"Ini kembaliannya, terimakasih" Eunwoo memberikan secarik uang kembalian kepada pembeli lalu sedikit membungkuk hormat dan tak lupa dengan senyuman ramahnya
"Kenapa kau tidak jadi model saja? Kau sangat tampan"
Memang bukan hal yang mengejutkan bagi Eunwoo jika ia mendapatkan cibiran seperti itu. Entah itu sebuah pujian atau penghinaan. Eunwoo sekarang sedang bekerja di toko baju di salah satu mall terbesar di Seoul.
"Jangan lupa kembali ya... selamat siang" Eunwoo menyapa pembeli perempuan itu dengan senyumannya yang ramah dan terbilang sangat manis itu.
Eunwoo kembali duduk di salah satu kursi didalam tempat staff. Ia memjamkan matanya lalu menarik nafasnya panjang, ia terlihat sangat stress.
"Ada apa, hm?" Seseorang menepuk bahu Eunwoo dan duduk disamping Eunwoo, sontak Eunwoo langsung membuka matanya.
"Ani. Gwaenchana" Eunwoo langsung terduduk tegak dan tersenyum miris kearah teman dekatnya itu.
"Igeo, minumlah, aku tahu kau sedang banyak fikiran"
"Gomawo" Eunwoo menerima sekaleng soda itu.
"Masalah uang lagi?" Seperti bisa membaca fikiran Eunwoo, temannya itu terlihat menatap Eunwoo sekilas lalu menengguk soda itu.
"Yah, begitu deh" Eunwoo tersenyum miris lalu membuka kaleng soda itu lalu meminumnya.
"Mau kupinjamkan uang?"
"Aniya. Jika aku pinjam uang, aku malah mendapat masalah baru karena tidak bisa mengembalikan uangnya" Eunwoo menengguk soda itu.
"Apa adikmu masih bekerja part time?"
"Iya. Mereka bilang, mereka tidak mau merepotkanku karena aku mencari uang sendirian" Eunwoo tersenyum sekilas saat membayangkan perkataan yang terdengar romatis itu keluar dari mulut adik-adik kesayangannya
"Mereka adik yang sangat pengertian, kau harus bersyukur memiliki mereka. Eomma--"
"Jangan sebut julukan itu lagi! Aku tidak mempunyai eomma dan aku yang membesarkan adik-adikku sendirian tanpa campur tangan orang lain!" Eunwoo langsung menaikkan suaranya dan menatap tajam temannya itu.
"Arra. Aku minta maaf"
"Huh... harusnya aku yang minta maaf karena membentakmu, mianhae" Eunwoo langsung menunduk setelah menyadari kesalahannya.
"Gwaenchana, aku mengerti keadaanmu"
"Gomawo, Soobin-ah" Eunwoo mengangkat kepalanya saat Soobin menepuk pelan punggungya itu.
*****
"Dasar anak piatu! Anak miskin terus punya amma narapidana lagi! Pakai santet apa bisa masuk disekolah ini?!" Teriak salah satu anak diantara siswa-siswa yang lainnya
Lisa hanya terdiam karena ia tahu posisinya di sekolah itu, ia hanya anak dari jalur beasiswa dan menurut anak di sekolah itu, anak dari jalur beasiswa adalah anak-anak rendahan dan hanya layak untuk ditindas dan di jatuhkan. Lisa hanya bisa terduduk dilantai dan menerima perlakuan dari teman sekelasnya itu yang sekarang sedang melemparkan telur dan tepung diatas kepalanya.
"Bagaimana? Masih mau bersekolah di sini? Tidak menyesal?" Salah satu siswa itu berjongkok di depan Lisa yang sudah terduduk lemas itu
"Aku bersekolah di sini demi oppaku dan aku tidak akan pernah menyesal bersekolah di sini" Lisa menjawab pertanyaan itu dengan wajah dan nada yang dingin dan datar. Sebenarnya memang itulah sikap Lisa di lingkungan luar, sangat bertolak belakang dengan Lisa saat di rumah.
"Kau harus menyesal bodoh! Karena kehadiranmu adalah suatu AIB disekolah ini! Apa kau juga AIB dikeluargamu? Sama seperti eomm--" siswa itu terkejut sampai-sampai ia tidak bisa melanjutkan kata-katanya karena Lisa langsung bangkit dan mendorongnya ke tembok. Tentunya itu membuat siswa lainnya terkejut
"Jangan bawa-bawa keluargaku! Dan jangan bawa-bawa julukan "eomma" di hadapanku! Aku terima jika kau membully dan merendahkanku! Tapi ingat! Jangan pernah membawa-bawa oppa dan eonnieku! Ingat itu SON NAEUN!" Bentakan Lisa itu sangat mengundang perhatian dari siswi lain sampai-sampai kepala sekolah datang dan menyuruh Lisa untuk ke ruangannya.
*****
"Kenapa kau memulai pertengkaran itu?" Suara kepala sekolah itu terdengar begitu berwibawa. Memang kepala sekolah di Seondal High School ini terkenal sangat berwibawa dan menyeramkan
"Saya tidak memulainya, dia yang memulainya. Dia memukul dan menendang saya, bahkan dia melempari saya dengan telur dan tepung dan yang paling parah dia menghina keluarga saya" Lisa terdengar sangat suara datar dan sang kepala sekolah melepas kacamatanya dan meletakkan tangannya di meja.
"Kau harus sadar posisimu di sekolah ini, Jung Lisa! Kau harus terima segala konsekuensinya jika kau sekolah disini dengan jalur beasiswa, pasti kau akan di bully dan kau harus menerima itu jika kau masih mau bersekolah di sini! Diamlah dan terima penderitaan dan nasibmu itu! Jangan cari masalah yang akan membahayakan posisimu di sini!" Bahkan kepala sekolah itupun membentak dan bersikap tidak adil dengan Lisa. Sungguh, memang hidup itu terasa tidak adil. Yang kaya akan dijunjung dan yang miskin akan direndahkan bahkan serendah-rendahnya
"Seharusnya anda memarahi mereka, bukan saya! Mereka yang salah dan bukan saya!" Lisa mulai membentak kepala sekolah itu karena ia merasa sangat kesal dengan perlakuan tidak adil itu.
"Kamu membentak saya?! Kamu harus sadar dimana posisimu dan dimana posisi saya dan anak-anak siswa disini! Kamu hanya orang miskin bermodalkan otak cerdas! Jadi jangan berharap lebih disini! Sekarang saya hukum kamu untuk membersihkan toilet dan gudang di sekolah ini! Tidak ada penolakan!" Kepala sekolah yang bermarga Yoo itu mulai tersulut oleh emosinya, sedangkan Lisa langsung keluar dari ruangan kepsek dan segera menuju ke gudang belakang dengan rasa kebencian dihatinya
__________________
Maaf gajelas🙏
Jangan lupa vote dan comment ya...
Follow juga...
Next? Soon💕
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY, ME? [E N D] ✔
FanficKenapa harus aku? Kenapa dari banyaknya manusia yang hidup di dunia ini, harus aku yang terus saja menderita?