Bab 9 - Berjumpa dan Berbicara

610 75 4
                                    

"Oh? Anda ibunya?"

"Kenapa terkejut? Laki-laki juga bisa hamil."

"Tidak karena itu. Tapi, tadi malam Tuan Kim mengaku bahwa Min Yoongi adalah anak kandungnya."

Wonwoo menghela nafas. "Ya, itu benar."

"Maaf, saya kira ayah kandungnya adalah almarhum Tuan Min."

"Kau kenal suamiku?"

"Tadi saya sempat lupa tetapi kita pernah bertemu sebelumnya. Saya dokter yang mengoperasi Tuan Kim dua tahun yang lalu."

Wonwoo memperhatikan lelaki yang lebih muda itu lebih cermat. "Aku agak lupa wajah dokter waktu itu tapi kurasa memang benar. Tapi, kenapa kau bisa bertemu Kim Jaewook?"

"Dia membawa saya tiba-tiba dari rumah sakit kemarin. Mata saya ditutup dan baru dibuka setelah sampai di rumahnya."

"Kenapa dia bisa bertemu denganmu? Tidak mungkin terjadi begitu saja, kan?"

Sebagai dokter, Taehyung tidak dapat begitu saja menceritakan pasiennya kepada siapapun. Namun, ada sedikit perasaan bahwa ibu Min Yoongi dapat membantu.

"Dokter Kim," Sang Pengendara tiba-tiba memanggilnya. "Saya rasa Anda tidak berhak memberi tahu Tuan Jeon."

"Baiklah."

Wonwoo tidak menggubris peringatan untuk Taehyung barusan. Ia mencoba bertanya lagi. "Apa ada yang sakit? Pasti ada, kan? Apa Kim Jaewook yang sakit."

Taehyung tidak bereaksi, seperti biasa. Namun, Wonwoo tahu bahwa ada sesuatu dengan Kim Jaewook. Untuk apa ia bertemu dengan dokter, apalagi dokter spesialis, kalau ia sehat. Wonwoo akan mencari tahu tentang itu walaupun ia harus mengorek langsung dari mulut ayah kandung Yoongi.

Barangkali setengah jam setelahnya, mereka sampai dan turun dari mobil. Taehyung sedikit bertanya-tanya mengapa mereka tidak menutup matanya dan juga lelaki yang semobil dengannya. Mungkinkah Tuan Kim memang ingin diketahui atau hanya lengah?

Wanita paruh baya membukakan mereka pintu. Ia mengenali lelaki di samping Dr. Kim sebab foto dirinya saat berseragam SMA tersimpan rapi di dalam laci Kim Jaewook. Sosok itu pastinya sangat berarti bagi tuan mudanya.

"Silakan masuk," sambutnya ramah.

"Maaf, Bi, Yoongi di mana?"

"Di kamar atas, Tuan. Saya harap sedang memakan sarapannya. Mari saya tunjukkan."

Wonwoo berjalan di belakang Bibi Ahn dengan Taehyung yang masih berada di sisinya. Bibi Ahn membuka pintu kedua di sebelah kiri. Saat melangkah masuk, Wonwoo melihat Sang Anak yang melamun di tepi tempat tidur. Makanan yang seharusnya menjadi sarapannya teronggok di atas nakas.

"Gi," panggil Sang Ibu pelan namun Yoongi masih dalam lamunannya. Wonwoo mendekat dan menyentuh bahunya dan akhirnya Yoongi bereaksi.

"Mommy?" suaranya terdengar tak percaya. "Mommy?"

"Iya, Nak. Mommy di sini."

Wonwoo duduk dan memeluk erat buah hatinya. Yoongi mengencangkan pelukannya karena takut semuanya hanya ilusi dan Mommy-nya akan moksa.

"Mom...my di sini."

"Iya, Sayang."

Elusan lembut di punggung dan kepala Yoongi meyakinkannya bahwa ini nyata. Kehangatan pelukan Sang Ibu yang tiada duanya kembali dirasakan. Padahal, ia hampir putus asa.

"Ugi nggak apa-apa, kan?"

"Sekarang gapapa sesudah Mommy di sini."

Seseorang batuk untuk menarik perhatian mereka. Keduanya menoleh dan menatap Dr.Kim.

Cerita Kami - Buku Satu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang