6. Hard Time

7.1K 584 3
                                    

"Huh... capeknya... "

Gadis bermata hazel itu mengistirahatkan tubuhnya setelah seharian melewati banyak hal-hal yang berat. Semenjak kejadian di parkiran, Lisa memutuskan untuk berdiam diri saja, tanpa berniat untuk menceritakan kesulitannya dan memikirkan dirinya sendiri.

Tok! Tok! Tok!

"Lisa-ya... ayo, makan malam bersama. Oppa sudah menunggu di bawah."

Suara lembut milik Jisoo membuat Lisa sedikit tersentak dan sadar dari pemikirannya. Ia langsung bangun dari posisi tidurannya dan duduk sejenak di pinggir ranjang.

"Iya, eonnie. Lisa keluar" Lisa langsung beranjak dari kasurnya menuju ke pintu kamarnya

Sebelum ia membuka pintu kamarnya, ia memutuskan untuk mengambil hoodie kuning miliknya dan memakainya.

Ceklek...

"Eoh? Kau pakai hoodie? Apa kamarmu dingin?"

Jisoo terlihat kebingungan dan sedikit mencondongkan kepalanya ke dalam kamar Lisa untuk melihat AC yang ada di kamar adiknya itu.

"Ah? Ani, aku hanya merasa cuaca hari ini sedikit dingin"

Lisa tersenyum kikuk dan terpampanglah guratan gugup dari wajah Lisa.

"Benarkah? Ya sudah... ayo kebawah" Jisoo merangkul Lisa dan mengajaknya ke meja makan.

*****

"Bagaimana sekolah kalian?"

"Baik, oppa" Jisoo memasukkan sesendok nasi kedalam mulutnya sedangkan Lisa, dia menghentikan kegiatan sendok-menyendoknya dan menatap kosong ke arah piring dihadapannya.

"Wae? Gwaenchana?"

Eunwoo sedikit panik saat Lisa tiba-tiba menghentikan pergerakannya.

"Ah? Aniya. Lisa hanya merasa sedikit seret" Lisa mengambil segelas air didepannya lalu menengguknya.

"Sekolahmu baik-baik saja, kan? Tidak ada yang menyakitimu kan?"

Lagi-lagi pertanyaan Eunwoo membuat Lisa kaget dan akhirnya tersedak karena air yang tadi di minumnya. Sedangkan Jisoo yang berada disebelah Lisa ikut panik dan menepuk-nepuk pelan punggung Lisa.

"Sudah?" Jisoo sedikit tenang saat melihat Lisa sudah bisa bernafas dengan normal.

"Sudah. Gomawo" Lisa tersenyum kearah Jisoo lalu berdiri dan mengambil piring-piring kotor.

"Biar eonnie saja" Jisoo mencengkram lembut tangan Lisa untuk menghemtikan pergerakannya. Tapi Jisoo mendapat reaksi tak terduga dari Lisa. Lisa meringis kesakitan saat Jisoo memegang tangannya, dan pastinya itu membuat Jisoo dan Eunwoo sedikit khawatir. Akhirnya Jisoo menarik Lisa untuk duduk kembali dibangku miliknya.

"Ada apa dengan tanganmu?" Jisoo berusaha untuk menarik lengan panjang hoodie milik Lisa, tapi Lisa manahannya

"Gwaenchana. Lisa hanya sedikit terkejut tadi"

Lisa tersenyum kearah Eunwoo dan Jisoo secara bergantian, guna untuk memberi tahu kalau ia benar-benar baik-baik saja.

"Jangan berbohong, Lisa-ya. Jujurlah pad--"

Ucapan Eunwoo terhenti saat melihat sesuatu yang membuatnya sangat terkejut. Ia melihat Jisoo yang berhasil menarik setengah lengan hoodie Lisa dan nampaklah beberapa memar dan luka yang masih terbuka ditangan Lisa.

"Lisa! Ini kenapa? Siapa yang buat kamu jadi seperti ini?"

