Berhayalah selagi mampu.
***
"Helloww gaiss Dilla yang sahabat tapi mesranya aa' Rangga dan calon makmumnya Andra kembali." Suara yang menggema di koridor sekolah, yang mampu membuat bulu kuduk semua orang berdiri.
Nami beristigfar di dalam hati.
Dilla yang jalan sendirian sambil melambaikan tangan ke kelas kelas akhirnya berhenti di depan kelas Nami. Nami juga terhenti di sana.
"Eh kapan pulang Nami?!" Tanyanya sambil melihat Nami penuh kagum.
"Kemarin." Jawab Nami singkat sambil tersenyum.
Dilla menganggukan kepalanya.
"Eh ngomong ngomong ni yah, nanti istirahat kaya biasa samaan ya bertujuh. Illa tau kok Nami bawain sesuatu untuk kami."
Pede gila.
"Eh iya, oke." Jawab Nami juga sambil tersenyum.
Nelanjangin tas aku dia tadi?
"Yudah, Dilla mao ke kelas doeloe. Sekalian ambil absen ama aa' Rangga dan calon imam baru Illa, Andra, aa Andraa aymizyu." Dilla pergi begitu saja, sambil berjalan menghampiri dua cowok yang sedang bercengkrama.
"Pucuk dicinta ulam pun tiba." Ujar Dilla setelahnya berlalu dari Nami tanpa berpamitan.
Nami mengaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia memegang lehernya yang terasa dingin.
"Sejak kapan Dilla jadi gangguin Andra?"
"Selama lo pergi, banyak hal yang terjadi."
"Astagfirullah." Nyaris saja Nami terkena serangan jantung.
Ini lagi satu orang! Napa bisa datang tanpa di undang pulang pun tak di antar?! Sanak jailangkung kali.
"Ngagetin Reva." Ujar Nami.
Reva menghela napas. Menatap nanar pemandangan saat Dilla sedang mengganggu dua orang di sana. Rangga dan Andra.
Nami menatap penuh selidik.
"Banyak hal yang bikin es di antartika meleleh selama lo pergi." Ujarnya lagi dramatis sambil menatap sayu kepada Andra yang ketawa dengan tingkah Dilla.
"Suka Andra ya?!" Tanya Nami pada Reva dengan intonasi cepat. Reva yang termenung, kaget dan menjawab cepat, "iya."
"Ntar Aku bilang Dil--"
"Eh apaan?! Gila aja bisa suka sama si tengil? Sori bukan level akoh!" Reva sambil membekap mulut Nami dengan tangannya yang terasa asin sembari menyeretnya sampai masuk ke dalam kelas.
"Tangan mu asin Pa." Ujar Nami saat Reva melepaskan bekapannya.
"Maklum abis mungut mantan."
"Iih?"
Nami menatap Reva ngeri.
"Sori, abis luluran pakai lumpur ini. Eksotis." Ucap Reva sambil bergaya yang mampu membuat.. mual.
Nami tak tau harus berbuat apa.
"Kenapa bisa berfikiran senegatif itu tadi? Astaga, ga nyaka ya aku mas kamu bisa fitnah aku sekejam itu!"
"Apaan si Pa? Adegan suara hati istri yang suka kamu nonton?!"
Reva terdiam sebentar dan berdehem.
"Enak aja! Ekhm."
"Inget ya Mi, tipe aku bukan yang kaya si dia." Reva menatap Nami berbinar.
"Jangan natap gitu!! Kamu normal kan?!"
"Lu kira gw lesbi?!"
"Eh maaf."
Reva menarik napas lagi.
"Jadi tipe aku tu--"
"Yang pendek, mungil, hitam, kaya si Tekong." Nami yang menjawab sambil mengangguk.
"Oke udah tau aku Va."
Reva akhirnya tertawa dan menatap atap seolah berhayal akan si Tekong padahal mah hati dia remuk ae kaya kertas ulangan yang udah di robek eh kiranya si guru nyuruh lisan.
Nami menatap sekelasnya yang menatap aneh pada Reva.
"Assalamualaikum." Ujar cowok di depan pintu sana.
Reva melirik. Lalu terdiam, dan tanpa diusir keluar dari kelas kami.
Bel sudah bunyi.
***
Heyyooo!!! Long time no see!
Bakal update dua hari sekali😍 maaf kalau ini gaje garing krispi.Tinggalin jejak.
Kasi saran dan kritikan biar aku makin jago nulis dan merangkai kata.
Kasih idee jugaaa.
Gimana menurut kalian kelanjutannya!!See you next part!
Ig: @amandaanamii

KAMU SEDANG MEMBACA
Nami✔
Novela JuvenilInti cerita ini adalah tentang Nami. Tentang perjalanan menemukan jati diri. Tentang melody menemukan impian hati. Nami si gadis baik hati, egois, labil, dan penyayang. Bersama sahabatnya akan menyajikan sebuah pertunjukan hebat yang diciptakan seme...