Bab 11 - Gundah Gulana

628 78 2
                                    

Sepanjang perjalanan pulang ke apartemennya, otak Taehyung tak mau berhenti berpikir. Pertanyaan-pertanyaan yang semuanya diawali dengan "Bagaimana kalau" melayang-layang di dalam kepalanya. Tanpa sadar, ia menghela nafas berkali-kali yang tak luput dari pantauan sopir pribadi Tuan Kim.

"Anda tidak apa-apa, Dokter?"

"Ya? Oh, tidak apa-apa. Terima kasih."

Sang Sopir mengangguk singkat lalu melanjutkan perjalanan tanpa ada yang berbicara lagi.

Saat Taehyung akhirnya menginjakkan kaki di dalam apartemennya, ia merasa sendiri. Kesepian yang tiba-tiba hinggap sangat mengganggunya. Padahal selama lebih dari 15 tahun terakhir, ia hidup tanpa orang lain di sisinya. Mengapa sekarang harus berubah?



Di sisi lain, 45 menit dari apartemen Taehyung, seorang lelaki pucat berumur 21 tahun sedang merenung memikirkan tindakannya beberapa jam sebelumnya. Ia merasa ciuman singkatnya di pipi Sang Dokter bukanlah hal yang pantas. Ia takut Dr.Kim akan berpikiran buruk padanya.

"Aku akan minta maaf kalau ketemu lagi."



Seminggu berlalu sejak pertemuan terakhir keduanya. Sehari setelah insiden ciuman di pipi itu, Yoongi meninggalkan kediaman Tuan Kim dengan Sang Ibu yang telah memberi tahu para sahabat Yoongi serta orang tua mereka masing-masing bahwa Yoongi telah ditemukan dalam keadaan selamat dan juga agar polisi yang dikerahkan Park Chanyeol berhenti melakukan pencarian.

Tuan Kim mencoba menahan mereka sebab tak ingin kehilangan keluarganya namun Yoongi berhasil mengalahkan argumennya dan berjanji akan sering menginap di rumah ayah kandungnya tersebut.

"Abang mikiran apa?" tanya Jimin saat keempat sahabat itu makan siang di kantin fakultas Yoongi.

"Nggak ada," jawab Yoongi singkat.

"Bang, sejak Abang balik, kok kayaknya jadi lebih pendiem? Waktu itu, Abang nggak diapa-apain, kan?"

"Nggak kok. Di sana nggak ada yang nyakitin aku."

"Tapi kata Mommy, sempet ada dokter yang meriksa Abang," timpal Jihoon.

"Aku sempet stres karena mikirin Mommy. Aku nggak pernah jauh dari Mommy lebih dari sehari. Gara-gara itu, nggak mau makan. Jadi, mereka harus manggil dokter."

"Ganteng nggak dokternya, Bang?" Seungkwan angkat suara yang membuahkan satu toyoran di kepalanya dari Jimin. "Apa sih, Bang Jim?"

"Suka nggak liat sikon nih anak satu kalo ngebuka mulut. Malah nanyain ganteng apa nggak!"

Yoongi tertawa melihat kelakuan dua adiknya. Sudah lama rasanya ia tak tertawa seperti ini.

"Ganteng, Kwan. Ganteng banget," jawabnya. Dan, pikirannya pun melayang pada sosok dokter muda super tampan bernama Kim Taehyung. Yoongi penasaran apakah lelaki itu memikirkannya seperti ia memikirkan Sang Dokter.





"Ugi, Mommy berangkat dulu ya." Wonwoo memberi tahu anaknya sebelum meninggalkannya pada hari Sabtu yang cerah itu. Ia meninggalkan banyak pekerjaan saat Yoongi belum ditemukan dan sekarang ia harus mengejar keterlambatan yang ia ciptakan meskipun artinya menghabiskan akhir minggu di kantor.

"Hati-hati ya, Mom," balas Yoongi memberi kecupan sayang di pipi Wonwoo.

Saat suara mobil meninggalkan garasi terdengar, Yoongi menutup pintu dan duduk di depan televisi dengan rencananya menonton film sepanjang hari. Namun, tak ada satupun tayangan yang memuaskan baginya.

"Yang kayak gitu dibilang ganteng! Ganteng tu yang kayak Si Bapak." Ia mengomentari pemeran film yang ia tonton. "Halah, belum diapa-apain dah takut duluan. Preman gitu dilawan bukan ditangisin. Si Bapak aja nggak nangis pas diancem bapak gue!"

Cerita Kami - Buku Satu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang