Bacanya sambil dengerin musik asik pasti tu kak:)
***
Jika terbiasa berinteraksi dengan manusia manusia hebat, insyaallah aku, kamu, dan kalian juga bakal ketularan hebatnya. Percayalah.
***
Sudah seminggu Nami kembali ke Padang. Dan hari ini adalah hari pertama ia akan kembali ke sekolah. Senang rasanya akan kembali bertemu dengan teman teman sekolahnya.
Nami di sekolah dekat dengan enam siswi yang cukup terkenal di sini. Ada Dilla, Reva, Aji, Dinda, Naila, dan Citra. Ya walau Nami tak sedekat dengan teman teman nya di jakarta dengan disini, untuk bertemu dan bercanda gurau mereka pilihan yang pas.
Dengan siswa siswi lain Nami tak begitu dekat. Apalagi dengan para siswa. Nami merasa tak nyaman berada di antara mereka. Padahal di Jakarta Nami memiliki teman dekat pria. Thomas, Rangga, dan Reza.
Siswa di sini sudah terlanjur terpandang buruk oleh mata Nami. Kasian.
Nami cukup popular di sini. Dengan modal cantik dan suara merdu. Mampu menarik banyak perhatian orang. Goda godaan tak sedap pun datang dari para pria. Hal ini sebagai pendukung utama ia tak menyukai satu siswapun di Padang ini!
"Nami!" Seseorang menepuk bahu Nami saat Nami baru saja menginjakan kaki di sekolahnya. Ternyata dia adalah Reva, Aji dan Dinda yang berjalan bersama. Reva yang menepuk bahu Nami dengan sangat tidak santai tadi.
"Aw." Ringis Nami.
"Repa ko!" Ujar Aji sambil mengusap bahu Nami.
"Sabar Mi sabar." Aji berkata dengan dramatis.
"Kantin yuk. Dramamu lanjut kantin aja ya ji muah!"
"Sama abis ngeliat kelas."
***
Dengan keterlalu santaian Nami berjalan sendirian menuju kelasnya hingga bisa dibilang lamban karna ia menyeret kakinya. Satu langkah satu jam. Mampu mengundang sorot aneh teman teman sekolahnya.
Napa si anak jakarta?
Kaki dia sakit?
Lamban.
Manusia santuy disayang tuhan, gw juga sayang kok Mi!!!
Perlu gw gendong nuju kelas?
Sepanjang jalan kenangan eh.. sepanjang jalan di koridor menuju kelas baru, Nami mendapat banyak sorakan sorakan yang sangat berfaedah dari berbagai kalangan. Nami menghembuskan napas jengah.
Hati dan kaki Nami seolah enggan menuju kelas XI IPA 1 diujung koridor.
KENAPA HARUS IPA SATU?!
Ingin rasanya Nami protes. Ia malu jika harus diletakan di lokal yang katanya banyak orang pintar. Kelas itu dihuni oleh manusia kutu buku. WHAT THE..!!
Nami suka membaca, tapi.. ga seekstrim anak anak IPA 1.
Kata Reva, "kasian bat dah yang sekarang berada dikelas bak kuburan."
"Baca buku sekodi! Sehari""Hah? Kok kuburan?" Nami bertanya sembari mengernyitkan dahi. Pertanda bingung. Tunggu! Sekodi.. sehari?!
"Hening. Sepi. Tiada satu suara pun menggema. Sesak. Buku. Pelajaran. Uuh sungguh menyebalkan." Aji berkata ups salah.. Aji menjelaskan jawaban Nami dengan membacakan sebuah puisi yang entah dari mana beliau dapatkan.
"Judul puisinya seperti doi. Terinspirasi dari kelas IPA 1." Tanpa diminta Aji sudah menjelaskan. Sungguh teman yang pengertian.
Namun sepertinya ada yang salah..
Hening.
Mereka tak dapat berkata kata.
Semua terbungkam oleh penjelasan dari Aji yang sepertinya mendalam.
Sampai Dinda pun membuka suara.
"Kok judulnya gitu amat?"
"Kepikiran doi aja." Aji menjelaskan dengan bangga. Serentak mereka menghela napas kesal.
"Untung Dinda sabar." Ucap Dinda sembari mengelus dada.
"Tau ga mi? Si laela anak X IPA 1 itu.. kalau baca buku bisa lima buku satu hari. Itu bukan novel! Tapi buku pelajaran! Nyesss ga tuh?" Citra mengompori dengan mata yang dibesar besarkan.
Biasa aja napa itu mata?!
"Tapi tenang! Di IPA1 ada Zaki yang gantengnya bikin gemes!!!" Dilla bersorak dengan semangat 45.
Giliran tentang cowo aja cepet. Tapi..
"Siapa tu?" Nami bertanya dengan polosnya.
"KAMU GA TAU?!" Serentak mereka bersorak tanpa tau malu di kantin.
Nami menggeleng dengan polos.
Dan.. disini lah Nami sekarang. Di depan pintu kelas XI IPA 1 yang sudah diisi oleh beberapa murid yang sedang.. membaca buku.
Helloww.. baru hari pertama, langsung ngegas ae!
Ngegas belajar maksudnya.
Nami mengembuskan napasnya pelan.
"Semoga aku yang dikelilingi manusia pintar mampu kelularan kepintaran yang hqq kaya mereka. Aamiin."
Lalu Nami melangkahkan kaki nya memasuki ruang kelas dengan membaca basmallah.
Bismillah.
Tiba tiba..
Bugh!
Bahu Nami ditabrak seorang.. cowok!
"Aww."
"Sorry."
'Jalan tuh pakai kaki! Ngeliat itu pakai mata!!' Gerutu Nami dalam hati. Lalu Nami menggeleng. Takut ucapan itu yang tersampaikan.
"Eh iya gapapa."
Baru aja baca bismillah!
***
Haiii!!
Terimakasih sudah membaca cerita karya Amikanda yang berjudul Nami ini.
Semoga kalian suka dan selalu nungguin lanjutan dari cerita ini. Hehe maapkan ye kalau kurang bagus. Baru belajarr kak.. maklumi hehehe.
Selamat liburan.. gimana nilai? Aman?:vTinggalin jejak ya kak! Jangan main mampir lalu pergi aja kek doi:v ups
Kritik dan saran sangat dibutuhkan.Follow ig ku yay @amandaanamii
Salam manis dari
tecamut amikanda

KAMU SEDANG MEMBACA
Nami✔
Fiksi RemajaInti cerita ini adalah tentang Nami. Tentang perjalanan menemukan jati diri. Tentang melody menemukan impian hati. Nami si gadis baik hati, egois, labil, dan penyayang. Bersama sahabatnya akan menyajikan sebuah pertunjukan hebat yang diciptakan seme...