Pagi ini Yoongi memaksa Taehyung ke rumah sakit pagi-pagi sebab ingin memastikan Mommy-nya memakan sarapan sebelum berangkat kerja. Ia bangun pada pukul 04.00 untuk memasak sarapan dan bekal makan siang suaminya.
Mereka sampai di tempat Taehyung biasanya memarkir mobil saat jam tangan Yoongi menunjukkan pukul 06.34 pagi. "Bagus. Biasanya Mommy berangkat jam 07.30," batinnya. Tanpa babibu, mereka segera menuju ruang rawat ayah Yoongi.
"Pagi, Mom," sapa Yoongi yang melihat Sang Ibu baru saja keluar dari kamar mandi.
"Oh, pagi, Gi. Sendiri?" tanya Wonwoo saat tak melihat menantunya. Namun, tak sampai semenit Taehyung melangkah masuk dengan dua tas jinjing. "Hai, Tae. Bawa apa itu?"
"Hai, Mom. Ini sarapan sama kopi. Ugi bangun pagi-pagi buat masak." Taehyung meletakkan bawaannya di meja yang dapat digunakan untuk makan lalu berjalan ke arah mertuanya yang satu lagi. Taehyung melakukan pemeriksaan biasa dan bertanya pada Wonwoo. "Semalam Ayah bisa tidur?"
"Bisa. Tadi bangun sekitar jam 5 buat ke kamar kecil. Terus tidur lagi." Wonwoo berjalan ke arah meja dan membuka salah satu kotak makan untuk melihat masakan Yoongi. "Wah, Ugi bikin kimbap sendiri? Hebat!"
"Hehe...makasih, Mom. Sarapan dulu, Mom."
"Oke, Sayang."
Wonwoo sudah duduk di kursi kerjanya sejak setengah jam yang lalu namun kepalanya sulit diajak berfokus pada pekerjaan. Ia justru berpikir tentang dirinya dan Kim Jaewook. Ia tahu bahwa ia tak ingin Kim Jaewook sendiri dengan kondisinya. Bagaimana kalau ia sakit saat tak ada orang lain di rumah? Walaupun tidak mungkin anak buahnya meninggalkannya tanpa salah satu dari mereka tetapi kekuatiran Wonwoo terus menggerogoti pikirannya.
Ajakan Kim Jaewook untuk tinggal bersama sebenarnya dapat menjawab kekuatiran Wonwoo sebelumnya. Tetapi, apakah hidup bersamanya merupakan keputusan yang tepat?
"Hah, pusing!"
Ia bangkit dan membuat teh mint di pantry kantor. Mudah-mudahan akan membantunya menjernihkan pikiran. Ia mendengar bisikan dan isak tangis saat akan memasuki pantry. Tak mau dianggap menguping, Wonwoo berbalik badan namun langsung berhenti saat mendengar kalimat yang diucapkan seseorang di dalam sana.
"Aku nggak mau dia meninggal secepat ini, Sena. Dia masih muda tapi kemungkinan sembuhnya kecil sekali. Aku harus bagaimana? Aku nggak mau kehilangan orang yang aku cintai."
"Tenang dulu, Seolhyun-ah. Tarik nafas dan minumlah dulu supaya kau lebih baik. Oke?" Jeda sesaat. "Aku tahu perjuangan pacarmu melawan penyakitnya dari ceritamu. Aku tahu itu pasti nggak mudah tapi kamu terus berada di sisinya dalam keadaan apapun, pacarmu pasti sangat menghargainya. Kau alasan dia berjuang. Tapi, penyakitnya sudah ada sejak lama. Bahkan sebelum kalian bertemu. Aku tidak bermaksud jelek tapi mungkin saat ini yang terbaik adalah menemaninya. Kita tidak tahu berapa lama lagi ia kuat."
Deg!
Wonwoo segera melangkah kembali ke ruangannya dan meraih ponselnya.
"Halo, Mom."
"Tae, boleh Mommy tahu kondisi ayahmu sekarang?"
"Seperti yang Mommy dengar tadi malam. Sel kankernya kembali aktif karena pola makan dan gaya hidupnya kembali seperti dulu."
"Tapi, Tae, dia bisa...bisa bertahan, kan?"
"Bisa, Mom. Tapi untuk kanker, pasien harus punya keinginan kuat dan juga disiplin. Ayah perlu mengubah gaya hidupnya, pola makan juga harus dijaga, dan tidak lupa berolahraga dan minum obat."
"Tae, maaf kalau Mommy lancang. Tapi, kamu mengatakan ini tidak hanya supaya Mommy tenang, kan? Tidak ada masalah lain yang ditutupi, kan?"
"Tidak, Mom. Taehyung tidak akan berbohong hanya untuk membuat keluarga pasien tenang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Kami - Buku Satu
FanficCerita tentang Min Yoongi, Park Jimin, Seungkwan, dan Park Jihoon. Empat sahabat yang mencoba menjalani hidup, mencari jati diri, dan menemukan cinta (sejati - mungkin) mereka. Buku Satu menceritakan tentang Min Yoongi, seorang pemuda yang dilahir...