Yoongi menunggu di rumah sakit selama Taehyung menemui beberapa pasien. Ia sudah berkenalan dengan Jennie, sepupu Taehyung yang sempat ia kira kekasihnya, dan beberapa perawat lain. Mereka semua mengatakan hal yang serupa setelah berbicara dengan Yoongi.
"Wah, pilihan Dr.Kim luar biasa!"
Taehyung meninggalkan ruang prakteknya sekitar pukul 18.45 dan berjalan ke arah café di dekat lobi. Sebelumnya ia menerima pesan singkat dari Yoongi yang mengatakan bahwa ia menunggu Taehyung di sana.
Café yang ia tuju terlihat jelas setelah ia melangkah ke luar dari lift. Ia bahkan dapat melihat Yoongi langsung dari sana. Lelaki yang lebih muda itu sedang sibuk menulis sesuatu di selembar kertas dan Taehyung melihat bahwa ia tidak tidak sedang menulis melainkan membuat sketsa.
"Kamu berbakat," ujarnya memecah suasana.
"Oh, Bapak sudah di sini rupanya. Udah lama?"
"Tidak, baru saja. Itu sketsa apa?"
"Ini cuma sketsa orang-orang yang tadi saya temui pas lagi nunggu Bapak. Iseng aja buatnya."
"Maaf ya, kamu pasti bosan menungguku."
"Nggak kok, Pak. Tadi ngobrol sama suster-suster yang di lantai Bapak terus baru ke sini. Gimana tadi prakteknya?"
"Lancar tetapi tidak sabar ingin segera selesai supaya bisa bertemu kamu."
"Petrus jakandor, Pak!"
"Apa itu?"
"Itu PR buat Bapak. Oh ya, mau minum dulu?"
"Tadi sudah minum kopi di atas. Kamu sudah selesai?"
"Sudah, Pak. Mau ke mana sekarang?"
"Makan."
Taehyung membawa Yoongi ke apartemennya. Ia ingin menunjukkan kelihaian memasaknya pada lelaki yang ia cintai itu.
"Woooowwww...nggak nyangka ternyata dokter lempeng ini bisa masak!"
"Kamu memuji atau menghina sebenarnya?" Taehyung mendengus.
"Muji dong, Pak. Bapak belajar masak di mana?"
"Di mana-mana. Sudah lama aku hidup sendiri jadi harus bisa masak kalau tidak mau kelaparan."
Yoongi tersenyum memahami penjelasan Taehyung.
"Bapak mandiri banget, aku manja setengah mati. Bapak biasa bersikap dewasa tapi aku terbiasa maksa. Kok Bapak bisa suka sama aku?"
Taehyung meraih tangan Yoongi dan mengecupnya. Ia merapikan beberapa helai poni yang hampir menutupi mata Yoongi.
"Mungkin karena kita beda. Aku tidak mungkin jatuh cinta pada seseorang yang bersifat sama denganku. Aku membosankan. Kamu penuh semangat dan keceriaan. Kamu membuat hidupku tidak membosankan lagi."
Yoongi terpana. Tidak hanya karena ketampanan pria matang di hadapannya namun juga dengan kata-katanya.
"Saya beruntung dipilih oleh Bapak."
"Kita sama-sama beruntung, Sayang." Taehyung menempelkan telapak tangannya di pipi kiri Yoongi dan memberi senyumannya "Ayo, makan."
Yoongi membalas senyumannya.
"Ayo."
Taehyung menyesap minumannya sambil mendengarkan Yoongi bercerita tentang sahabat-sahabatnya sambil menata piring yang sudah ia cuci.
"Nah, yang ketemu kita di cafe waktu itu namanya Park Jihoon. Dia yang paling kecil dan paling polos."
"Kamu tidak polos memangnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Kami - Buku Satu
FanficCerita tentang Min Yoongi, Park Jimin, Seungkwan, dan Park Jihoon. Empat sahabat yang mencoba menjalani hidup, mencari jati diri, dan menemukan cinta (sejati - mungkin) mereka. Buku Satu menceritakan tentang Min Yoongi, seorang pemuda yang dilahir...