Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sorak sorai gembira terdengar sangat menyenangkan ketika bell pertanda berakhirnya ujian telah dibunyikan. Berwajah senang sembari melangkah riang ditemani oleh teman menghiasi sekolah bergengsi di siang hari, siang menikmati liburan yang akan diberi nanti.
"Renjuunnnniiiee" Sudah dapat dipastikan itu suara siapa
"Jangan berisik chan."
"Lagi seneng banget nih. Nanti liburan mau kemana?" Haechan merangkul bahu renjun dan mengajaknya jalan bersama
"Gatau juga sih, palingan dirumah aja."
"Ga asik lo Jun." Haechan memukul pelah bahu renjun dengan kepalan tangannya
"Ekhem" Suara berat mengintrupsi mereka dari kegiatannya, ia menyingkirkan tangan haechan yang tersampir di bahu mungil renjun. "Jangan sentuh."
"Idih apa apaan lo" Haechan melempar protesnya
"Jangan sentuh milik Jeno, chan." Bukan lelaki tadi yang menyahut, itu Mark yang berjalan di sampingnya
"Sok banget dah, lo tuh yang harusnya minggir." Haechan mendorong jeno
"Harusnya gua yang ngomong gitu."
"Atas dasar dan hak apa lo nyuruh gua, dasar kutil badak."
"Gua tunangannya, pantat panci." Giliran Jeno yang merangkul pundak Renjun dan membawanya menjauh "ayo renjun"
"WOY BALIKIN RENJUN GUA BONGSOR!" Haechan berteriak membuat gema di dalam koridor sekolah yang tengah mereka lewati
"Pita suara lo ga putus dibuat tereak terus?"
"Ya kagak lah, secara suara gua merdu jadi kalo tereak ga masalah." Haechan mengibaskan tangannya diudara, memberikan gestur sombong. Mark hanya menggeleng dibuatnya
"Semoga gua ga punya jodoh kaya lu" Ucapan mark seperti berbisik, yang untungnya tidak didengar oleh haechan yang sedang bersenandung kecil
"Eh Markel, gua nebeng lu pulang ya gua gabawa duit nih hehe"
"Mimpi buruk apa sih gua semalem, bisa ketemu orang kaya gini?" Mark medumel
"Mimpi ketemu pangeran kaya gua kan lu? Ngaku aja deh" Haechan menusuk nusuk lengan mark dengan jari telunjuknya
"Iyain aja biar ppali." Mark berjalan mendahului haechan
"WOY MARK TUNGGU, MALAH NINGGALIN ELAH." ia mengejar Mark
"LO MAU NEBENG GA? CEPETAN KALO JALAN!"
"IYA JADI LAH. TAPI GUA GAMAU KALO NAIK MOTOR, NANTI GUA ITEM."
"LO UDAH ITEM MALIKA!"
"GUA BUKAN MALIKA!"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Renjun bergelung dalam selimutnya, masih dalam tidur nyenyak nya. Ini sudah hari ke tiga libur sekolah dan seminggu lagi graduation day tapi Renjun masih saja tak bergerak keluar dari rumahnya. Ia terlalu betah diatas kasurnya yang sangat nyaman dengan gravitasi yang sangat kuat.
Cklek Pintu kamarnya terbuka, tetapi sangat pemilik masih saja tak bergerak dari tempatnya.
"Jun? Renjun? Bangun heh." Lelaki yang baru saja memasuki ruangan dengan wallpaper biru langit itu menguntungkan tubuh sangat pemilik yang masih setia memeluk boneka moomin kesayangannya
"Engg, apa sih kak" Ia berganti posisi tanpa membuka matanya
"Bangun, apa mau dicium?" Lelaki itu mentibak selimut Renjun
"Apasih kak cium cium, najis." Sekarang ia bergerak tak nyaman ketika ada tangan yang bergerak mengelus surai berantakan dan beralih ke wajah bantalnya
Lelaki itu mencuri kecupan di bibir plum renjun, dan seketika membuatnya terperanjat kaget dengan mata yang membola.
"JENO??" Yang dipanggil hanya mengeluarkan cengiran bodohnya
"Ngapain disini? Keluar sana" Renjun menendang nendang selimutnya
"Mau ngajak kamu jalan, tapi kamunya masih tidur."
"Ih kenapa ga bilang sih, kan bisa siap siap dulu tadi." Renjun merengut dan menegrucutkan bibirnya kesal. Bagaimana keadaannya saat ini? Pasti rambutnya berantakan, wajahnya kusut seperti bantal, dan bagaimana jika ada air liur yang menetes saat ia tidur? Itulah yang dipikirkan renjun saat ini
"Jangan kaya gitu."
"Kenapa?" Renjun menatap sinis Jeno
"Kamu jelek." Jeno tertawa menggoda, tapi justru renjun mengerucutkan bibirnya lebih panjang lagi, merajuk
"Kamu kalo kesini cuma mau ngejek aku, mending pergi sana jauh jauh ke hutan rimba." Renjun memukul mukul Jeno, juga menendang selimutnya kesal.
"Eiy bukan gitu." Jeno menahan kedua tangan renjun yang masih memukul tubuhnya. "Diem dulu." Dan Renjun menurut
Entah sejak kapan, bibir mereka sudah saling menempel. Tangan Jeno sudah dipinggang rampingnya.
Jeno menciumnya lagi. Kali ini terkesan lembut dan pelan, memberinya sensasi yang memabukkan. Dengan gerakan reflek jeno membawa renjun untuk tidur diatas ranjangnya, dengan jeno yang mendukung diatasnya.
"Engh" Desahan tertahan keluar dari mulut sang submisif ketika bibirnya digigit, dan lidah yang menerobos masuk kedalam rongga mulutnya.
Tak tahan, jeno menelusup kan tangan kedalam piyama renjun, menyentuh permukaan kulitnya yang halus.
"Enggh" Renjun mencengkram kemeja jeno dengan kasar dan keras hingga membuat dua kancing teratas terbuka.
Merasa sesak, Renjun mendorong tubuh jeno untuk menjauh dan menyisakan benang saliva yang menjuntai diantara belah bibir keduanya.
Jeno mulai menjauh, dan menjadikan kesan canggung diantara mereka.
Renjun dan Jeno sudah turun dan berada di ruang makan bersama dengan Doyoung sang kakak. Didepan mereka sudah tersaji beberapa hidangan yang lezat dan akan memanjakan lidah bagi siapapun yang mencicipi nya.
Saat sudah akan memulai sesi makan, mata Doyoung memicing memperhatikan renjun dan Jeno secara seksama dan bergantian.
Jeno dengan kemeja biru dongker nya yang kusut, juga dua kancing teratas terbuka.
Renjun dengan pakaian rapi dan bibir pinknya yang sudah membengkak.
"YAK JENO KAU APAKAN ADIKKU HAH?" Oh tidak jika kelinci sudah marah makan tidak akan ada yang bisa memberhentikan nya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Menulis saat gaada ide ya gini Ga ngefeel sama sekali Ya maaf