"Jadi,selama ini yang menghancurkan keluarga kita adalah samchon--"
"....Ani. Jung Taeyong itu?" Jisoo menatap tak percaya kearah Lisa. Lisa hanya mengangguk lesu dengan wajah yang tertekuk. Setelah pulang sekolah tadi,Jisoo memang datang ke kamar Lisa untuk menonton bersama
tetapi setelah melihat suasana hati Lisa yang sepertinya tidak baik-baik saja, akhirnya Jisoo memaksa Lisa untuk bercerita."Apa dia sudah berkeluarga?"
"Aku menyimpan profilenya disana, eonnie lihat saja" Lisa menunjuk ke salah satu rak buku yang ada di belakang Jisoo. Jisoo langsung mengambil kertas itu lalu membacanya.
"Maldo andwe" Jisoo menutup mulutnya dengan tangannya sendiri. Matanya menatap kertas itu dan Lisa secara bergantian.
"Eoh. Irene adalah anak bungsu dari Jung Taeyong"
"Bagaimana bisa? Kau tidak mengetahuinya selama ini?"
"Tidak. Aku baru mengetahuinya sebelum aku dibawa ke rumah sakit" Lisa menyenderkan tubuhnya pada tembok dibelakangnya. Memajamkan matanya setelah merasakan kepalanya berdenyut.
"Kenapa aku? Kenapa harus aku,eonnie?" Lirih Lisa. Jisoo langsung menatap sendu ke adiknya itu. Baru saja Lisa mendapatkan sahabat yang baik hati dan itu sahabat pertamanya, tapi semuanya harus berakhir seperti ini sebelum dia dan Irena bisa menikati waktu bersama lebih lama, bahkan Lisa belum sempat membanggakan dirinya kalau ia memiliki sahabat pertamanya.
Jisoo menatap nanar mata Lisa,lalu nemilih untuk mendekat ke arah Lisa dan duduk di sebelahnya lalu mengenggam tangan Lisa.
"Hidup memang seperti itu,Lisa-ya,"
"Yang kuat akan bertahan,dan yang lemah akan tersingkirkan" Jisoo menatap lekat kedua mata hazel Lisa.
"Apa itu artinya aku akan tersingkirkan?"
"Ani. Kau tidak akan pernah tersingkirkan oleh apapun" ujar Jisoo penuh tekat.
"Waeyo? Bahkan sekarang aku sudah merasa lemah dan putus asa"
"Karena kau Lisa. Jung Lisa. Kau gadis yang kuat dan hebat. Hidup dalam kesengsaraan dan kesendirian kau sudah biasa. Kau adalah wanita terkuat kedua setelah eomma. Wanita terkuat,tidak akan tergantikan atau tersingkirkan hanya dengan hantaman kecil atau cobaan ringan"
"Ini bukan hal yang mudah untuk kujalani,eonnie. Selama aku hidup, aku bahkan tidak pernah memiliki teman selain kau,oppa,dan Sejeong. Hanya kalian yang mau menemaniku dan menghiburku. Setelah pindah, aku bahkan sudah tidak pernah bertukar pesan dengan Sejeong. Hanya Irene yang kupunya setelah pindah. Jika dia menghilang, aku akan kesepian kembali seperti dulu"
"Bukankah itu sudah seperti kebiasaan?"
"Haish! Eonnie! Mana ada orang yang suka hidup sendirian?! Semua butuh pasangan dan teman" Lisa memukul pelan lengan Jisoo. Jisoo hanya tertawa melihat tingkah adiknya itu. Jisoo tersenyum saat melihat tawa Lisa pecah karena ucapan Jisoo. Menurut Jisoo,tidak ada yang lebih penting daripada keluarganya.
"Arraseo arraseo. Setidaknya kesampingkan dahulu egomu. Dengarkan semua penjelasan Irene dan berusahalah untuk memahami- nya walaupun tidak masuk akal. Semua akan pasti punya alasan untuk melakukan sesuatu,termasuk Irene. Jangan hanya mendengarkannya secara singkat dan langsung mengambil kesimpulan,apalagi sampai membencinya dan marah padanya" Lisa termenung mendengarkan ucapan Jisoo. Ada benarnya juga,Lisa hanya memojok- kan Irene dan bahkan tidak mau mendengarkan penjelasan Irene sedikitpun.
"Apa aku bodoh,eonnie? Aku sama sekali tidak mendengarkan ucapan Irene saat itu. Aku bahkan membuat hatinya sakit dan meninggalkannya begitu saja saat dia menangis marena diriku. Aku menyia-nyiakan dan mencampakkan dia secara tidak langsung. Aku bodoh,kan?" Lisa tertawa miris. Bodoh. Itu yang Lisa rasakan sekarang,dirinya sangat bodoh. Jika dia disebut sebagai 'jenius' di dalam bidang apapun,kali ini berbeda. Bahkan Lisa sendiri yang menyebut dirinya bodoh.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY, ME? [E N D] ✔
FanfictionKenapa harus aku? Kenapa dari banyaknya manusia yang hidup di dunia ini, harus aku yang terus saja menderita?