"A-ani... tadi Lisa hanya terjatuh saja di tangga sekolahan. Ini bukan masalah besar" Lisa tersenyum kikuk lalu langsung menarik kembali lengan hoodie miliknya agar lukanya tidak terlihat kembali.

"Jangan bohong! Oppa tidak pernah mengajarimu untuk berbohong!"

Eunwoo merasa kesal karena Lisa tidak mau jujur. Sedari kecil, Lisa memang anak yang tertutup, bahkan dengan keluarganya sendiri. Setiap Lisa sakit atau ada masalah, ia hanya menutupinya dan memendamnya sendiri.

"Katakanlah... eonnie akan membantumu" Jisoo mengelus lembut punggung Lisa dan Lisa langsung menatap sendu kearah Jisoo dan Jisoo hanya membalas tatapan lembut kearah Lisa

"Aku lelah." lirihan Lisa berhasil membuat hati Jisoo maupun Eunwoo tergores. Karena ini ke dua kalinya suara lirihan Lisa terdengar lagi setelah bertahun-tahun yang lalu.

"Gwaenchana, ceritakanlah, eonnie dan oppa akan mendengarkan" Eunwoo mendekatkan bangkunya ke sebelah Lisa dan langsung menarik Lisa ke dalam dekapannya serta ia mengelus lembut surai rambut Lisa.

"Apa salahku? Kenapa semua ini terjadi padaku? Kenapa aku? Aku lelah, dan dunia ini sangat-sangat tidak adil" suara lirih Lisa lagi-lagi terdengar, dan kali ini di sertakan dengan isakkan putus asa.

"Dunia ini memang tidak adil, tapi adik oppa yang satu ini pasti bisa. Lisa tidak boleh lupa kata appa, 'jangan jadi anak yang lemah, karena dunia ini kejam dan dipenuhi dengan orang-orang yang jahat dan sombong. Jika kita tidak punya harta, setidaknya kita punya harga diri' kau ingat itu kan?" Eunwoo makin mempererat pelukannya, ia tahu bahwa adik bungsunya itu sedang dilanda masalah yang berat dan ia hanya menanggungnya sendiri.

"Lisa... Lisa rindu appa dan eomma." pundak Lisa bergetar hebat setelah mengatakan hal itu. Ia benar-benar rindu dengan sosok eomma dan appanya.

"Lisa! Jangan sebut eom--"

"Oppa!" Jisoo langsung menghentikan ucapan Eunwoo yang bisa di pastikan akan membuat Lisa makin sedih.

"Arra... maafkan oppa. Lebih baik sekarang Lisa istirahat, ya?" Lisa melepaskan pelukan Eunwoo dan mengangguk kecil.

"Ayo, bareng dengan eonnie" Jisoo mengandeng tangan Lisa menuju kekamarnya.

"Istirahat yang cukup, nee? Jangan terlalu memikirkan banyak hal" Eunwoo menatap Lisa dan Jisoo yang sedang berada di tangga secara bergantian.

"Nee oppa"

Setelah Jisoo dan Lisa masuk ke kamar Lisa, Eunwoo kembali murung dan menundukkan kepalanya.

"Kenapa? Kenapa eomma melakukan itu? Apakah kau tidak tahu, betapa sakit hatinya kami? Terutama Lisa, dia tidak pernah merasakan kasih sayang yang cukup dari kedua orangtua, sehingga dia tumbuh menjadi anak yang lebih introvert dan pendiam dibandingkan anak yang lainnya yang ceria dan memiliki banyak teman"

Eunwoo meremas kuat ujung bajunya, ia berusaha menahan agar air mata yang sudah berkumpul di pelupuk matanya tidak keluar dan menimbulkan isakkan.

"Sudah kuduga... oppa masih memikirkan eomma sampai saat ini..."

_____________

Vote and comment, yes?

Follow juga....

Next? Soon💕

WHY, ME?  [E N D] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang