(31) : Oma Sembuh

90 14 2
                                        

"Assalamualaikum, Nami pulang." Nami membuka pintu besar rumahnya dengan lembut.

"Waalaikumussallam."

"Pa, Nami ganti baju bentar abis itu kita ke rumah sakit ya." Ujar Nami pada sang ayah.

Papa Nami mengangguk sebagai jawaban.

"Papa tunggu di sini ya."

"Oke pa."

Lalu Nami berjalan setengah berlari menuju kamar nya.

Papa Nami yang tadi melihat lihat berkas di handphone seperti terkejut.

"Oiyaa! Makan dulu Mi." Teriak Papa Nami ketika baru mengingat pesan istrinya tadi. Bahwa Nami suruh makan dulu sebelum ke rumah sakit.

Nami yang sudah berada di depan kamarnya menjawab sedikit berteriak, "oke bos."

***

"Oma! Nami datangg!" Nami membuka pintu kamar dengan bersemangat.

Oma Nami yang tengah menonton televisi sedikit terkejut.

"Eh cucu oma." Ujar Oma sembari tersenyum.

Namj menceritkan hari harinya pada oma dan oma mendengarkan dengan bahagia.

Papa dan mama Nami izin sebentar untuk membeli makanan. Pizza.

Uh tau gitu ga usah makan banyak banyak Nami di rumah tadi.

Oma sepertinya sudah sehat dan terlihat lebih bersemangat.

"Oma kapan pulang?" Tanya Nami.

"Hm, mungkin nanti malam atau besok pagi say." Jawab oma.

"Yey! Eh siapa yang ngajarin oma pake say say an deh?" Nami sedikit tergelak dengan kosa kata oma yang makin mengikuti tren anak muda. Anak alay lebih tepatnya?

"Netijen +62." Jawab Oma mantap.

Lalu mereka berdua tertawa.

Tiba tiba pintu di buka. Ternyata Papa, Mama, dan Abang Nami.

"Yey pizza datang." Seru Nami.

Sepertinya Nami melupakan makan besarnya di rumah tadi.

"Bentar lagi gendut lo!" Ujar Dev.

"Yaallah jauhkan lah hamba dari orang yang dengki apabila ia dengki yaallah."

Oma tidak memakan pizza.

Oma memakan buah buahan yang juga di beli oleh orang tua Nami.

"Oma mau pizza juga." Rengek oma.

"No no! Oma ntar sakit lagi." Jawab Nami.

"Sad girl ya Oma. Ambyar hati oma tu"

Semua mata di ruangan seketika tertuju pada oma.

"Apa?" Tanya oma polos.

"Siapa yang ngajarin sad girlan gitu? Sama ambyar?" Tanya Nami masih syok. Bahkan mama dan papa Nami tidak dapat menelan pizzanya.

"Sobat ambyar." Dev tergelak.

"Oma makin gaul." Papa Nami berdecak kagum. "Kalah kita."

"Hahaha, ga tau usia, lucu ya oma." Balas Mama Nami masih tertawa dan berusaha mengontrol.

"Oma emang se uwu itu."

Nami tersedak.

"Siapa yang ngajarin oma?!" Nami bertanya dengan ke syokan yang hqq.

"Netijen +62."

Please deh.

***

"Gimana kalau jumat besok kita ke Bukit Tinggi?" Oma akhirnya boleh pulang pagi harinya.

Dan sekrang waktunya makan malam.

Oma mengatakan itu di sela kunyahnya.

"Mumpung kamu masih di sini nak." Lanjut oma sembari melirik papa Nami.

"Hm, Nami gak sekolah? Dev? Papa oke oke aja." Jawab Papa Nami.

"Jumat, sabtu, sampai minggu aku libur. Ga tau abang. Jumat guru rapat, sabtu emang tanggal merah dan minggu libur." Nami menjelaskan dengan senyum.

"Aku mah gampang." Jawab Dev.

"Yeyyyy kita jalan jalan!!!!!!!!!"

***

Terimakasih sudah membacaaaa!!!
Jangan lupa tinggalkan jejak! Kritik dan saran sangat di butuhkan huahaha.

Maaf pendek.

Tungguin part selanjutnya besok yaaa isnyaallah!!!!!!

Siap siap bakal tamat di chapter 40 huahah.

Akhirnya bentar lagi tamat cerita ku yang super gaje ini.

Oiya bagi yang belum baca cerita aku yang judulnya ~> "CLOP IX.1"
Yuk mampir!!

Ga nyesel deh insyaallah.

Oiya "fake" bakal aku up kalo udah 5k ya pembaca disini.

"fake" itu sad girl banget serius. Ga penasaran nih? Wkwk.

Oke tungguin Nami dan keluarga yang bakal jalan jalan yaaa!

^salam tecamut-amikanda^

Ig: @amandaanamii

Nami✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang