7

961 66 1
                                    

Zerva bersiap mengantar ponakan kembarnya. Ia sedang memiliki waktu luang sehingga bisa mengantar mereka. Fahila putri Zerva juga ikut. Ia sudah remaja. Hitam manis dan memakai jilbab. Namun, gadis itu sedikit tomboi. Zerva berada di belakang kemudi. Di sampingnya ada Fahila. Rama, Ghiffar dan Akuifer duduk di belakang.

" Hil gak gabung kita di belakang? "

" Gak mau bang Iffar usil. Hila duduk samping papa aja. "

" Belagu bener sih. Gak usil ko. Cuma banyak gerak. Fahila cantik, manis ayolah sini, " Ghiffar semakin gencar menggoda sepupunya. Fahila diam ia mengambil headphone dan memasangnya. Akuifer tertawa saat godaan Ghiffar dianggap angin lalu.

" Fahila gak asik deh. "

" Pal berisik mulu deh. Tadi aja mondar-mandir kek setrikaan sekarang berisiknya ngalahin petasan, " Rama memainkan ponselnya. Sedangkan Ghiffar membuka komiknya. Akuifer hanya melihat keadaan di luar mobil dari jendela.

😇😇😇

" Papa gitu juga dulu? "

" Kenapa? Mau? "

" Gak, " Zerva memeluk putrinya sayang. Fahila segera melepas pelukan karena mendapat tatapan dari semua. Ia bersikap biasa saja walau sebenarnya malu. Seluruh calon taruna diharapkan untuk apel suara tegas membuat seluruh calon siswa membuat barisan rapi. Fahila dan Zerva menunggu di mobil.

" Pa aku ke sana ya. Kayaknya ramai penasaran. Nanti aku ke sini lagi. "

" Oke. Gak mau ditemenin? Kalau Ada apa-apa langsung telepon... " Fahila mengacungkan jempolnya. Ia baru saja akan berbalik punggungnya ditabrak keras. Beruntung ia tidak mencium tanah karena sebuah lengan menahannya.

" Aduh maaf ya. Saya buru-buru sekali lagi maaf, " Zerva menghampiri anaknya. Ia sudah melihat orang yang menabrak putrinya berlari kencang je arah lapangan apel.

" Gak papa? " Zerva memutar badan anaknya ke kanan kiri. Fahila merengut.

" Papa aku cuma ditabrak sama abangnya. Gak jatuh juga lebay papa mah. "

😇😇😇

Fahila dan paman Zerva sudah pulang. Rama, Ghiffar, dan Akuifer telah bersiap dengan ransel masing-masing. Kecepatan mereka dalam mengemas barang sangat bagus, rapi, dan cepat. Peluit tanda berkumpul membuat semua calon taruna yang dinyatakan diterima berbaris.

" Dah abang sayang. Semangat ya. Ketemu kalau ada waktu kalau gak bisa vc ya aku pasti kangen abang. "

" Iya. Yaudah sono baris telat hukuman loh. Semangat adikku sayang. Abang Juga pasti kangen adik abang, " Mereka berjalan menuju kompi masing-masing. Pakaian hitam putih telah berganti PDL. Setelah pembukaan mereka naik ke truk yang akan membawa ke tempat pendidikan masing-masing.

Pada saat pengepakan ransel tadi ada orang tua atau kerabat yang akan membawakan ransel namun, dilarang keras. Rama masih harus menjalani tes untuk penentuan matra. Ia juga mengikuti sidang matra. Calon siswa menunggu hasil sidang matra sampai pukul 21. 00. Calon taruna yang telah mengetahui matra berkumpul sesuai matra untuk berangkat ke tempat pendidikan. Setelah itu mereka harus melakukan tes penentuan prodi.

Menurut peraturan calon taruna sudah diatur untuk penentuan kakak asuh. Kakak tingkat yang menjadi kakak asuh telah menyebar. Calon taruna mencari sendiri di mana posisi kakak asuh masing-masing. Mencari mereka agak sulit karena hanya diberi tahu No.Ak nya saja. Peluit peringatan telah berbunyi. Namun, Rama belum menemukan kakak asuhnya. Fazli melihat Rama masih mencari menghampiri.

" No berapa? "

" Siap No.Ak.tahun. 049, " Fazli menggeret lengan Rama cepat. Ternyata mereka dalam asuhan kakak yang sama. Ah Rama menghela napas lega.

Beloved Brave (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang