"Thomas"
Mentari sudah mulai malu malu menyapa bumi, menampakan diri pada manusia yang sudah terbangun dari mimpi-mimpi malam mereka.
Jam 6.03
Nami, gadis itu telah selesai mandi dan berpakaian rapi, yang terlihat indah.
"Lima belas menit aku tunggu, telat jangan nemuin aku satu hari ini" Nami berbicara lewat telepon yang baru saja di angkat oleh orang di seberang sana dengan cepat tanpa sempat orang di seberang sana setidaknya menyampaikan kata 'halo'.
"Tapi ini masih jam en--"
"Tuttt" Nami mematikan sambungan telepon itu dan memasukan handphone nya ke dalam tas kecil berwarna pink yang kini ia pakai. Ia membuka pintu kamar, langsung turun menuju ruang tamu.Nami memang begitu, pada orang orang tertentu ia akan bertindak egois dan sesuka hatinya.
***
"Tepat waktu." Ucap Nami dingin, sembari langsung berdiri. "Jalan sekarang." Lanjutnya.
"Si-siap" Orang yang tadi sampai berlari lari ingin memencet bel rumah Nami kini tampak pucat. Ia tau kesalahannya. Dan, ia sangat menyesal."Yuk." Ucap Nami langsung berjalan keluar menuju mobil yang parkir indah di sana.
Cowok itu masuk, langsung melajukan mobil ke tempat yang biasa mereka kunjungi.
Tak ada percakapan selama di perjalanan. Mobil itu menepi di salah satu restoran cepat saji."Kita makan dulu." Nami mengangguk, mengiyakan.
"Mau pesen apa Mi?"
"Samain aja." Jawab Nami dingin.
"Mi.."
"Hmmm"
"Jangan gini, gue ga bisa." Thomas. Nama orang yang di telfon Nami tadi. Tertunduk lesu. Tak berani menatap mata Nami.
"Kenapa ga datang?" Nami langsung bertanya. Dengan mata yang menatap keluar jendela---mereka duduk di dekat jendela."Gue lupa. Ketiduran. Mi, gue serius, biasanya mana pernah absen guenya.." Thomas mencoba menjelaskan, dan langsung dipotong Nami.
"Ga pergi sama Siska?" Thomas kaget. Dari mana Nami tau? Batinnya."I-it-itu salah satu alasan gue lupa mi."
"Good. Sahabat pulang, tampil, kamu malah asik pacaran. Pacar sekarang lebih penting?"
"Mi, you know lah. Gue sayaanggg Siska banget, kalau dia cemburu, saat gue lebih milih lo dari pada dia, gue takut dia minta putus." Thomas menjelaskan dengan keringat yang menetes. Mungkin ia terlalu takut.Nami tak menjawab. Makanan datang beberapa saat kemudia. Tak ada percakapan. Sampai mereka menuju mobil.
"Pulang." Ucap Nami.
"Ga jadi ke--"
"Pulang!" Potong Nami tegas.
"Oke." Hening tak ada percakapan hingga Nami turun dari mobil, berlari ke dalam rumahnya.Gue jahat Batin Thomas. Dan ia pergi melihat punggung Nami hilang di sebalik pintu.
***
-maap pendek-
Salam Tecamut-amikanda-
KAMU SEDANG MEMBACA
Nami✔
Teen FictionInti cerita ini adalah tentang Nami. Tentang perjalanan menemukan jati diri. Tentang melody menemukan impian hati. Nami si gadis baik hati, egois, labil, dan penyayang. Bersama sahabatnya akan menyajikan sebuah pertunjukan hebat yang diciptakan seme...