PART 18

4.3K 261 43
                                    

Happy Reading...

Devan masih sibuk dengan masakannya hari sudah pagi. Dengan santai Devan memasak bahan yang ada ditangnnya setelah selesai Dia merapihkan makanannya dimeja makan, Dia kembali kedapur karena ada satu hidangan lagi yang belum Dia selesaikan. Devan kembali kemeja makan keluarganya sudah memenuhi bangku meja makan, tiba-tiba langkah Devan terhenti.

BRUK....

PRANG......

   Devan terjatuh membuat makanan yang dibawanya tumpah mengotori lantai. Devan mencoba berdiri tapi nihil kakinya sulit digerakan membuat cairan bening dimata Devan keluar begitu saja.

Dengan kepala menunduk Devan mengusap kasar air matanya. Wiliam mentap nyalang kearah putranya saat akan menghampiri Devan terhenti ketika putra sulungnya menghampiri Devan...

"Dev"Panggil Revin memegang bahu Adiknya..

"Hmm"Guman Devan yang menatap kosong kakinya yang masih enggan untuk bergerak..

"Bangun"Ucap Wiliam dingin. Devan mendongakan kepalanya menatap sang.Ayah sendu, Devan mencoba berdiri tapi nihil Dia tidak bisa. Kakinya terasa kaku, Revin mengalihkan pandangannya kearah lain dia tak tega melihat Adiknya kesusahan akibat rasa sakitnya..

"Please gerak"Batin Devan lirih

"Kakak bantu kekamar ya"Ucap Revin khawatir

"Ayo makan Revin"Ucap Wiliam membuat mereka menoleh kearah sang kepala keluarga..

"Yah"Protes Revin

"REVIN"Ucap Wiliam tegas

"Aku gak pa-pa. Abang makan aja"Ucap Devan lirih. Dia menyeret kakinya meninggalkan ruang makan, Nando yang melihat Abangnya seperti itu menangis dalam diam dirinya tak bisa berbuat banyak untuk menolong Abangnya tak seperti Devan.

Walaupun sikapnya dingin Devan akan selalu ada disaat Nando membutuhkan pertolongan. Hati Devi terasa tercabik melihat penderitaan putranya lagi-lagi egonya mengalahkan rasa yang hinggap dihatinya..

Devan menyeret kedua kakinya saat tiba didapur Devan menyenderkan punggungnya kepintu kulkas. Devan menghembuskan napasnya pelan, sakit rasanya saat tidak ada yang mempedulikannya air mata yang sedari tadi Ia tahan keluar membasahi pipi putihnya Dia menangis pilu tidak ada yang datang untuk menenangkannya..

"Mas"Panggil mang.Asep. Devan menghapus air matanya dan menoleh kearah mang.Asep

"Mamang bantu kekamar ya"Ucap mang.Asep"Ayo naik"Lanjut mang.Asep memberikan punggungnya ke Devan agar Devan menaiki punggungnya..

"Nanti mamang keberatan Dev gak pa-pa kok"Ucap Devan pelan

"Kamu lupa. Dari kecil kamu selalu Mamang gendong"Ucap mang.Asep, Devan terdiam mengingat hal itu dan mengangguk memberi jawaban kepada mang.Asep

"Ayo naik Mas. Mamang kuat ko"Ucap mang.Asep. Dengan pelan Devan menaiki punggung mang.Asep.

Dirasa Devan sudah nyaman mang.Asep berjalan dengan Devan berada dipunggungnya.Mang.Asep termenung berat badan Devan yang ringan, Ia tahu beberapa bulan ini tuan mudanya terlihat kurus berbeda dengan tahun lalu tubuhnya sangat bagus.

Dengan tubuh tinggi tegap membuat siapa pun iri melihatnya. Saat tiba dikamar Devan Mang.Asep menurunkan Devan dengan hati-hati dan menyelumuti tubuh Devan...

"Mamang ke depan ya. Nanti kesini lagi kalau Tuan sudah berangkat"Ucap mang.Asep mengusap surai Devan

"Iya Mang"Jawab Devan pelan. Mang.Asep tersenyum dan langsung pergi dari kamar Devan..

DEVANO [REVISI ULANG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang