23,0; farther than closer

84 13 16
                                    

.

Suasana bising di sekitarnya sama sekali tidak mengusik pemuda yang tengah duduk di salah satu meja di sudut kafe itu. Ia seolah tenggelam dalam dunianya sendiri, berkutat dengan sesuatu di layar laptopnya. Rautnya serius, sesekali keningnya berkerut.

Hingga ketika ia selesai menekan satu tombol pada keyboard-nya, raut serius itu perlahan mencair, menjelma menjadi penuh senyum. Senyum yang ditujukan untuk dirinya sendiri.

Pemuda itu lalu meraih gelasnya, menyesap isinya perlahan. Sorot matanya penuh rasa puas. Ya. Juniar selalu menyukai saat-saat seperti ini. Saat dimana hal-hal dalam hidupnya berjalan sesuai rencana.

Mengerjakan pekerjaan dengan santai di kafe, selesai satu jam sebelum deadline yang diajukan kliennya, memiliki waktu luang tambahan, sendirianㅡdalam hati, Juniar memuji dirinya sendiri karena telah menjadi produktif seharian ini.

Ia lalu menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi, mencoba merenggangkan otot-ototnya sejenak. Kepalanya mulai memikirkan bagaimana sebaiknya ia menghabiskan sisa hari yang baik ini. Mungkin, memberi sedikit reward pada dirinya sendiri bukanlah ide yang buruk.

"Bang Ijun?"

Sapaan itu membuat Juniar menoleh ke sumber suara. Menemukan sosok Gala berdiri di sebelah mejanya. Ekspresi Juniar mengeras. Diam-diam, ia berusaha melihat ke sekitar Gala.

Ingin memastikan bahwa lelaki itu sendirian.

"Sendiri, Gal?" Juniar akhirnya bertanya, yang dibalas anggukan oleh lawan bicaranya. Segera, ia memberi isyarat dengan tangan. "Duduk, duduk."

Gala menurut, menarik kursi di hadapan Juniar lalu mendudukkan dirinya di sana.

"Tumben sendiri, Gal?" Juniar bahkan tidak berusaha menyembunyikan maksud tersirat dalam pertanyaannya. Karenanya, dengan segera, Gala bisa memahami kemana arah pertanyaan itu. Membuatnya mengurai tawa pelan.

"Lagi ngurus kerjaan, Bang," balas Gala sambil mengedikkan bahu. Memberi isyarat samar yang membuat Juniar menyadari ransel yang tersampir di pundak Gala.

Lelaki itu menaikkan alisnya.

"Oh? Lo di sini kerja juga? Kerja apa?"

Ini kali pertama keduanya duduk berhadapan hanya berdua. Biasanya, selalu ada anak Big Waveㅡatau Ryaㅡdi antara mereka. Fakta tersebut menyadarkan Juniar tentang minimnya hal yang ia ketahui tentang sosok di hadapannya ini. Lalu mendadak saja, percakapannya dengan Angga beberapa hari lalu kembali melintas di benaknya.

Membuat Juniar memutuskan untuk berusaha mencari tahu sedikit lebih dalam tentang Gala, dengan caranya sendiri.

"Nggak di sini sih, kerjaan gue di Semarang," Gala meringis. "Kemaren udah ngajuin resign, tapi ditarik lagi katanya buat ngisi cabang di Jakarta. Terus pas koordinasi, ternyata di sini belum ada proyek yang mesti gue pegang banget, jadi gue masih bantu handle yang di sana dulu aja."

Juniar mengangguk-angguk menyimak jawaban Gala.

"Lo sendiri, Bang? Lagi ngapain?"

"Ngelarin kerjaan. Gue kan freelance."

Ganti Gala yang manggut-manggut.

Keduanya lalu diam sejenak setelah basa-basi singkat tadi, lebih memilih untuk memperhatikan sekitar. Benak Juniar tiba-tiba menggagas sebuah pemikiran, yang ia pertimbangkan sembari mencuri lirik ke arah Gala.

Lalu setelah memutuskan sesuatu dalam kepalanya, Juniar beringsut di kursinya.

"Gal," panggil Juniar, secara otomatis menggerakan pupil mata Gala ke arahnya. "Gimana Jakarta? Enjoy?"

Damaged✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang