Aku akan melakukan berbagai cara agar kita terus bersama. Namun, jika tuhan yang meminta untuk kita berpisah, aku hanya bisa pasrah.
***
Saat baru membuka mata setelah tidur yang panjang, Nami di suguhi pemandangan Papa nya yang sedang membuka gorden kamarnya.
Nami mengerjabkan mata. Mengusap matanya.
Masih mimpi ya?
Ucap Nami dalam hati.
Papanya yang tau sang putri sudah bangun, memilih mendekat dan duduk di tepi ranjang. Mengelus pelan kepala Nami.
"Kok Papa ada di sini?" Tanya Nami dengan suara yang serak khas orang baru bangun tidur. Ia masih mengerjabkan matanya. Penglihatannya masih sedikit rabun.
"Oma masuk rumah sakit." Jawab Papa Nami. Nami hanya ber 'oh' ria.
Eh tunggu!
Apa kata Papanya tadi?!
Oma?! Rumah sakit?!
Seketika mata Nami membulat sempurna.
"OMA KENAPA PA?!" Tanya Nami tidak santai pada Ayahnya ini.
Papa Nami menarik napas panjang dan mengembuskannya.
"Sebaiknya kamu mandi, beres beres, kita pergi ke rumah sakit. Papa keluar dulu." Ucap Papanya sembari tersenyum.
Tanpa di suruh dua kali, Nami langsung mengunci pintu kamarnya dan membersihkan tempat tidurnya.
Ia menyiapkan baju yang akan ia kenakan di atas tempat tidur lalu ia masuk ke kamar mandi.
Nami sangat cemas.
Ada apa dengan oma?!
Apa oma baik baik saja?!
Bagaimana keadaannya?!
Sejak kapan oma masuk rumah sakit?!
Kenapa oma harus ngerasain sakit lagi?!
Banyak pertanyaan lalu lalang di kepala Nami. Nami menggeleng dan berusaha mengenyahkan beberapa pertanyaan dan pikiran negatifnya yang dengan kurang ajarnya masih berlarian dipikirannya.
Nami menghidupkan sower kamar mandinya. Ia biarkan dirinya diguyur air dingin dari atas sana.
Tenang. Oma pasti baik baik aja.
Ucap Nami pada dirinya sendiri agar bisa baik baik saja.
***
Dengan langkah yang tergesa Nami menuju ruangan Oma. Nami membuka pintunya dengan sedikit keras dan terburu buru.
"Oma kenapa?!" Tanya dia langsung pada Oma yang tengah menonton televisi sembari tidur.
Omanya tersenyum.
"Oma gak papa kok sayang, liatkan oma masig bisa senyum manis gini?" Kata oma sembari mengelus tangan Nami, memberikan keyakinan pada cucunya ini bahwa ia baik baik saja.
Abang Nami duduk di pojok kamar.
"Lu sih main pergi aja ke Jakarta." Ujar abangnya.
Nami tertunduk. Ia merasa bersalah dan sedikit malu.
Oma melihat air muka Nami yang tampak sedih dan murung.
"Udah ah gak apa apa, lagian kamu kan dah minta izin sama oma. Ini emang penyakit di kasih Allah, lagian kemaren kan emang jadwal oma cek ke dokter, eh si dokter nyuruh oma nginep sini." Ujar oma sambil terkekeh.
Nami tersenyum dan memeluk omanya.
"Maafin Nami ya Oma." Katanya dengan sungguh sumgguh.
"Iya gak apa apa, kalau kata anak jama now mah santuy." Ucap sang Oma membuat Papa, Mama, Abang, serta Nami tergelak.
"Gawul Oma gw." Kata abang Nami sembari terkekeh.
"Ini Oma aku." Nami menjulurkan lidahnya pada abangnya.
"Berdua dong!"
"No! Ini Oma aku!"
"Yaudah itu ortu gw."
"Itu ortu aku!"
"Cewek menang! Cewek menang!"
Nami tertawa juga sang oma, Papa, dan Mamanya.
Oma tersenyum haru.
"Kalau Oma gak ada kalian harus kompak terus ya." Ujar Oma tiba tiba.
Sontak semua tawa terhenti dan mata beralih menatap Oma.
Mama Nami punya prasaan tidak enak. Ia berusaha susah payah melupakannya. Namun karna Oma mengatakan itu, mau tidak mau pikiran itu melintas lagi.
"Hush Oma ngomong apaan sih? Kita kan selalu bersama selamanya."
***
Long time no see!
Don't forget to vote and coment gaes;)
Aku benar benar butuh kritikan dan saran dari kalian.
Lafyuuuu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Nami✔
Teen FictionInti cerita ini adalah tentang Nami. Tentang perjalanan menemukan jati diri. Tentang melody menemukan impian hati. Nami si gadis baik hati, egois, labil, dan penyayang. Bersama sahabatnya akan menyajikan sebuah pertunjukan hebat yang diciptakan seme...