" Crane mau ikut gak? " Breach sudah rapi dengan baju santai. Ia bersiap akan pergi jalan-jalan dengan motor.
Crane hanya pindah tidur. Tadi malam gadis itu lembur proposal untuk kegiatan HMTS. Bahkan sudah malam bunyi printernya masih bekerja. Sangat berisik.
" Yaudah, pergi dulu ya. Kalau mau sarapan ambil aja tuh aku dah masak. " Crane hanya menggeliat kecil di sofa depan televisi.
😀😀😀
Akuifer mengangkat kasur busanya. Ia telah melepas seprai dan sarung bantal. Kali ini waktunya mencuci seprai, sarung bantal juga menjemur kasur. Ia sudah meletakkan kursi untuk sandaran kasurnya. Berjajar rapi dengan posisi kasur-kasur taruna lain. Ia mengangguk puas. Seprai dan sarung bantal yang telah bersih ia rentangkan pada jemuran. Dijemur bersama pakaian-pakaian basah lainnya.
Lima menit lagi ia harus melakukan chinning. Di halaman antara baraknya dengan barak di depannya. Terdapat banyak alat untuk melaksanakan chinning. Chinning yaitu olahraga yang dilakukan dengan berdiri di depan tiang mendatar posisi kaki tetap menginjak tanah. Kemudian menarik badan ke depan dan ke belakang.
😀😀😀
Taruna dan taruni semua tingkat berbaris rapi memasuki ruang makan. Sesuai dengan aturan agar tempat duduk saat makan tidak diisi hanya oleh teman letting.
Sebelum makan, taruna tidak boleh menyentuh alat makan sebelum lonceng dibunyikan. Ada satu orang taruna tingkat 4 yang memimpin doa setelah bunyi lonceng dua kali. Bunyi lonceng tiga kali merupakan tanda taruna sudah diperbolehkan untuk menyantap makanannya. Menu makan pagi ini yaitu ayam goreng krispi, buah pisang, sayur bening bayam isi jagung, perkedel tahu isi hati, tempe goreng, teh manis dan nasi. Sesekali mereka bertukar pengalaman tentang kegiatan belajar atau lapangan.
Makan siang yang nikmat dengan kawan-kawan satu pendidikan. Akuifer belum menemukan posisi Ghiffar entah di koordinat berapa ia duduk. Kak Shaula duduk di hadapan Akuifer. Shaula selalu memberi tatapan tajam pada Akuifer. Gadis itu memiliki kulit gelap semakin membuat kesan sangar saat melihatnya. Akuifer fokus pada makanannya. Ia terlihat cepat dalam memakan hidangan makan siang.
" Kenapa cepat-cepat? " Suara tegas membuat Akuifer menatap kakak tingkatnya.
" Siap, ada janji saat pesiar kak. " Akuifer menjawab dengan nada tenang.
" Oh mau ke mana? " Shaula masih menikmati buah pisang gigitan ke lima beberapa detik yang lalu.
" Siap, tidak ke mana-mana kak. Di lingkungan sini saja. " Shaula mengangguk pelan.
😀😀😀
" Akuifer " Akuifer sedang berjalan-jalan dengan Ghiffar di lingkungan akademi kepolisian. Mereka tidak memiliki rencana keluar kali ini. Akuifer menoleh, ada Kak Shaula beberapa meter di hadapannya.
" Siap, kak. Ada apa? " Shaula terkekeh.
" Tidak usah formal Fer. Manis sekali kamu. Pantas Ghiffar selalu bersamamu di manapun. " Mulut Akuifer membulat. Shaula menggiring keduanya ke Museum Taruna.
" Aku gak ganggu waktu kencan kalian kan? " Ghiffar tertawa.
" Gak ko. Kita juga belum mendalami Museum Taruna, pas lah ada Kak Shaula jadi pemandu kita ya kan Pel? "
" Ho oh bener banget. Kak Shaula kelihatan serem loh. Tapi sudah ngobrol ya gak serem sih hihi. " Shaula menghentikan laju jalannya.
" Kenapa berpikir gitu? " Shaula benar-benar penasaran dengan Akuifer sebenarnya.
" Kakak badannya gede, lebih tinggi dari taruni lain juga tegas. Suka serem aja lihatnya apalagi saat kakak tatap dengan mata tajam. "
" Lebai dasar Ketupel mah gitu kak selalu berlebihan. " Ghiffar meringis karena lengannya terasa pedas akibat geplakan Akuifer.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beloved Brave (Tamat)
Teen FictionSekuel Future Pedang Pora nih. Hehe.😀😀😀 Ini adalah aku dengan tujuanku. Umi kuharap umi meridhoiku walau tidak di sini. Banyak yang harus aku korbankan. Tapi jika aku bisa apapun untuk ibu pertiwi akan kulakukan.