave (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang