Rama tersenyum puas. Ia sedikit menyugar rambut cepaknya. Cermin kecil yang berdiameter 3 cm menjadi kawan setia jika dirinya bercermin.
Klothak
Fazli yang baru selesai mandi menyenggolnya. Cermin Rama terjatuh ke lantai. Rama mengambil cermin yang sudah banyak goresan pada bingkainya. Cermin ini sering terjun bebas. Apalagi jika ada yang meminjam.
" Duh gusti, iya sih buru-buru tapi lihat-lihat juga kenapa atuh? " Kawan satu baraknya mengomel. Fazli sibuk memakai atribut pada pakaian.
" Maaf, kenapa ya hidupku serba terburu-buru? Berasa gak napas, " Rama menoyor kepala Fazli.
" Ya lagian mepet mulu kalau bangun, gimana mau dapat cincin paja buat ayang beb kau, huh, " Wajah Fazli menjadi masam. Akhir-akhir ini dirinya memang bangun lebih lambat dari biasanya. Biasanya ia selalu terbangun sebelum penghuni barak bangun. Tapi akhir-akhir ini dirinya menjadi manusia terakhir yang bangun di barak ini.
" Yuk yuk yuk lapangan cepet! " Rama mengkoordinir agar semua segera beranjak. Ia baru saja melihat jam di pergelangan tangan kirinya. Mereka melakukan pemanasan di depan Kolam Renang Pierre Tendean. Pakaian loreng yang menempel di badan kini telah berganti menjadi celana pendek. Hari ini memang bukan jadwal renang beban. Barang-barang lain tersusun rapi di bench.
" Bukannya habis ini juga pesta air? " Fazli berbisik di telinga Rama. Ia kemudian menceburkan diri ke kolam renang. Saat ini taruna tingkat IV sedang melaksanakan tradisi naik Gunung Tidar. Setelah mereka usai melaksanakan acara tradisi naik Gunung Tidar, bersama dengan adik letting untuk pesta air. Dalam kegiatan pesta air ini senior dan junior menjadi satu sebagai tanda peleburan segala salah dan khilaf di antara mereka.
Air merupakan sumber kehidupan dan sarana membersihkan diri dari kotoran serta noda. Dunia militer identik dengan strategi. Taruna diharapkan dapat mencontoh sifat air yaitu mudah beradaptasi dengan bentuk-bentuk medan yang dihadapi. Negara Kesatuan Republik Indonesia memerlukan perwira-perwira TNI yang profesional, memiliki jiwa juang tinggi, berkarakter dan bermoral baik, serta bersih, jernih bagaikan air.
Taruna yang seletting dengan Rama berganti pakaian lagi menggunakan pakaian loreng. Mereka telah bersiap sebelum waktu mulai pesta air. Fazli berlari ke barisan. Kerah baju lorengnya terlipat ke dalam. Rama yang akan memberi tahu tidak sempat. Fazli telah ketahuan karena pakaiannya kurang rapi. Dirinya bersama beberapa kawan lettingnya dihukum di depan taruna seluruh tingkat. Hukumannya tidak begitu berat karena sudah biasa. Tetapi tingkat malunya sungguh luar biasa. Meskipun wajahnya datar, tapi sungguh Fazli malu.
" Mau ke mana? Rapikan dulu itu pakaian kalian! " Suara menggelegar siap memekakkan telinga pendengarnya. Baru saja mereka diizinkan kembali ke barisan. Tetapi Fazli belum merapikan kerahnya.
" Siap! " Mereka serempak membalik badan untuk merapikan penampilan. Selanjutnya meminta izin kembali ke barisan. Sermadatar Putra memimpin pesta air. Taruna tingkat IV yang memiliki pangkat sermatutar tidak diizinkan untuk membalas serangan air dari juniornya. Selang air yang bisa dioperasikan tekanannya sesuai keinginan mulai diaktifkan. Rambut cepak Rama ysng mulai mengering kini basah lagi. Suara bait puisi yang dilantunkan terasa sangat menyentuh. Mereka saling berangkulan di samping kolam renang. Suasana haru, kekeluargaan, dan kekompakan sangat terasa. Tekanan air yang keluar dari selang semakin tinggi. Tidak ada waktu untuk mengusap air yang terjun bebas dari dahi ke mata. Perlahan masih dalam posisi rangkulan mereka mulai mencebur ke dalam kolam renang.
" Nyebur nyebur nyebur! " Koor mereka serentak. Sermadatar Putra dan pembaca puisi masih dalam keadaan kering di samping kolam renang. Mereka berdua melirik satu sama lain kemudian bersamaan menceburkan diri ke kolam. Taruna tingkat IV digiring ke tengah kolam sementara taruna lain di kolam bagian pinggir. Sermadatar (sersan mayor dua taruna), sertar (sersan taruna), dan koptar (kopral taruna) bergantian untuk menyemprotkan air ke sermatutar (sersan mayor satu taruna).
*
" Ekhem, eh tangan kau dingin kali Ram? " Rama nyengir. Tubuhnya memang mudah sekali menjadi dingin. Apalagi setelah berendam lama di kolam saat pesta air.
" Efek berendam tadi, belum hilang hehe, " Fazli jadi memegang telinga Rama. Telinganya juga masih terasa dingin.
" Dingin juga, lama-lama kaya vampir. Untung setelah pesta air masih ada waktu buat ganti baju. Kalau gak kekmano lagi badan kau dinginnyo Ram? "
" Sudah biasa, santai aja, " Saat ini sedang pergantian mata kuliah. Dosen mata kuliah belum hadir. Komting kelas tadi sudah memberi tahu perihal keterlambatan sang dosen. Sehingga para taruna masih bisa bersantai sedikit.
" Selamat siang pot, " Komting kelas berada di depan. Semua mata tertuju padanya. Ia akan menyampaikan amanah. Perintah untuk melaksanakan kelas mandiri.
Kepala Rama seperti mau meledak. Kelas mandiri tadi berisi setumpuk tugas kelompok serta diskusi. Badannya yang tadi masih dingin, sontak menjadi kian panas. Suhu dingin tak lagi menjadi selimutnya. Rama kini sedng berada di baraknya. Ia menyandarkan tubuhnya ke tembok. Fazli sedang menyetrika.
" Ram, pusing? " Rama yang akan memejamkan matanya tidak jadi. Ia menoleh ke arah Fazli.
" Pusing sih kagak. Tapi kepala penuh rasanya mau meledak. Tumben nyetrika hari ini? " Fazli menata pakaiannya sesuai aturan.
" Iya kan antrian panjang tak terelakkan. Makanya wkatu itu bisa nyetrika berapa doang, " Kawan satu baraknya masuk dengan bergerombol. Mereka menyanyikan lagu berbahasa Jawa yang sedang naik daun. Meskipun Rama juga dari Jawa, ia tidak terlalu fanatik seperti mereka. Saat-saat luang seperti ini memang hiburan tersendiri. Rama hanya mengamati sesekali ikut tertawa melihat kawan-kawannya konser sembari berjoget. Fazli menarik tangan Rama agar ikut berjoget di tengah.
" Lo aja sih ogah gue, gak bisa joget. "
" Ram, Rama, " Rama buru-buru menoleh. Akhirnya sang penyelamat datang. Kasuhnya telah berdiri di depan pintu barak.
" Siap bang! " Rama dengan cepat menghampiri Alam.
" Bantuin gue sama kawan-kawan sebentar bisa gak Ram? " Rama tersenyum lebar. Ia bisa memanfaatkan waktu luangnya untuk membantu orang lain. Bukan karena ia tak mau bergabung dengan kawan lettingnya yang konser di barak. Tetapi ia memang tidak terlalu suka berjoget.
" Boleh, " Mereka berjalan beriringan ke lapangan. Rumput hijau yang terpangkas rapi menyambut sejauh mata memandang. Rama diberi stop watch, papan ujian, kertas, pulpe, serta topi.
" Nah tugas lo bantuin kita lihatin waktu sama nyatat waktu. Bisa kan? Oh ya yang ngatur waktu udah datang tuh, jadi paham kan? " Rama mengangguk. Ia kemudian menyerahkan stop watch ke taruni yang baru datang. Melihat abang lettingnya giat berlatih, Rama juga jadi ingin ikut. Ia mencatat waktu dari setiap individu. Ada beberapa latihan yang mereka lakukan.
" Huh, gimana hasilnya coba abang lihat, " Rama mengangsurkan catatan dari latihan. Alam dikerubungi oleh kawan-kawan lettingnya termasuk taruni yang mencatat waktu.
" Yah masih kalah berapa detik, " Suara gerutuan bersahutan. Mereka duduk di atas rumput sambil menyelonjorkan kaki.
" Thanks ya, udah bantuin kita, " Rama mengangguk dan menjawab dengan tegas. Alam mengusap kepala Rama yang berpotongan rambut cepak. Ia sudah menganggap Rama seperti adiknya sendiri. Kawa-kawan letting Alam pamit setelah beristirahat sebentar.
*
" KALIAN ITU BAGAIMANA, HAH? SEMBUNYI ITU DI TEMPAT BANYAK PERLINDUNGAN TETAPI BISA MENYERANG, " Suara pelatih yang sangat tegas memekakkan telinga.
" TIDAK TAHU SANDI, TIDAK TAHU DI MANA HARUS MENYAMAR, SAYA KECEWA DENGAN LATIHAN KALI INI! " Seluruh trauna diam. Mereka menatap pelatih yang ada di depan. Bagi tentara dalam keadaan apapun mereka tidak diizinkan untuk memiliki nyali ciut. Mental mereka haruslah kuat. Beban ransel semakin terasa ketika mereka hanya berdiri tidak bergerak sama sekali.
" BUKA BAJU KALIAN! CEPAT JANGAN LAMBAT! MAU JADI APA KALIAN JIKA MELEPAS BAJU SAJA LAMBAT, " Seluruh taruna melaksanakan perintah. Baju yang sudah terlepas dimasukkan ke ransel. Mereka memakai kembali ransel di pundak dan membawa senjata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beloved Brave (Tamat)
JugendliteraturSekuel Future Pedang Pora nih. Hehe.😀😀😀 Ini adalah aku dengan tujuanku. Umi kuharap umi meridhoiku walau tidak di sini. Banyak yang harus aku korbankan. Tapi jika aku bisa apapun untuk ibu pertiwi akan kulakukan.