Jeon Wonwoo tak pernah menyangka bahwa ia akan berdiri bersebelahan dengan Kim Jaewook tanpa rasa sakit hati atau benci. Namun, takdirnya memang tertulis demikian. Di sinilah mereka berdua, menatap putra mereka satu-satunya yang sedang mengucapkan janji pernikahan dengan lelaki yang dicintainya.
Wonwoo terisak pelan saat Yoongi dan Taehyung resmi menjadi pasangan legal di mata agama dan hukum. Sebuah tangan hangat menepuk pelan tangan kurusnya.
"Kenapa menangis? Seharusnya kamu bahagia melihat Ugi kita bahagia, Wonnie-ah."
"Aku bahagia dan sedih di saat yang sama. Bahagia karena Ugi menemukan pria yang baik tapi sedih karena mulai sekarang mungkin aku tidak dibutuhkan lagi."
"Kata siapa? Ugi akan selalu membutuhkanmu. Kamu ibu kandungnya dan hubungan kalian sangat baik sejak dulu. Tidak akan mungkin terputus begitu saja."
Wonwoo mengangguk dan berharap perkataan Kim Jaewook menjadi kenyataan.
"Kenapa memanggilku ke sini?" Wonwoo bertanya saat mendudukkan diri di samping Kim Jaewook. Mereka berada di ruang makan hotel tempat pernikahan putranya dan memandang laut kelam malam hari dari jendela kaca di hadapan mereka.
"Mau?" Kim Jaewook mengangkat botol anggur merah sebagai tawaran yang diterima oleh Wonwoo. "Putra kita sudah menikah dan ia akan pindah ke tempat suaminya. Kamu sendiri di rumahmu dan aku sendiri di rumahku. Kalau kamu mau, hiduplah denganku supaya kita tidak sama-sama sendiri."
Inilah Kim Jaewook yang Wonwoo kenal. Langsung mengatakan keinginannya tanpa basa-basi.
"Harus?"
"Tadinya aku mau bilang begitu tapi kamu pasti lari menjauh kalau aku begitu, kan?" Ia tersenyum dan menggeleng. "Tidak ada kewajiban menyetujuinya. Ini hanya tawaran meskipun aku harap kamu akan setuju."
"Aku perlu memikirkannya dulu."
"Tentu saja, aku bisa mengerti. Mungkin aku yang bingung kalau kamu langsung menerimanya." Kim Jaewook menyesap anggur merahnya lagi. Ia mengulurkan tangan untuk menyentuh punggung tangan Wonwoo. "Terima kasih, Jeon Wonwoo."
"Untuk apa?"
"Untuk mempertahankan anak kita dalam kandunganmu. Untuk mendidik dan membesarkannya dengan baik dan penuh cinta. Kamu dan ehm...almarhum suamimu melakukannya dengan baik."
Wonwoo tercenung. Ia tak mengeluarkan satu katapun dan mengalihkan pandangannya kembali ke arah kelamnya laut. Suara ombak bergemuruh sayup-sayup dapat ia dengar. Atau itu gemuruh di dalam hatinya?
Wonwoo masih belum memberi tanggapan apa-apa mengenai tawaran Kim Jaewook walaupun tiga bulan sudah berlalu. Ia juga tak memberitahukan Yoongi tentang hal itu sebab ini harus diputuskannya sendiri.
Sepulang kerja, ia memutuskan mengarahkan kendaraannya ke tempat yang biasanya ia kunjungi dua minggu sekali. Ia memarkir kendaraannya dengan rapi dan turun lalu memasuki tempat yang ia tuju dengan seikat bunga di tangannya.
Ia meletakkan bunga segar yang dibawanya dan mengarahkan tatapannya pada foto seorang pria tampa yang tersenyum menampilkan gigi putihnya. Ia ingat kapan dan di mana foto itu diambil.
"Apa yang harus kulakukan, Gyu?"
Kim Jaewook merasakan sedikit nyeri di bagian dadanya. Ia mencoba menahannya sebab ia sedang berada di sebuah pertemuan penting. Ia meminum lagi teh hangat yang disediakan untuknya dengan harapan rasa nyeri itu akan sirna.
Sayangnya, sampai pertemuan tersebut berakhir, nyeri itu tak kunjung hilang dan justru bertambah parah hingga membuatnya ambruk ke lantai.
Taehyung memeriksa mertuanya dan memiliki sebuah kecurigaan yang ia harap tidak terbukti. Namun, saat melihat foto rontgen Kim Jaewoook, ia tahu bahwa kecurigaannya benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Kami - Buku Satu
FanficCerita tentang Min Yoongi, Park Jimin, Seungkwan, dan Park Jihoon. Empat sahabat yang mencoba menjalani hidup, mencari jati diri, dan menemukan cinta (sejati - mungkin) mereka. Buku Satu menceritakan tentang Min Yoongi, seorang pemuda yang dilahir...