34,0; everything will be okay

116 11 10
                                    

.

"Yan, bagi aer!"

Sembari mendengus samar, sebelah tangan Iyan menjangkau botol air mineral di dekatnya, lalu menggulirkannya ke arah Wiraㅡsi peminta. Di tujuan, Wira menangkap kiriman Iyan sambil menyeringai. Kemudian lekas membuka tutup botol demi menenggak isinya.

"Gala jadi ke sini?" tanya Wiraㅡentah pada siapa, setelah menutup kembali botol air di tangannya.

Di sudut lain ruangan, Jendra yang menoleh.

"Jadi," katanya, agak kerasㅡcukup untuk didengar semua orang di ruangan. "Tapi lagi nganter Yoga dulu, konseling. Nanti mau ke sini, katanya."

Hening menyusul pengumuman singkat Jendra barusan. Beberapa pasang mata saling melempar sorot tanpa arah, terkadang berhenti di satu titikㅡobjek yang setelah sekian lama akhirnya kembali mengunjungi basecamp Big Wave.

Menyadari kawannya mulai tidak nyaman akibat pandangan-pandangan sambil lalu itu, Wira berdeham pelan.

"Lah? Udah mulai konselingnya Yoga?"

Pertanyaan Wira entah ditujukan kepada siapa. Namun, setidaknya mampu membuat pasang-pasang mata tadi beralih, menuju dirinya dan Jendra sebagai ganti.

Di tempatnya, Angga menghela lega tanpa sadar.

"Udah," Jendra menjawab, terdengar ragu. Lirikannya sempat mampir pada gurat kelegaan Angga sebelum akhirnya memutuskan untuk tidak mengusik. "Hari ini hari pertama sih, kata Gala."

"Kok nggak ngabar-ngabarin? Kan gue bisa ikut nganter kalo tahu."

Kalimat itu disusul dengung persetujuan samar dari kubu Hilman dan Iyan, namun selebihnya, tidak ada yang bersuara.

"Kata Gala, mending jangan terlalu rame dulu, Sin. Kasian Yoganya juga," sahut Angga akhirnya, memutuskan bahwa ia tidak bisa menghindari topik ini lebih lama lagi. Bagaimana pun, dibandingkan dengan kawannya yang lain, ia tahu lebih banyak mengenai perkembangan pengobatan Yoga.

"Oh, iya sih," Wira mengangguk maklum. "Ya, kabarin aja kalo butuh bantuan apa-apa."

Tidak ada sahutan. Hanya beberapa gumaman yang terdengar sebagai tanggapan. Diam-diam, Wira melirik Angga. Kawannya itu terlihat gamang, seolah memikirkan sesuatu. Ia lalu memandang berkeliling, menatapi wajah kawan-kawannya yang lain satu per satu. Seluruh anggota Big Waveㅡminus Yogaㅡhadir di basecamp malam ini, setelah susah payah menyamakan jadwal satu sama lain. Delapan pemuda itu membicarakan beberapa halㅡ tentang penggalangan dana, acara syukuran di panti asuhan, tawaran mengisi live music di kafeㅡhal-hal yang sejatinya memang menjadi agenda rutin Big Wave. Tapi pembahasan itu sudah selesai. Kini, terbagi menjadi beberapa kelompok yang lebih kecil, mereka menghabiskan waktu masing-masing meski masih berada dalam satu ruangan yang sama.

Membuat tingkah laku Angga tidak terlalu mencolok di antara keramaian itu.

Wira beringsut mendekat.

"Napa lo?" tanyanya, setelah berada di sebelah Angga. "Mikirin apaan?"

Angga menggeleng sambil tersenyum tipis. "Gue masih merasa aneh ajaㅡ"

Penjelasan Angga terganggu oleh ketukan di pintu, yang kemudian terbuka. Menampilkan sosok Gala di ambangnya. Pemuda jangkung itu memasang senyum, bertemu pandang dengan Angga sejenak sebelum beralih pada yang lain.

"Wey, sini, Gal! Gue mau ngomongin yang tadi!" Suara Seta menggelegar, menarik perhatian seisi ruangan. Gala tertawa kecil, mengedik samar pada Angga, lalu bergegas menghampiri Seta.

Hingga Angga terpaksa mengembalikan fokus pada Wira yang belum juga berniat beranjak dari sisinya.

"Aneh apa?" Wira menegaskan kala menyadari tidak ada lagi yang memperhatikan mereka.

Damaged✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang