17,0; victim or villain

122 13 31
                                    

.

Rya sedang setengah melamun ketika seseorang tiba-tiba mengusap punggung tangannya.

Gala.

"Kamu yakin?" tanya Gala, lembut.

Rya menatap lelakinya sebentar. Setelahnya ia memasang senyum ceria seolah tidak ada apa-apa. "Yakin lah. Emang kenapa?"

Gala menatap Rya, sedikit terlalu lama. Ini percobaan kedua untuk mengenalkan Rya pada Yoga, setelah penolakan Yoga waktu itu. Jauh dalam hatinya, Gala sebenarnya bertanya-tanya, untuk urusan apa ia harus mengenalkan pacarnya pada Yoga?

Mereka saudara tiri, itu bisa dimengerti.

Tapi, toh, Gala tidak akan butuh restu keluarga ayah tirinya jika nanti ia berniat, hm... menikahi Rya, kan?

Pemikiran yang terlalu jauh itu membuat pipi Gala memanas dengan sendirinya.

"Hayo, kamu mikirin apa?" sentak Rya tiba-tiba, membuyarkan lamunan Gala.

Lelaki itu menggeleng canggung. "Nggak, aku bingung aja kenapa kamu sengotot itu mau kenalan sama Bang Yoga."

Mendengarnya, Rya tersenyum. "Kan dia kakak kamu?"

"Kakak tiri." Gala mengoreksi.

"Tetep kakak, kan? Kamu masih aja musuhan sama orang yang bahkan udah nggak bisa memusuhi kamu kayak Kak Yoga. Bunda nggak akan suka, tahu."

Gala melotot sebentar.

Sungguh. Hanya Rya Dinata yang akan Gala biarkan mengucapkan kalimat seperti itu. Hanya Rya yang boleh menyinggung sesuatu tentang Bunda di depan Gala. Hanya Rya. Karena jauh dalam hatinya, Gala tahu kata-kata Rya ada benarnya.

"Well," Gala berujar pelan, berusaha terdengar sederhana. "Let's just say that I'm... kinda jealous?"

Hening sejenak.

Dua insan itu bertatapan. Lama. Sampai sebuah senyum terkembang di bibir Rya, lalu gadis itu tertawa. Mengabaikan Gala dan wajahnya yang kembali memanas.

"Jelesin apa sih?" tanya Rya, masih dengan senyum yang sama.

Sungguh. Gala bisa merasakan degup jantungnya berubah ritme hanya dengan melihat Rya tersenyum atau tertawa seperti sekarang.

"Kamu tertarik banget sama Bang Yoga," protes Gala sambil lalu, dengan suara pelan.

"Ya, terus?"

"Naksir?"

Tawa Rya meledak. Kali ini begitu lepas. Hingga tangan Gala terjulur demi menjitak lembut kepala gadisnya.

"Gak usah gede-gede ketawanya, Nat," dengus Gala. Membuat Rya berusaha meredam sisa-sisa tawanya.

"Ya lagian kamu lucu," Rya membalas. Keduanya kembali bertatapan sejenak. "Gal, aku kan pacar kamu."

"Udah tahu."

Jawaban pendek dan ketus itu membuat Rya bersusah payah untuk tidak tertawa. "Terus masalahnya di mana?"

Gala diam. Matanya menuju Rya, lalu beralih secara sembarang. Tidak ada lagi yang bicara sampai suara Mbak Mar memecah keheningan.

"Mas," panggil Mbak Mar pelan, membuat Gala menoleh. "Mas Senja sudah selesai makan."

"Iya, Mbak. Makasih." balas Gala.

Setelahnya, Mbak Mar pamit dan menuju dapur. Pandangan Gala kembali pada Rya.

"Nat, kamu tahu nggak sih?"

Damaged✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang