Bab 3 - Cerita Ibu dan Anak (Bagian Satu)

749 88 4
                                    

Pagi itu Yoongi bangun dengan rasa lelah. Namun, yang lebih mengganggu adalah sebuah ganjalan di hatinya. Rasa tidak yakin apakah ia memiliki kekuatan untuk menatap ibunya. Rasa cemas yang menggerogoti perasaannya pelan namun pasti.

Lelaki 21 tahun itu pun meminum air di botol di atas nakas lalu bangkit menuju kamar mandi dalam mode auto pilot karena kebiasaannya selalu begitu. Tak sampai seperempat jam, ia sudah berpakaian rapi dan menenteng tas punggungnya menuruni tangga.

"Pagi, Mom," sapa Yoongi tenang walaupun jantungnya berderap tak tentu.

"Pagi, Gi. Bisa tidur jam berapa semalem?"

"Nggak tau. Kayaknya jam 3an. Mommy gimana tidurnya?"

"Lumayan," sahut Wonwoo, "Lumayan nggak enak," sambungnya menampilkan cengiran.

"Maaf ya, Mom, Ugi ngerahasiain ini dari Mommy," ucap Yoongi sambil menunduk namun mengangkat kepalanya kembali saat merasa jemarinya digenggam Sang Ibunda.

"Maaf ya kalo semalem Mommy marah. Mommy sedih sebenernya karena harus tahu dari orang lain, nggak dari Ugi langsung."

Jeda sesaat.

"Mommy nggak akan maksa Ugi cerita tapi kalo Ugi pingin cerita, Mommy ada buat Ugi kapan aja. Oke, Sayang?"

Yoongi ragu selama sekian detika sebelum berdiri dan memberi pelukan erat serta tangis yang teredam bahu ibunya.

"Ugi akan cerita tapi nggak sekarang ya."

"Iya, nggak apa-apa. Mommy akan coba ngerti ya."

"Makasih ya, Mom."

"Sama-sama, Ugi. Dah, ayo siap-siap. Mommy anter ke kampus."

"Tetep dihukum ya?"

"Iya dong. Enak aja kamu!"



"Mohon maaf, Pak. Saya nggak bisa masuk seminggu karena dihukum ibu saya," Yoongi menelepon kepala toko tempatnya bekerja.

"Iya, Pak, saya mengerti resikonya. Kalau posisinya masih kosong minggu depan, saya akan coba melamar lagi."

....

"Baik, Pak. Terima kasih atas pengertiannya." Panggilan diakhiri dan dilanjutkan helaan nafas.

"Kenapa, Bang? Sepet amat." Yup! Ini Seungkwan yang kalau bicara tidak ada lapisan saringannya.

"Gapapa. Eh, kok kamu dah di sini? Bukannya ada dosen tamu katanya?"

"Diundur. Dokter yang jadi dosen tamu tiba-tiba ada operasi mendadak," jelas Seungkwan yang mahasiswa kedokteran. "Bang Jim sama Jihoon belum nongol nih?"

"Belum. Paling bentar lagi."

"Eh, Bang, napa kemaren Mommy nelpon nyokap aku? Pake video call lagi. Aku habis mandi tiba-tiba nyokap masuk kamar."

"Gapapa. Nggak ada yang penting kok."

"Yakin, Bang? Kok kayaknya nggak gitu deh."

"Udah ah. Ngobrolin yang lain aja. Pa kabar tuh Si Duda? Masih benci sama dia?"

"Halah! Nggak usah dibahas deh dosen satu itu. Bikin mood ilang tau nggak, Bang!"

"Ya udah. Kalo gi-"

"Tadi pagi kelas pertama kelasnya Si Duda. Nyebelin kan? Pagi-pagi dah ketemu dia. Mana tiba-tiba ngasih kuis. Segala macem dia tanyain bla bla bla..." Seungkwan tak berhenti bicara.

Cerita Kami - Buku Satu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang