Rama siap dengan pakaian PDL lengkap. Taruna yang setingkat dengannya sudah berada di arena untuk berlatih menggunakan sangkur. Tiap sangkur memiliki nomor seri sendiri.
Ini bukan kali pertama mereka berlatih dengan sangkur. Selain Yong Moo Do untuk pertahanan diri jarak dekat. Mereka juga dilatih sangkur untuk melakukan pertarungan jarak dekat. Selain sangkur, saat perkur (perkelahian sangkur) alat yang digunakan yaitu kopel dan helm baja. Pelatih telah menjelaskan instruksi sesuai prosedur. Jantung Rama berdebar lebih cepat.
Setelah melakukan pemanasan mereka bersiap di posisi dengan lawan masing-masing. Aura permusuhan selalu terlihat jika latihan bertarung dengan lawan walau hanya teman letting. Mereka selalu serius dan berkonsentrasi tinggi. Rama menghembuskan napas kecil untuk menenangkan dirinya.
Senapan SS1 tertata dengan rapi di sisi lapangan. Sesuai aba-aba mereka mulai pertarungan. Satu arena memiliki ukuran 3×4 m. Peluh makin deras keluar. Rama harus menghindar dari serangan. Ia juga harus melakukan serangan balik. Tubuhnya terhuyung ke kanan. Kecepatan lawan tidak bisa diremehkan. Genggaman tangan pada sangkur semakin kuat. Sangkur kembali beradu di udara. Membuat bunyi tring. Peluit jeda tiga menit berbunyi. Rama mengatur napasnya. Ia kurang memiliki konsentrasi hari ini. Lawan bertarungnya mengulurkan botol minum. Ia bahkan sampai lupa mengisi cairan. Rama memasukkan sangkur ke sarung dan mengambil botol minumnya sendiri.
" Kenapa Ram? " Rama tidak menjawab latihan kembali dimulai setelah peluit berbunyi.
😥
Ibu jari Rama tergores sangkur. Darah mengalir tiada henti. Ia membebat jari yang berlumuran darah segar menggunakan lengan bajunya sendiri. Warna doreng bercampur warna darah. Keringat hasil latihan bercampur keringat dingin karena menahan sakit. Walau ia hanya diam saja. Petugas medis membantu menghentikan darah menggunakan kain kasa.
Konsentrasi latihannya buyar ditambah refleknya agak lambat sehingga sangkur menggores jarinya. Ibu jari kirinya kini terbebat kain kasa putih. Kekuatan tangan paling kuat miliknya yaitu tangan kanan. Namun, ia juga mengimbangi tangan kiri agar memiliki kekuatan yang menyerupai tangan kanan. Mungkin suatu saat kekuatan tangan kiri akan ia butuhkan, jika tangan kanan mengalami masalah.
Rama selalu berusaha berhati-hati. Tetapi ia juga tidak tahu suatu saat musibah datang. Ia berjaga-jaga untuk segala kemungkinan terburuk. Sejak memutuskan masuk ke dunia militer. Ia tahu banyak hal harus ia korbankan. Termasuk waktu bersama dengan abinya. Orang tuanya satu-satunya yang Rama punya. Walau ada papa abinya juga ibu dan ayah dari uminya. Rasanya tetap sedikit berbeda. Jika dipikir ia dan Ghiffar mungkin egois. Apapun resikonya, Rama tidak pernah menyesal.
Kawan-kawannya masih berlatih. Gerakan mereka terlihat cepat seperti alunan orang menari. Mereka terlihat hebat. Ia jadi ingat saat pertama masuk akademi militer. Mereka termasuk dirinya belum sekeren ini. Latihan keras dan teratur membuat tubuh bugar dan membentuk otot yang terlihat kekar. Apalagi jika mengenakan pakaian pesiar.
Rama menggulung lengan PDLnya. Ia akan berganti pakaian nanti sebelum renang. Setelah latihan menggunakan sangkur mereka harus masuk kelas sesuai jadwal.
Seluruh taruna bergegas memakai kembali ransel serta menenteng senapan SS1. Mereka masuk ke kelas masing-masing setelah merapikan senapan di depan kelas. Senapan ini harus selalu mereka bawa. Kecuali di dalam kelas, sehingga mereka menata senapan di depan kelas. Tempat duduk di kelas bertingkat. Semakin ke belakang posisi tempat duduk makin tinggi.
Tepat satu menit sebelum jadwal pembelajaran dosen memasuki kelas. Taruna mendengarkan materi. Hari ini tidak ada diskusi. Mereka full mendengar materi dan mencatat informasi penting. Faktor lelah, berkeringat setelah latihan membuat Rama mengantuk. Ia membuka mata agar tidak tidur. Kelopak matanya terasa makin berat. Sebelum benar-benar menutup ia meminta izin ke toilet.

KAMU SEDANG MEMBACA
Beloved Brave (Tamat)
Fiksi RemajaSekuel Future Pedang Pora nih. Hehe.😀😀😀 Ini adalah aku dengan tujuanku. Umi kuharap umi meridhoiku walau tidak di sini. Banyak yang harus aku korbankan. Tapi jika aku bisa apapun untuk ibu pertiwi akan kulakukan.