Bab 2 - Berdua Mommy

860 93 10
                                    

Dua tahun setelah wafatnya Sang Kepala Keluarga, Wonwoo dan Yoongi masih belum benar-benar kembali seperti semula. Meskipun begitu, akhirnya mereka sadar bahwa mereka harus bangkit dan tidak berlarut-larut dalam kesedihan.

"Mom, nanti pulang kuliah Ugi jalan-jalan sama anak-anak ya," ucap Yoongi sambil mencuci piring setelah sarapan.

"Pada mau ke mana?"

"Nggak tau juga. Seungkwan bilang pingin nongkrong."

"Oke. Asal jangan kemaleman ya, Nak."

"Makasih, Mom. Ugi berangkat dulu ya." Yoongi mencium pipi Sang Ibu yang memberinya pesan untuk berhati-hati.

Ia berjalan ke arah motor yang terparkir rapi di garasi. Persis di samping mobil almarhum ayahnya yang tak pernah jalan lagi sejak kejadian itu. Seperti biasa, Yoongi akan menyentuh bagian belakang mobil hitam ayahnya, menghela nafas, menghidupkan motor, lalu berangkat.




"Jim, kayak biasa. Kalo Mommy nelpon, bilangin aku lagi sama kalian ya."

Jimin menatap Yoongi. "Bang, aku nggak tega bohongin Mommy terus."

"Maaf ya, Jim. Kali ini aja."

"Minggu lalu juga Abang bilang gitu. Kenapa sih nggak bilang aja sama Mommy kalo Abang kerja?"

"Mommy pasti nggak akan setuju, Jim."

"Kalo dah tau gitu, kenapa Abang masih milih kerja? Apa jangan-jangan uang dari Daddy dah Abang abisin?"

"Heh! Sembarangan." Yoongi menyentil kening Jimin pelan. "Aku nggak mau nyentuh uang dari Daddy, Jim. Aku nggak berhak sepeserpun," ujarnya sedih.

"Kenapa, Bang?"

Yoongi membisu, seperti yang selalu dilakukannya ketika pertanyaan ini muncul dari Jimin, Seungkwan, atau Jihoon.

"Adalah pokoknya, Jim. Kamu mending nggak tau tentang ini."

Jimin menghela nafas kasar saat dirinya menatap punggung Yoongi yang menjauh.



"Ada lagi, Kak?" Yoongi bertanya ramah kepada perempuan yang berdiri di depan meja kasirnya.

"Itu aja. Nggak usah diplastik ya."

"Oke, Kak. Jadinya Rp 13.700, ada potongan Rp 1.500 jadi Rp 12.200."

Yoongi menerima uang dan memberi kembalian dengan senyum yang tak pernah luntur walaupun kakinya pegal bukan main. Ia mengambil botol air minum di bawah meja kasir dan menyesapnya sedikit sebelum tersenyum lagi melihat dua bungkus es krim yang diletakkan di meja kasir.

"Sudah, Kak? Ada lagi?"

"Sudah," jawab suara berat yang dingin di telinga Yoongi.

"Mau plastik?"

"Nggak."

"Jadinya Rp 9.600, Kak."

Laki-laki di hadapannya menyodorkan selembar uang berwarna biru.

"Ada yang kecil, Kak?"

"Nggak. Kembaliannya buat kamu aja."

"Nggak usah, Kak. Makasih. Tunggu sebentar ya." Yoongi membuka laci kasir lain di sampingnya untuk mencari pecahan uang kecil namun ketika ia berbalik, pelanggan dengan suara berat itu sudah menghilang. Yang terlihat hanya sebungkus es krim dan robekan kertas kecil.

Cerita Kami - Buku Satu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang