Ya.. siapa saja bisa pergi kapan aja.
***
Akhirnya bel tanda istirahat berbunyi. Sebagian besar para penghuni kelas keluar untuk memberi asupan kepada cacing cacing mereka yang sudah kelaparan. Tak terkecuali Nami yang merasa lemes banget soalnya tadi jam pelajaran 1 sampai 3 fisika di lanjutin matematika sampai istirahat.
Luar biasaaa.
Nami membawa serta tasnya ke kantin. Yaa kalau ga di bawa gimana caranya ngasih temen temen oleh olehkan?
Kelasnya sudah ia beri beberapa oleh oleh yaitu kripik dan dodol. Pada rebutan semua!
Waktu di Jakarta memang bukan Nami yang berbelanja, tapi asisten papanya. Mana sempat Nami memikirkan oleh oleh di tengah bisingnya getaran hati dia akan sebuah kerisauan menunggu Lara bangun.
"Namii!" Seru Dilla dari pojok kantin.
Kok di pojok? Batin Nami.
Di lihatnya sekeliling.
Oh oke dekat cogan ternyata.
"Hai." Sapa Nami akhirnya mendudukan diri di salah satu kursi.
"Pesen apa kalian?" Tanya Naila. Berbakat jadi pelayan deh Naila keknya, eh maaf. Wkwk.
"Hm, bakso deh Aku." Ucap Nami.
"Aji juga, super istimewa dan spesial, bilang aja ini untuk Aji, ngerti tu mas tukang baksonya, Aji yang Can--"
"Oke bakso ya Ji." Potong Naila cepat. Berbakat nikung juga.
Eh padahal mah yang pernah nikung itu Aji gays:v sori sori ini pengalaman author:v nikung kran air wudu, karmanya di bayar tuntas detik itu juga huahaha.
"Dinda mie ayam."
Naila mengangguk.
"Ipa mie ayam juga."
"Aku pun!!!" Sambar Citra cepat.
Lalu Naila pergi begitu saja.
Lah tunggu! Kek ada yang kurang.
"Dilla enggak?" Tanya Nami pada siapa saja yang mendengar.
"Eh tunggu! Dilla mana?!"
Citra menunjuk dengan dagunya ke meja di ujung sana.
"Lagi pedekate dia." Lanjut Citra.
"Eh perasaan beberapa detik yang lalu dia yang manggil aku kesini deh?" Tanya Nami heran.
"Dia kesana pake jurus seribu bayangan." Jawab Dinda.
"Eh? Tadi dia jalan aja kok! Ga pakai seribuan." Timpal Aji polos. Pake sok ga sih ini?
"Serah mu Aji!" Tukas Dinda.
"Pas ada Andra langsung gercap ke sana. Padahal dari tadi Rangga di sana juga kok."
"Iya, tau kok aku Reva cemburu."
"Please deh Mi!!!!!"
"Bakso datang!!!"
Naila seperti penyelamat. Di tengah kegalauan salah seorang manusia, ia hadir membawakan makanan bagi yang membutuhkan.
"Oh iya? Itu oleh oleh semua buat kalian, bagi bagi aja. Kata papa juga sebagai ucapan makasih." Kata Nami.
Semua ber hore ria. Cukup banyak itu.
Mie ayam pun akhirnya datang dan ada siomay, oh kayanya Dilla mesen ini deh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nami✔
ספרות נוערInti cerita ini adalah tentang Nami. Tentang perjalanan menemukan jati diri. Tentang melody menemukan impian hati. Nami si gadis baik hati, egois, labil, dan penyayang. Bersama sahabatnya akan menyajikan sebuah pertunjukan hebat yang diciptakan seme...