Selamat membaca. Awas typo.
____________
Walau kelak aku menemui pangeranku. Tetap ayah lah yang menjadi raja untukku.
_____________
AKHIRNYA Nami tiba di Jakarta. Ia tanpa ingin membuang waktu lagi langsung pergi ke Rumah sakit. Walau pun hari sudah terlalu larut dan jam besuk sudah habis, Nami hanya ingin melihat dari luar keadaan sahabatnya itu.
Nami tersenyum. Lara tengah damai dalam tidurnya yang entah kapan akan kembali bangun. Aku ingin besok ia langsung bangun, agar aku bisa cepat kembali ke Padang.
Saat pertamakali mengetahui bahwa Lara kecelakaan, Nami sangat syok. Ia belum beberapa lama baru selesai chatingan dengannya. Lalu setelah itu mendapat kabar yang menyayat hati.
Nami dengan senyum akhirnya pulang ke rumahnya yang di Jakarta. Ayahnya sudah dihubungi Mama, jadi ia langsung bisa kembali ke rumah tanpa repot menelfon sana sini.
"Capek ya sayang?" Tanya Papa Nami saat Nami baru masuk ke dalam rumah besar itu.
"Lumayan Pa." Jawab Nami dan langsung duduk di sofa disusul sang papa.
"Istirahat gih. Besok kita ke rumah sakit, habis itu kita cerita-cerita. Kamu mau besok langsung pulang atau gimana?"
"Iya Pa. Aku tiga hari disini Pa." Jawab Nami.
"Oma tau?"
"Oma ga aku bangunin Pa. Gak tega aku. Tidur Oma nyenyak banget."
Papa Nami mengangguk dan membelai rambut Nami perlahan, "Oma sehat-sehat kan nak?"
"Oma sehat Pa." Lalu Nami dipeluk sang papa. Ia sangat rindu moment ini. Sudah nyaris sebulan ia tak mendapat pelukan sayang seperti ini. Papanya sibuk. Pagi sampai malam kerja terus.
Nami sangat beruntung. Mana mungkin ada ayah yang rela membagi waktunya untuk Nami yang memohon agar sang Papa memerhatikan sahabatnya yang tengah dilanda gundah dan sakit yang bisa Nami bilang parah.
Papanya sangat menyayangi Nami. Ia melakukan apa saja untuk Nami. Mungkin jika Nami suruh berhenti bekerja, sang Papa tanpa berat hati akan mengabulkan.
Walau Nami ingin sekali di setiap harinya ada orang tua yang memberi perhatian lebih. Mengantarnya sekolah dan menjempitnya saat sudah pulang sekolah. Nami menepis itu semua. Ia tak mungkin memaksakan kehendaknya untuk sang Papa selalu ada waktu untuk dia, walau tanpa Nami sadari pun sang papa bakal selalu ada untuk dia. Jika Nami mengatakan 'di sini aja Pa.' Maka papa pasti akan melakukan itu. Tapi, Nami tak ingin hidupnya jadi susah karna ia sang papa berhenti bekerja. Hidup itu butuh uang.
"Tidur gih ke kamar." Kata papa lembut.
"Papa?" Tanya Nami.
Sang Papa tersenyum dan mengangguk.
"Iya, tapi nanti ya sayang papa kerja dulu." Jawabnya. Nami langsung menunduk. Ayahnya terkekeh.
"Iya deh Papa temenin tidurnya, masih manja ya kamu." Papanya tertawa. Nami akhirnya tersenyum.
"Papa adalah ayah terbaik di duniaaaaaa. Nami sayang papa."
Sambil bergandengan tangan, dua ayah dan anak itu berjalan menuju kamar. Lalu kebiasaan kecil Nami kembali terulang. Saat ia sebelum tidur wajib dibacai surah ar rahman.
"Papa lebih sayang Nami." Lalu mereka pun terlelap.
***
Terimakasih sudah membaca.
Tinggalkan jejak ya.
Kritik dan saran sangat dibutuhkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Nami✔
Fiksi RemajaInti cerita ini adalah tentang Nami. Tentang perjalanan menemukan jati diri. Tentang melody menemukan impian hati. Nami si gadis baik hati, egois, labil, dan penyayang. Bersama sahabatnya akan menyajikan sebuah pertunjukan hebat yang diciptakan seme...