Kalau ada typo kasi tau ya:)
________
Semua ada waktunya. Kapan kita bahagia. Kapan kita terluka. Kapan kita gagal. Kapan kita berhasil. Kapan kita dibutuhkan. Kapan kita dilupakan.
***
Nami sendirian menatap sendu wajah sahabatnya yang lelap dalam tidurnya. Damai dalam tutup matanya.
"Kangen bawelnya kamu Ra." Lirih Nami sambil memegang lembut tangan Lara.
"Kok aku dikacangin sih dari tadi."
"Aku pengen cerita."
"Di Padang, aku ketemu enam manusia aneh yang nyaris mirip kamu ya walau ga terlalu sih, tapi lumayan aneh lah kaya kamu hahaha."
"Seru sama mereka."
"Sama kalian juga seru. Serunya itu beda beda. Kalau bagi aku, mereka semua itu tempat aku becanda dan main main. Kalian juga plusnya jadi tempat curhat aku."
"Bukan aku yang ga mau cerita ama mereka. Mereka belum sepenuhnya aku percaya. Tapi kayanya setahun ini makin bikin kami deket karna selalu bersama."
Nami menarik napasnya panjang.
Besok ia harus kembali ke Padang. Pasti banyak yang terngiang, mengapa harus ke Jakarta sih? Ga ada gunanya juga!
Merrka ga tau, bahwa melihat secara nyata walau menyesakan tetapi tetap membahagiakan. Dari pads dengar sekadar 'kata orang'.
"Kamu kapan bangun Ra?"
"Aku besok balik ke Padang nih, bangun gih." Nami memegang lembut tangan Lara.
Ia tak bisa lama lama disini.
Hadirnya Nami disini sekadar untuk melihat Lara dan memastikan kondisinya stabil walau dalam keadaan koma. Hanya untuk memberi semangat pada kedua orang tua Lara dan juga dengan sahabat sahabatnya yang lain.
Lama Nami berada di ruangan Lara hingga akhirnya Nami terlelap.
***
Susah payah ia berusaha membuka mata. Ia merasakan segalanya. Dekapan hangat. Ucapab orang orang yang datang melihatnya. Sedihnya semua sahabat dan keluarganya. Ia menyaksikan segalanya.
Ia berusaha untuk mengatakan 'Lara baik baik aja kok, ga ada yang sakit lagi. Kalau gini Lara jadi bisa liat kalian semua' tapi bibirnya kaku. Lisannya membisu.
Tak ada satupun kata yang tersampaikan. Hanya tersangkut ditenggorokan.
Hingga saat Nami terlelap, ia berusaha menggerakan tangannya. Berusaha membuka mata sekuat mungkin. Berusaha menghasilkan suara walau hanya sekadar satu kata.
Namun gagal.
Tubuhnya benar benar diluar kontrolnya. Kaku.
Namun saat ibu nya masuk. Dan berusaha membangunkan Nami. Ia kembali mencoba menggerakan jarinya barang sedikit saja.
Berhasil!
Ibunya tampak terkejut.
"Lara Lara!! Jarinya bergerak! Nami! Panggil dokter!"
Nami terkejut! Segera ia lari keluar dan menemui dokter.
Lara berusaha menggerakan mulutnya.
Kontrol tubuhnya kembali!
Ia tak terlalu kaku lagi. Walau semua masih sulit ia lakukan.
Menggerakan jari saja menghabiskan tenaganya.
Sang mama tersenyum dan menangis haru.
Anaknya sadar dari koma!
***
Terimakasih sudah membaca!
Tinggalkan jejak ya!
Klw salah aku terima kritik dan saran:)
Follow ig aku @amandaanamii
KAMU SEDANG MEMBACA
Nami✔
Teen FictionInti cerita ini adalah tentang Nami. Tentang perjalanan menemukan jati diri. Tentang melody menemukan impian hati. Nami si gadis baik hati, egois, labil, dan penyayang. Bersama sahabatnya akan menyajikan sebuah pertunjukan hebat yang diciptakan seme...
